17. Belajar Memasak

Begitu keluar dari kamar Sina melihat para pelayan yang tadinya sibuk mulai menghentikan pekerjaan mereka dan membuat barisan yang lurus untuk bersiap pergi dari rumah ini. Sina sejenak agak bingung melihat orang-orang itu keluar dari rumah dengan perkelompok. Pasalnya setelah para pelayan ini pergi Sina tidak pernah lagi melihatnya kecuali di pagi hari.

"Bik Mur, selamat pagi." Sapa Sina ramah.

Ketika turun ke lantai bawah Sina kebetulan bertemu dengan Bik Mur dan ramah menyapanya. Di dalam hati Sina, Bik Mur punya kesan yang baik dan sopan sehingga Sina tidak akan segan memberikannya sapaan hangat.

Bik Mur segera menghentikan langkahnya dan dengan sopan pula menyapa Sina. "Selamat pagi, non Sina." Ucapnya ramah.

"Bagaimana tidur non Sina semalam, apakah sudah lebih nyaman dari kemarin malam?" Tanyanya hangat, Sina tiba-tiba merasa jika Bik Mur sudah seperti Mbok Yem.

Orang yang sudah membesarkannya dengan hangat selayaknya Ibu yang sangat mengasihi anaknya. Sebuah kehangatan yang tidak bisa Sina dapatkan dari Orang tuanya sendiri.

"Tidurku sangat nyaman Bik Mur tidak seperti malam pertama aku tinggal di sini. Mungkin karena aku sudah mulai beradaptasi di rumah ini." Jawab Sina menduga.

Atau mungkinkah itu karena ia membawa jas Dion ikut tidur bersamanya, tanpa sadar ia menyerahkan kepercayaannya pada wangi khas Dion yang memenangkan. Yah, mungkinkah semuanya seperti ini?

"Saya senang non Sina akhirnya bisa menyesuaikan diri di rumah ini dan jika non Sina ingin menanyakan sesuatu silakan saja tanyakan semuanya kepada saya. Selama non Sina nyaman Tuan muda akan sangat senang." Ucap Bik Mur tulus.

Bagi Bik Mur, Sina adalah gadis yang ramah dan baik hati kepada semua orang. Bahkan Sina akan bersikap rendah hati meskipun baru pertama kali bertemu dengan orang tersebut. Inilah yang membuat Bik Mur menyukai Sina lebih dari siapapun, tingkah lakunya yang sopan dan ramah adalah kesan mendalam yang Bik Mur dapatkan saat pertama kali melihatnya.

Sina terkejut, "Apa Dion mengatakan ini?" Tanya Sina berharap.

Bik Mur tersenyum malu, menggelengkan kepalanya merasa tidak nyaman saat melihat perubahan ekspresi Sina yang meredup.

"Tuan muda tidak pernah mengatakannya..tapi, Bibi yakin jika Tuan muda senang mengetahui kabar baik ini meskipun dia tidak mengatakannya secara langsung." Bik Mur mencoba menghibur Sina yang terlihat layu.

Sina tersenyum tipis, menganggukkan kepalanya percaya.

"Sina tahu kok, Bik." Ucapnya berpura-pura santai.

Sejujurnya Sina memang kecewa karena harapannya tidak terjadi tapi perasaan kecewa itu dengan cepat berlalu setelah mendengar kata-kata penghiburan dari Bik Mur. Ya, Dion adalah orang yang romantis dengan caranya sendiri dan Sina yakin jika di dalam mata Dion ia punya tempat yang tidak bisa dijangkau gadis lain.

Keyakinan ini entah mengapa selalu berkobar di dalam hatinya.

"Oh ya, Bibi tahu gak kenapa para pelayan ini datang saat pagi hari buta saja dan langsung keluar dari rumah ini begitu matahari terbit?" Tanya Sina penasaran.

Di rumah ia memang punya pelayan tapi tidak sebanyak ini dan tersebar di beberapa sudut rumah. Sebagai pelayan mereka jarang berbicara dan tidak terlalu banyak bicara dengan Sina apabila mereka berpapasan. Mereka hanya menyapa Sina dengan sopan dan setelah itu pergi untuk bekerja. Inilah alasan mengapa Sina hanya menganggap di rumah besar itu hanya berisi 2 orang saja. Yaitu Mbok Yem dan Sina sendiri.

Mbok Yem adalah orang yang membesarkan Sina selama ini dan tentu saja interaksi mereka sangat dekat. Ketika ada waktu luang mereka akan mengobrol bersama selayaknya Ibu dan anak walupun Mbok Yem masih bersikap formal kepadanya karena perbedaan kasta.

"Non Sina harus tahu jika Tuan muda sebenarnya tidak suka para pelayan memenuhi rumah ini dan sempat menolak kehadiran para pelayan. Akan tetapi Nyonya Ranti tidak sependapat dengan Tuan muda, dia bilang jika mengandalkan beberapa pembantu tidak akan bisa membersihkan rumah sebesar ini. Karena dua perbedaan pendapat ini Tuan Edward akhirnya memutuskan untuk memenuhi keinginan Tuan muda dan Nyonya Ranti dengan memberikan sebuah ide yang cemerlang. Tuan Edward mengatakan jika para pelayan masih diperbolehkan masuk ke dalam rumah ini dengan syarat mereka hanya di sini saat pagi saja untuk membersihkan rumah dan setelah matahari terbit mereka tidak diizinkan tinggal di sini. Nah, saran ini langsung disetujui oleh Tuan muda dan Nyonya Ranti tanpa berdebat, toh keputusan ini sama-sama menguntungkan kedua belah pihak." Jelas Bik Mur menjelaskan asal mulanya pelayan di rumah inim

Wajar saja Sina kebingungan melihat kehadiran pelayan yang sekejap mata. Hem, baguslah pikir Sina karena dengan begitu Dion tidak akan bertemu dengan gadis-gadis cantik pemalu yang pandai akan pekerjaan rumah.

Benar, kebanyakan orang yang menjadi pelayan di rumah ini masih remaja dan cantik-cantik. Seolah-olah datang untuk memamerkan keindahan mereka di rumah ini dan identitas sebagai pelayan adalah pekerjaan sampingan untuk menaklukkan hati sang Tuan muda.

Ya, biasanya cerita yang ada di dalam novel maupun drama tidak jauh berbeda dengan yang Sina pikirkan!

"Pantas saja mereka tidak terlihat setelah jam 7 pagi." Ucap Sina mengerti.

"Oh ya, apa Bibi mau ke dapur?" Tanya Sina teringat dengan misi utamanya.

Bibi mengangkat belanjaannya dan dengan sumringah menganggukkan kepalanya.

"Iya non, apa non Sina butuh sesuatu atau ingin dimasakkan sesuatu untuk sarapan pagi ini?" Tanya Bik Mur memberikan tawaran.

"Bener Sina boleh minta sesuatu?" Tanya Sina memastikan.

Bik Mur tidak ragu untuk menganggukkan kepalanya, "Tentu saja boleh, non."

"Kalau begitu Sina boleh ikut Bibi ke dapur enggak? Sina mau lihat bagaimana Bibi memasak selama di dapur." Kedua mata Sina bercahaya penuh harapan ketika mengatakan ini.

Seolah mengerti keinginan Sina, Bik Mur langsung menganggukkan kepalanya memperbolehkan.

"Boleh kok non, justru ini bagus untuk non Sina agar nanti saat sudah berumah tangga suami betah tinggal di rumah." Goda Bik Mur.

Sina menanggapinya dengan tertawa kecil, dia juga tidak ingin terlalu monoton ketika bersama Bik Mur oleh karena itu ia juga menggoda Bik Mur. Bercanda bersama bahkan saat di dalam dapur obrolan menyenangkan mereka terus berlanjut.

...🌺🌺🌺...

"Ini kamu yang buat?" Tanya Dion sambil menatap nasi goreng yang masih hangat di atas meja.

Dari tampilannya yang agak beda dari buatan Bik Mur dan pembantu yang lain, Dion curiga jika ini adalah buatan Sina. Kecurigaannya ini semakin diperkuat setelah melihat jari kelingking tangan kanan Sina ditutupi plester.

Sina mendudukkan dirinya di atas kursi dan mengangguk dengan malu. Pagi ini ia berusaha sangat keras untuk mengikuti arahan Bik Mur ketika memasak seraya mencoba mengingat-ingat langkah tersebut. Untuk mengambil alih Dion menjadi miliknya Sina terlebih dahulu menyenangkan perut Dion terlebih dahulu.

Ia harus membuat Dion terkagum-kagum melihat betapa mampunya ia mengelola rumah.

"Bik Mur mengajariku memasak tadi di dapur, untuk permulaan dia bilang memasak nasi goreng dulu." Jawab Sina dengan wajah bersemu merah.

Dion menyingkirkan koran yang sempat ia baca tadi ke tempat yang tidak mengganggu. Kemudian ia mengangkat piringnya dan menaruhnya di depan Sina.

"Kalau begitu aku akan menjadi orang pertama yang akan memakannya." Katanya tanpa malu sedikitpun.

Sina tertegun, beberapa detik kemudian ia meraih piring Dion dan mulai memasukkan beberapa sendok nasi goreng di piring. Mengambil segenggam kerupuk udang dan meletakkan telur mata sapi di atas nasi goreng sebagai sentuhan terakhir.

"Jika rasanya tidak enak jangan ragu untuk membuangnya." Pesan Sina seraya menaruh piring Dion kembali ke tempatnya semula.

"Hahahaha.. jangan terlalu meremehkan diri sendiri." Tawa Dion terdengar menyenangkan.

Dion mengambil satu sendok penuh dan langsung memasukkannya ke dalam mulut. Mengunyahnya dengan ekspresi menilai, beberapa detik kemudian ia menganggukkan kepalanya santai. Seolah-olah sudah memikirkan nilai dari masakan Sina.

"Rasanya tidak buruk." Katanya setelah menelan nasi goreng tersebut.

"Aku... senang mendengarnya." Ucap Sina senang.

Pipinya yang merona mengungkapkan bahwa hatinya saat ini sedang melambung tinggi.

Sina lalu mengalihkan perhatiannya dari Dion, merasa tidak kuat menghadapi wajah tampan Dion yang tidak bisa ditolak pesonanya.

"Risa, apa kamu ingin mencoba nasi goreng buatan ku?"

Selain menyenangkan perut sang calon suami, Sina juga harus menyenangkan perut calon adik iparnya.

"Aku makan roti saja, karena aku tidak terbiasa makan makanan berat di pagi hari." Tolak Risa lembut.

Bibir tipisnya yang merah dengan anggun mengunyah potongan roti yang ada di dalam mulutnya. Memberikan sebuah senyuman dingin samar yang membingungkan.

Dia masih tidak menyukai ku. Batin Sina menyimpulkan.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Uvie El Feyza

Uvie El Feyza

critanya bagus, tp kok yg like dikit ya,,

2021-06-05

0

lihat semua
Episodes
1 1. Namaku Sina
2 2. Mereka Pulang
3 3. Kalian Bertunangan, Jika Beruntung
4 4. Rumah Tuan Muda
5 5. Bertemu Dion
6 6. Dion Pria yang Lembut
7 7. Paviliun Dingin
8 8. Dion Begitu Hangat
9 9. Bertemu Calista
10 10. Mimisan
11 11. Mimpi Itu Lagi
12 12. Bertemu Sahabat Dion
13 13. Hati-hati, Jangan Terlalu Percaya Diri
14 14. Berkunjung ke Perusahaan
15 15. Kencan Unik
16 16. Risa Tidak Menyukai Ku
17 17. Belajar Memasak
18 18. Peringatan Risa
19 19. Jangan Ikut Campur
20 Di Ranjang yang Sama
21 21. Ciuman Pertama
22 22. Makan Malam
23 23. Akses Masuk
24 24. Membersihkan Kamar Dion
25 25. Gadis Tidak Tahu Malu
26 26. 15 Tahun Lalu
27 27. Dion Mabuk
28 28. Keanehan Calista
29 29. Tanpa Kabar
30 30. Calon Mertua
31 31. Cinta Masa Kecil
32 32. Dion Pulang
33 33. Kesibukan Dion
34 34. Tangisan Calista
35 35. Ada Bayi
36 36. Pergi dari Rumah Ini
37 37. Asam Lambung
38 38. Cincin Berlian
39 39. Ingatan yang Hilang
40 40. Bertemu Bela
41 41. Berubah
42 42. Ilusi
43 43. Ini Karena Sina!
44 44. Terlalu Sempurna
45 45. Kacau
46 46. Tidak Ikut Campur
47 47. Cemburu
48 48. Kebenaran
49 49. Aku Ingin Pulang
50 50. Liburan
51 51. Tunda
52 52. Berangkat
53 53. Kemah
54 54. Kebetulan
55 55. Bertengkar
56 56. Dia Berbohong
57 57. Kerja Keras Dion
58 58. Pulang
59 59. Mereka Pulang (2)
60 60. Muntah-muntah
61 61. Rumah Sakit
62 62. Hamil
63 63. Luka Bakar
64 64. Tuduhan
65 65. Marah
66 66. Hukuman
67 67. Paviliun Dingin (2)
68 68. Undangan
69 69. Berubah-ubah
70 70. Pesta
71 71. Dimas
72 72. Ngidam
73 73. Mengigau
74 74. Bukan Musuh
75 75. Jangan Bersembunyi Dariku
76 76. Sebuah Pengakuan
77 77. Tahap Serius
78 78. Tentang Risa
79 79. Sina Manja
80 80. Siapa Korban
81 81. Kesepakatan
82 82. Pulangkan Saja
83 83. Keseleo
84 84. Tamu Tak Diundang
85 85. Berharap Lagi
86 86. Mood
87 87. Ingatan Sina
88 88. Dugaan Sina
89 89. Ngidam (2)
90 90. Pinternya Anak Mama
91 91. Dion?
92 92. Apa Kamu Layak?
93 93. Aku Mencintaimu, Sungguh
94 94. Dia Satu-Satunya Alasan Ku
95 95. Balas Dendam
96 96. Aku Menemukanmu
97 97. Dion Demam
98 98. Suami-istri?
99 99. Istriku
100 Aku Bukan Perawan Tua
101 100. Menuju Akhir
102 101. Berakhirkah?
103 102. Pada Akhirnya
104 103. Diantara Dua Pilihan
105 104. Dia Monster
106 105. Papa Tahu
107 106. E
108 107. N
109 108. D
110 Calon Adikku Menjadi Suamiku
111 Hallo?
Episodes

Updated 111 Episodes

1
1. Namaku Sina
2
2. Mereka Pulang
3
3. Kalian Bertunangan, Jika Beruntung
4
4. Rumah Tuan Muda
5
5. Bertemu Dion
6
6. Dion Pria yang Lembut
7
7. Paviliun Dingin
8
8. Dion Begitu Hangat
9
9. Bertemu Calista
10
10. Mimisan
11
11. Mimpi Itu Lagi
12
12. Bertemu Sahabat Dion
13
13. Hati-hati, Jangan Terlalu Percaya Diri
14
14. Berkunjung ke Perusahaan
15
15. Kencan Unik
16
16. Risa Tidak Menyukai Ku
17
17. Belajar Memasak
18
18. Peringatan Risa
19
19. Jangan Ikut Campur
20
Di Ranjang yang Sama
21
21. Ciuman Pertama
22
22. Makan Malam
23
23. Akses Masuk
24
24. Membersihkan Kamar Dion
25
25. Gadis Tidak Tahu Malu
26
26. 15 Tahun Lalu
27
27. Dion Mabuk
28
28. Keanehan Calista
29
29. Tanpa Kabar
30
30. Calon Mertua
31
31. Cinta Masa Kecil
32
32. Dion Pulang
33
33. Kesibukan Dion
34
34. Tangisan Calista
35
35. Ada Bayi
36
36. Pergi dari Rumah Ini
37
37. Asam Lambung
38
38. Cincin Berlian
39
39. Ingatan yang Hilang
40
40. Bertemu Bela
41
41. Berubah
42
42. Ilusi
43
43. Ini Karena Sina!
44
44. Terlalu Sempurna
45
45. Kacau
46
46. Tidak Ikut Campur
47
47. Cemburu
48
48. Kebenaran
49
49. Aku Ingin Pulang
50
50. Liburan
51
51. Tunda
52
52. Berangkat
53
53. Kemah
54
54. Kebetulan
55
55. Bertengkar
56
56. Dia Berbohong
57
57. Kerja Keras Dion
58
58. Pulang
59
59. Mereka Pulang (2)
60
60. Muntah-muntah
61
61. Rumah Sakit
62
62. Hamil
63
63. Luka Bakar
64
64. Tuduhan
65
65. Marah
66
66. Hukuman
67
67. Paviliun Dingin (2)
68
68. Undangan
69
69. Berubah-ubah
70
70. Pesta
71
71. Dimas
72
72. Ngidam
73
73. Mengigau
74
74. Bukan Musuh
75
75. Jangan Bersembunyi Dariku
76
76. Sebuah Pengakuan
77
77. Tahap Serius
78
78. Tentang Risa
79
79. Sina Manja
80
80. Siapa Korban
81
81. Kesepakatan
82
82. Pulangkan Saja
83
83. Keseleo
84
84. Tamu Tak Diundang
85
85. Berharap Lagi
86
86. Mood
87
87. Ingatan Sina
88
88. Dugaan Sina
89
89. Ngidam (2)
90
90. Pinternya Anak Mama
91
91. Dion?
92
92. Apa Kamu Layak?
93
93. Aku Mencintaimu, Sungguh
94
94. Dia Satu-Satunya Alasan Ku
95
95. Balas Dendam
96
96. Aku Menemukanmu
97
97. Dion Demam
98
98. Suami-istri?
99
99. Istriku
100
Aku Bukan Perawan Tua
101
100. Menuju Akhir
102
101. Berakhirkah?
103
102. Pada Akhirnya
104
103. Diantara Dua Pilihan
105
104. Dia Monster
106
105. Papa Tahu
107
106. E
108
107. N
109
108. D
110
Calon Adikku Menjadi Suamiku
111
Hallo?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!