Setelah menyelesaikan urusannya, Dion langsung berpamitan kepada Kira dan Ridwan. Berpesan kepada kedua orang tersebut untuk menunda dulu pembicaraan mereka sampai waktu yang tepat untuk berkumpul kembali.
Kemudian kami masuk ke dalam mobil bersiap pulang. Selama di dalam perjalanan tidak ada yang berbicara terlebih dahulu untuk memecahkan keheningan. Mungkin.. mungkin ini hanya perasaan ku saja karena Dion sama sekali tidak merasa gugup sepertiku. Dia malah terlihat sangat santai di saat seperti ini dan tidak berniat memulai pembicaraan denganku.
Melihat Dion yang santai dan tenang membuat ku teringat kembali dengan apa yang Kira katakan kepadaku tadi. Mungkin keterdiaman Dion melihat ku menunjukkan bahwa keberadaan ku sama sekali tidak bisa masuk ke dalam matanya. Aku tidak bermaksud merendahkan diri sendiri tapi faktanya aku hanya berkualitas standar di depan banyak orang, apalagi di mata Dion yang penuh akan kesempurnaan.
Ini tidak lebay, sungguh.. Dion terlalu sempurna di mataku meskipun faktanya di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tapi untuk dunia kecilku yang terdalam satu-satunya kesempurnaan yang menarik perhatian ku hanya Dion seorang.
Laki-laki incaran sebagian besar gadis.
"Apa yang kalian bicarakan tadi selama aku tinggal ke rumah sakit?" Suara maskulin Dion membuyarkan lamunanku.
"Tidak ada yang penting, hanya obrolan singkat." Jawabku berbohong.
Sunyi lagi, Dion tidak melanjutkan obrolan ini. Aku pikir Dion tidak akan meneruskan percakapan membosankan namun ternyata Dion melanjutkan lagi obrolan ini.
"Jangan masukkan di hati apa yang Kira katakan kepadamu karena dia sebenarnya tidak bermaksud mengatakan kata-kata itu kepadamu." Ucap Dion menghiburku.
Jadi, Dion memperhatikan sikap tidak masuk akal yang Kira arahkan kepadaku?
Tidak hanya memperhatikan ku saja tapi Dion juga sekarang menghiburku? Oh Tuhan, dia sangat perhatian! Keraguan ku yang tadi berkibar kini mulai terkikis, ah.
"Aku tahu, dia wanita yang baik jadi kata-kata yang ia katakan tidak sepenuhnya benar." Bohong ku lagi tidak ingin menghitamkan kesan baik Kira di mata Dion.
Mereka adalah sahabat jadi tidak pantas rasanya aku mengacaukan persahabatan mereka hanya karena egoku saja. Yah.. meskipun aku tahu jika Kira sangat bersungguh-sungguh mengatakan itu karena masih belum menerima kedekatan ku dengan Dion.
Tidak apa-apa, sampah tidak berguna ini akan menunjukkan kepada Kira bahwa sebenarnya aku adalah harta tersembunyi yang paling Dion cintai!
"Syukurlah kamu bisa melihatnya." Dion terdengar lega.
Ya, aku bisa melihatnya! Aku bisa melihat betapa baik hati Kita lebih dari siapapun. Bahkan kebaikannya tidak bisa disamai oleh kedalaman lautan yang tidak berujung!
"Apa kita lewat jalan pintas? Seingat ku jalan ke rumah tidak lewat sini." Tanyaku bingung setelah tersadar jika jalan yang kami sekarang bukanlah jalan menuju rumah Dion.
"Tidak, ini bukan jalan pintas." Jawa. Dion seraya berbelok ke kanan dengan santai. "Ini adalah jalan menuju perusahaan ku. Sebelum pulang ke rumah aku ingin mengurus sesuatu dulu di perusahaan jadi tidak apa-apa'kan kita mampir dulu ke perusahaan sebelum pulang?"
"Tidak apa-apa kok, aku sama sekali tidak keberatan." Jawabku semangat.
Karena hari ini aku gagal pergi kencan dengan Dion maka tidak apa-apa menebusnya dengan cara seperti ini. Lagipula, sebagai calon istri aku harus mengenal lingkungan kerja Dion agar dimasa depan aku tidak canggung datang ke perusahaannya.
"Aku senang mendengarnya." Ketika mengatakan ini aku melihat Dion tersenyum puas dengan mata yang masih fokus menatap jalanan.
Membuat hatiku semakin berdebar kencang dan meleleh di saat yang bersamaan, pesona Dion terlalu mematikan!
...🌺🌺🌺...
Your Dream
Begitu turun dari mobil aku langsung disambut dengan tulisan raksasa yang ada atas gedung. Ya, aku sekarang berada tepat dibawah gedung tinggi elite yang memanjakan mata. Perusahaan besar tempat Dion bekerja sekarang dan akan sah menjadi pemilik beberapa tahun lagi. Di masa depan saat hari dimana Dion resmi memimpin perusahaan ini aku akan berdiri di samping Dion dengan percaya diri. Menemani Dion mengambil alih semua kekuasaan yang akan merubah masa depan semua orang.
Hah! Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba!
"Jangan melamun di sembarang tempat." Tegur Dion langsung membuat ku tersadar.
Aku merasa malu dan dengan canggung menganggukkan kepalaku. Benar saja, aku ini memang norak! Padahal Mama dan Papa juga punya perusahaan tapi mengapa aku lebih takjub melihat perusahaan calon suamiku dibandingkan dengan perusahaan keluargaku?
"Ayo." Ajak Dion seraya memimpin jalan di depan.
Kami masuk ke dalam perusahaan tanpa melewati pemeriksaan dari aparat keamanan. Saat masuk ke dalam perusahaan banyak orang-orang menyapa Dion dengan sopan dan hormat yang langsung dibalas ramah pula oleh Dion. Selama berjalan dibelakang Dion, aku menyadari betul jika banyak pasang mata menatapku dengan rasa ingin tahu.
Sekilas aku bisa melihat tatapan penuh kecemburuan dari gadis-gadis yang ada di sekitar kami. Tidak, karena mereka sudah bekerja maka aku akan memanggil mereka dengan sebutan wanita!
"Kita naik lift presiden." Ucap Dion seraya menarikku menjauh dari lift karyawan.
"Oh, iya." Kataku masih gugup.
Merasakan sebuah kehangatan yang begitu mendebarkan di punggung ku. Tangan besar Dion yang ramping dan bersih saat ini sedang memegang punggung, memperlakukanku dengan sikap intim di depan banyak karyawannya.
Kehangatan yang aku rasakan hanya bertahan beberapa detik saja karena setelah masuk ke dalam lift Dion langsung menurunkan tangannya. Aku merasa kehilangan dan tidak rela melepaskan kehangatan itu akan tetapi sebagai seorang gadis tidak seharusnya aku bertindak agresif. Karena hal semacam ini hanya bisa dilakukan oleh kaum laki-laki!
Di dalam lift presiden kami hanya berdua saja karena lift ini tidak boleh digunakan oleh karyawan perusahaan melainkan hanya digunakan oleh orang-orang penting perusahaan. Contohnya seperti Dion, entah sebagai apa jabatannya di sini aku tidak tahu karena perusahaan ini murni di bangun oleh kedua orang tuanya dengan kerja keras. Akan tetapi melihatnya naik dengan lift presiden mungkin mengkonfirmasi bahwa jabatannya tinggi di sini terlepas perusahaan ini milik kedua orang tuanya.
Aku tidak meragukan ini karena Dion adalah orang yang berprestasi jadi wajar saja ia mendapatkan tempat yang tinggi.
Ting
Pintu lift terbuka dan menampilkan lingkungan santai yang nyaman. Di lantai ini ada beberapa ruangan yang sepertinya khusus digunakan untuk pertemuan penting, rapat karyawan, dan ruang bersantai untuk kerja lembur.
Lantai ini terkesan santai dan tenang karena tidak banyak karyawan yang aku lihat di sini.
"Tuan muda, Anda datang." Seorang wanita berpakaian formal mendekati kami, lebih tepatnya ingin berbicara dengan Dion.
"Ya, aku sudah mendengar laporan spesifiknya dari direktur." Jawab Dion tenang dan lebih serius dari biasanya.
Wanita itu terlihat terkejut, tapi secepat kilat ia memperbaiki ekspresinya. "Tuan muda sangat berdedikasi untuk perusahaan, saya tidak akan mengganggu Anda selama bekerja." Wanita itu tersenyum sopan, mengangguk ringan juga kepadaku.
"Terimakasih, tolong siapkan makanan ringan untuk Sina agar ia tidak bosan di dalam dan setelah itu siapapun yang ingin datang menemui ku tolong katakan kepada mereka untuk menundanya sampai besok."
Wanita itu sekali lagi melihat ku dan memberikan ku sebuah senyuman yang manis. Apa aku salah lihat?
Wanita ini sepertinya terlihat senang dengan keberadaan ku? Yah, matanya menunjukkan sebuah ketulusan.
"Baik Tuan, saya akan segera menyiapkannya." Bahkan ekspresinya terlihat puas?
"Bagus, kalau begitu aku akan mulai bekerja."
Dion menarik lenganku dan membawaku masuk ke dalam sebuah ruangan luas. Di sini ada banyak rak yang dipenuhi dengan berbagai macam buku tebal yang menakutkan.
Lalu, di depan rak-rak itu ada sebuah meja kerja yang aku yakini milik Dion. Di atas meja itu ada berbagai macam dokumen yang ditumpuk menjadi satu di samping kiri meja. Ada juga sebuah komputer dengan merek ternama ditempatkan di samping kanan meja. Lalu, ditengah-tengahnya ada sebuah laptop putih masih dengan merek yang sama seperti komputer.
"Duduklah di sini dan tunggu aku bekerja. Jika kamu bosan, panggil asisten ku untuk memenuhi semua kebutuhan mu." Ucap Dion terlihat jauh lebih santai dibandingkan tadi.
Aku mengangguk cepat dan segera mendudukkan diriku di sofa, menjatuhkan kepalaku di atas sandaran sofa dan diam-diam memperhatikan ekspresi serius Dion ketika berhadapan dengan dokumen.
Biasanya Dion tidak menggunakan kacamata ketika diluar tapi saat berurusan dengan dokumen ia menggunakan kacamata bening yang semakin menambah ketampanannya. Malah kadarnya semakin tinggi bila ku perhatikan karena ekspresi serius Dion sangat langka untuk ku lihat secara langsung.
Hanyut dalam pikiran ku, tanpa sadar kedua mataku mulai terasa berat dan penglihatan ku menjadi buram. Rupanya aku mengantuk padahal ini masih sore dan tadi siang juga sempat tidur sampai jam 11 siang. Ya, seharusnya aku tidak mengantuk tapi entah mengapa aku merasa sangat nyaman berada sedekat ini dengan Dion dan tanpa sadar aku akan mengantuk.
Sama seperti tadi pagi ketika aku tiba-tiba tertidur setelah dipijit Dion. Ah, sudah ku duga... Dion adalah takdirku karena dengan dekat bersamanya hatiku menjadi tenang dan tidak gelisah lagi.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments