Waktu sudah menunjukkan hampir jam 10 malam ketika Sina dan Dion kembali dari kegiatan yang Sina anggap sebagai kencan. Kegiatan yang mereka lakukan memang tidak seperti pasangan kekasih yang manis dan romantis di luar sana akan tetapi meskipun begitu hari ini sangat berkesan untuk Sina.
Dia menyukai Dion sampai ambang batas dimana ia selalu berfantasi tentang kehidupan yang manis dengan sang pujaan hati. Sekarang Tuhan, sang penguasa hati memberikannya kesempatan untuk mengejar cintanya. Menuntaskan keinginan hati dan mulai menata hidup baru bersama Dion.
"Kak Dion, kenapa baru pulang jam segini?" Suara lembut seorang gadis menarik perhatian Sina.
Ketika masuk ke dalam rumah orang pertama yang menyambut kedatangan mereka adalah Risa, gadis cantik yang selalu anggun dan bertindak lembut. Bahkan saat menggunakan baju tidur pun aura kecantikan yang Risa miliki masih kuatnya dengan menggunakan pakaian sehari-hari. Dia cantik dengan sikap yang cantik pula, membuat Sina tanpa sadar berdecak kagum.
Gen Nyonya Ranti dan Tuan Edward sungguh membuat orang iri dan tidak bisa tidak berdecak kagum. Putra dan putri yang mereka lahirkan semuanya tampan dan cantik, menuruni keanggunan Nyonya Ranti dan Tuan Edward.
Apalagi berbicara tentang Risa, gadis cantik ini tidak perlu diragukan lagi pesonanya untuk para laki-laki. Yah, beruntungnya Risa adalah adik Dion atau kalau tidak Sina tidak yakin hari ini akan datang. Mungkin Dion akan dengan gamblang menjadikan Risa sebagai miliknya.
"Hari ini ada masalah di kantor jadi agak memakan waktu untuk menyelesaikannya." Jawab Dion singkat seraya mendudukkan dirinya di sofa.
Sina juga mengikuti Dion secara alami, duduk di sebelahnya tanpa memikirkan bagaimana tatapan membeku seseorang.
"Kakak pasti sangat lelah," Risa memperbaiki ekspresinya setenang mungkin, bertindak seolah ia tidak terganggu dengan kedekatan Sina dan Kakaknya.
"Untungnya aku tadi sempat membuat minuman yang biasanya Kakak minum, masih terasa hangat dan ini adalah waktu yang pas untuk meminumnya." Ucap Risa bersemangat.
Ia segera berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya terburu-buru ke arah dapur untuk mengambil minuman yang tadi sudah ia buat khusus untuk Dion. Ia bahkan sudah membuat minuman ini 3 kali tadi untuk berjaga-jaga jika Dion pulang.
Gelas pertama ia buat saat jam 8 malam tadi, biasanya ini adalah waktu normal Dion pulang dari kantor. Namun, setelah ditunggu-tunggu Dion ternyata belum pulang dan minuman yang ada di dalam gelasnya sudah mendingin. Karena sudah dingin, Risa membuat minuman lagi saat jam 9 sampai-sampai membuat jari kelingkingnya melepuh terkena cipratan air panas. Tapi, gelas kedua juga berakhir sama dengan gelas pertama sehingga pada jam 10 ia membuat minuman baru lagi.
Untungnya Dion pulang pada waktu yang tepat saat minuman tersebut sedang hangat-hangatnya. Oleh karena itu, Risa sangat tidak sabar menunjukkan kepada Dion bahwa ia sudah mulai terbiasa dengan dapur.
"Tidak perlu Risa, aku tadi sudah makan di luar dan sudah agak kenyang. Lagipula di luar aku juga sudah minum minuman itu jadi saat ini aku tidak akan sanggup meminum gelas kedua." Di hotel tadi ia memesan minuman yang biasanya ia minum, ditambah ia juga makan di sana sehingga Dion tidak tertarik untuk mengisi perut lagi.
Langkah Risa langsung berhenti, dengan kaku ia memutar badannya 180 derajat dan kembali duduk di tempat duduknya semula. Wajah cantiknya yang lembut menatap kosong penolakan Kakaknya yang menyakitinya.
"Ini sudah malam jadi sudah saatnya untuk beristirahat." Ucap Dion seraya beranjak dari tempatnya.
"Selamat malam dek, kamu harus mimpi indah." Ucap Dion tulus seraya mengusap singkat puncak kepala adiknya dengan sayang.
Setelah itu, ia mengajak Sina kembali ke lantai dua karena kamat mereka bersebelahan sedangkan Risa tidur di lantai bawah. Dion dan Sina pergi setelah mengucapkan selamat malam kepada Risa yang hanya menganggukkan kepalanya malas.
"Risa sepertinya tidak menyukai ku.." Ucap Sina pada dirinya sendiri setelah masuk ke dalam kamar.
Langkah kakinya yang ringan berjalan ke arah balkon, menatap gelapnya malam yang dipenuhi sinar lembut dari bintang-bintang. Terlihat indah dan menenangkan saraf tegang yang sempat menyelimuti Sina.
"Sinar matanya yang aneh terlihat sama persis saat dia menatap ke arah paviliun dingin. Apa ini hanya perasaan ku saja atau memang ada yang salah dengan Risa?"
Tadi saat ia melewati Risa, Sina melihat sinar mata Risa terlihat agak aneh. Tatapan yang juga Sina lihat saat berbicara tentang paviliun dingin di taman. Saat itu Sina memperhatikan ada tatapan tidak biasa di mata Risa ketika melihat ke arah paviliun dingin.
Ia pikir mungkin itu hanya perasaannya saja tapi hati kecil Sina seolah menolak keyakinan itu, hati kecilnya malah mengatakan bahwa memang ada yang salah dengan gadis itu.
"Mungkin itu karena aku tiba-tiba mendekati Kakaknya." Bisik Sina menyimpulkan.
Mengangkat bahunya tidak perduli ia lalu melihat ke arah paviliun dingin yang bisa dilihat dengan jelas dari balkon kamar ini. Menatap untuk beberapa detik, Sina lalu masuk kembali ke dalam kamar. Menutup pintu ke arah balkon dan dengan tidak berdaya menjatuhkan dirinya di atas ranjang. Memeluk hangat jas Dion dan perlahan mulai terbuai ke alam mimpi.
...🌺🌺🌺...
"Oh Risa, ada perlu apa kok pagi-pagi begini cari aku?" Ketika membuka pintu Sina menemukan Risa di depan kamarnya.
Suara ketukan pintu yang mengusik tidur lelapnya ternyata adalah Risa. Padahal ini masih jam 5 pagi tapi Risa sudah berpakaian anggun seperti biasa, begitu cantik dan menawan.
"Kembalikan jas Dion kepadaku, aku ingat semalam kamu belum mengembalikannya kepada Dion." Ucap Risa menuntut.
Tangan kanannya terangkat di depan Sina yang menunjukkan bahwa Sina harus memberikan jas itu kepadanya.
"Jas Dion..ah..aku akan segera mengambilnya." Sina tertegun dengan sikap acuh tak acuh Risa yang mengejutkan.
Biasanya Risa selalu bersikap lembut mengingat penampilannya yang lembut juga, akan tetapi Risa ternyata juga punya sisi dingin seperti ini dan berhasil membuat Sina terkejut.
Masuk ke dalam kamar, Sina tergesa-gesa mengambil jas Dion yang tergeletak tidak berdaya di atas ranjangnya. Semalam ia memeluk jas ini sambil tidur sehingga kainnya menjadi kusut. Memalukan, Sina tidak tahu bagaimana reaksi Risa ketika melihat jas Dion menjadi kusut seperti ini. Maka segera saja Sina menepuk-nepuk jas tersebut untuk meluruskannya kembali. Meskipun tidak bisa lurus seperti semula tapi setidaknya tidak terlalu kusut seperti tadi.
"Percuma, ini tidak bisa merubah apapun." Kesal Sina tidak tahan.
Tidak bisa berbuat apa-apa, Sina akhirnya memberikan jas itu kepada Risa meskipun sedikit enggan karena tidak masih belum puas menghirup wangi khas milik Dion.
"Terimakasih." Ucap Risa sambil menyunggingkan senyuman yang manis namun matanya masih saja menatap dingin.
Tanpa menunggu respon Sina, dia langsung pergi dengan langkah anggun secara perlahan menuruni anak tangga. Tampilannya yang cantik dan lemah lembut membuat Sina kebingungan.
"Dia tahu aku belum mengembalikan jas itu kepada Dion semalam," Bisiknya mengingat kembali ucapan Risa beberapa menit yang lalu.
"Ini aneh, mungkinkah dia terus memperhatikan ku saat kembali ke kamar?" Lanjutnya tidak yakin.
Menggelengkan kepalanya tidak yakin ia lalu menutup pintu kamarnya dan tidak berencana untuk melanjutkan kembali tidurnya. Sebentar lagi matahari akan terbit jadi Sina memutuskan untuk membersihkan diri dan bergegas ke dapur untuk membuatkan Dion sarapan. Ia ingat semalam Dion bilang jika masakan rumah punya rasa tersendiri yang tidak bisa disamai oleh tempat-tempat makan diluar sana. Berhubung Sina akan menjadi pendamping Dion maka mulai dari sekarang ia harus belajar memasak untuk menyenangkan sang calon suami tersayang.
"Setidaknya mulai dulu dari roti bakar." Ia memutuskan dengan mudah dan langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk memulai hari yang baru.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments