"Kamu siapa?" Tanya Dion sambil menatapku.
Gugup, tentu saja aku gugup sampai-sampai aku menjadi bodoh dan tidak bisa mengatakan apa-apa. Aku mengerti dengan apa yang Dion katakan tapi entah mengapa aku tidak bisa mengeluarkan suaraku. Seperti ada sesuatu yang menahannya untuk keluar dari mulutku.
"Namanya Sina, Kak Dion. Gadis yang akan menempati kamar yang Kak Dion rapikan semalam adalah Sina, Hem..bisa dibilang sebenarnya ini adalah kejutan yang Mama dan Papa siapkan untuk Kak Dion." Ucap Risa menjelaskan kepada Dion.
Ia berjalan dari belakang Dion dan dengan akrab menyentuh pundak Dion. Bersikap seolah-olah ini sudah menjadi hal yang biasa untuk Risa berperilaku seperti ini kepada Dion.
Namun, dari sudut pandang ku sebagai orang asing di sini aku melihat jika Dion sebenarnya tidak terlalu nyaman diperlakukan seperti itu oleh Risa. Oh, mungkin itu hanya perasaanku saja?
Bisa jadi Dion tidak nyaman melihat kedatanganku di sini.
"Aku...Sina." Setelah sekian lama bungkam aku hanya bisa mengatakan ini?
Well, ini membuktikan bahwa rasa gugup ku melihat Dion secara langsung masih belum surut!
Dion menganggukkan kepalanya ringan, tangan kirinya yang bebas menyingkirkan tangan halus yang ada di atas pundaknya tanpa melihat bagaimana ekspresi Risa saat ini. Lalu, ia berjalan beberapa langkah di depan ku-oh astaga, ini terlalu dekat!
Kami terlalu dekat, yah tapi tidak sedekat seperti adegan mendebarkan yang ada di drama Korea karena faktanya jarak kami kurang lebih 3 langkah.
"Aku harap kamu nyaman tinggal di sini dan aku harap kamu bisa beradaptasi di sini dengan mudah." Ucap Dion terdengar ramah dan sopan.
Benar apa yang aku pikirkan jika Dion adalah orang yang ramah dan baik pada orang asing, sekalipun ini adalah pertemuan pertama mereka secara langsung.
"Aku..aku harap kalian juga terbiasa dengan kehadiran ku di sini. Ehm..maaf karena sudah merepotkan Tuan muda Dion." Kataku masih gugup!
Yah, Tuan muda Dion yang terhormat aku harap kamu harus terbiasa dengan kehadiran ku di sini dan aku harap pula namaku bisa menempati posisi yang terpenting di sana.
"Jangan panggil aku seperti itu, cukup Dion saja." Katanya mengoreksi ucapan ku.
"Aku senang ada anggota baru di rumah ini dan aku sama sekali tidak berpikir jika kamu merepotkan ku. Sina, jangan terlalu banyak berpikir dengan memikirkan hal yang tidak-tidak. Cukup buat dirimu nyaman di sini karena dengan begitu aku akan merasa nyaman pula." Sambung Dion lagi, kali ini ia tersenyum tampan di depan ku.
Benar, dia sangat tampan ketika tersenyum. Oh tidak! Dion akan selalu tampan meskipun ia tersenyum ataupun tidak tersenyum, pesona mematikan ini ada senjata berbahaya bagi kaum perempuan!
"Te-terima kasih Tuan-ah maaf, maksudku Dion. Aku akan berdaptasi secepat mungkin di sini jadi tolong jangan khawatir." Tentu saja akan sangat mudah beradaptasi di sini!
Aku sudah siap untuk memulai hidup baru ku di rumah ini. Hahahaha..lihat, Tuhan ternyata mengirimkan ku sebuah jalan pintas untuk mendapatkan kebahagiaan. Sekarang aku tidak akan iri lagi melihat kebahagiaan Zahra karena mulai hari ini kebahagiaan ku sudah ada di depan mata.
"Bagus, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam untuk mengurus sesuatu. Jika Sina tidak ingin ikut bergabung lebih baik mengobrol saja dengan Risa. Tanyakan apa yang membuat kamu bingung di sini kepadanya." Dion mengalihkan atensinya menatap Risa yang masih di tempat mengamati interaksi ku dengan Dion.
"Risa, bawa Sina keliling rumah." Katanya sebelum beranjak pergi meninggalkan ku dan Risa.
Aku melihat kepergian Dion, memandangi punggung kokoh Dion yang perlahan menjauh dari pandangan ku. Rasanya aku masih belum mempercayai jika semua ini nyata, akan tetapi suara detak jantungku yang bergemuruh seolah mengingatkan ku bahwa ini semua nyata.
Aku tinggal di rumah ini nyata.
Berhadapan langsung dengan Dion itu nyata.
Dan menerima perhatian hangat Dion itu nyata, yah ini bukan mimpi jadi aku tidak perlu bingung. Sadarlah, Sina! Ini menyenangkan.
"Apa kamu menyukai Kakak ku?" Tanya Risa santai, wajah cantiknya yang lembu menyunggingkan sebuah senyuman yang manis. Mata hitamnya yang jernih ikut mengkerut mengikuti gerakan pipinya yang tertarik karena sebuah senyuman.
Dia memang tersenyum tapi senyuman ini terasa aneh untukku.
"Aku..aku.." Aku benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa.
Hati kecilku mengatakan bahwa Risa adalah gadis yang tidak bisa disinggung, aku harus hati-hati jika berada di depannya. Ini memang tidak masuk akal tapi biasanya bisikan hati adalah bentuk pertolongan Tuhan kepada hamba-Nya yang terancam dalam keadaan bahaya.
"Ahahaha..aku hanya bercanda, kamu tidak perlu menganggapnya serius." Risa tertawa kecil, menutupi wajahnya dengan gerakan anggun.
Hah..aku sangat konyol!
"Baiklah, tur keliling rumah sudah saatnya kita mulai!"
...🌺🌺🌺...
"Ma, kejutan ini sungguh diluar ekspektasi Dion. Aku benar-benar tidak bisa mengatakan apa-apa setelah menerimanya." Dion masuk ke dalam dapur dengan wajah penuh keluhan.
Nyonya Ranti melirik putranya, tersenyum simpul ia tetap melanjutkan kesibukkannya memindahkan kue-kue cantik ke atas wadah cantik dan menghiasnya dengan suka cita. Layaknya anak kecil yang sedang bermain masak-masakan.
"Kenapa? Gak suka, Hem?"
"Mama seharusnya mengerti perasaan Dion." Keluhnya lagi.
Sebagai orang tua seharusnya Nyonya Ranti lebih tahu tentang kesukaan atau ketidak sukaan Dion. Karena Nyonya Ranti tahu maka seharusnya Sina tidak bisa masuk ke dalam rumah ini, apalagi sampai ikut tinggal di sini bersama mereka. Entah apa tujuan gadis itu di sini, Dion takut jika itu bukanlah maksud yang baik.
"Ini bukan ide Mama sayang, tapi ini adalah ide adik kamu sendiri. Risa bilang tidak ada salahnya menambah anggota baru di rumah ini agar ia punya teman main. Oh yah, Mama ingat semalam kamu beresin kamar yang ada di samping kamu. Mama pikir kamu beresin kamar ini untuk Sina jadi sekarang kamar itu menjadi milik Sina."
Dion terkejut, spontan tangannya meraih pundak kanan Nyonya Ranti panik.
"Mama suruh Sina tidur di sana?" Tanyanya memastikan.
Nyonya Ranti mengangguk dengan santai, masih belum menyadari kepanikan Dion.
"Kamu'kan udah capek-capek beresin jadi sayangkan kalau dibiarkan kosong?
"Mama-Ya Tuhan.." Dion melepaskan tangannya dari pundak Nyonya Ranti. Ia menjatuhkan dirinya di atas kursi dengan lemas, tidak tahu harus mengatakan apa kepada Nyonya Ranti.
"Apa ada yang salah?" Tanya Nyonya Ranti akhirnya menyadari ada sesuatu yang tidak biasa dengan sikap putranya.
Dion menggelengkan kepalanya dengan tidak bersemangat, "Enggak ada yang salah Ma, Dion cuma agak capek aja gara-gara semalam kerja lembur." Ucap Dion lemah.
Ia bangun dari duduknya dan segera keluar dari dapur untuk menenangkan perasaan gelisahnya. Matanya yang tajam kemudian melirik kamar yang ada di sampingnya, diam beberapa detik ia akhirnya menghela nafas panjang seraya menggelengkan kepalanya.
"Sina, gadis itu.." Pikirannya tiba-tiba bekerja dengan cepat.
...🌺🌺🌺...
Aku dan Risa berjalan mengelilingi rumah, tidak seperti tadi Risa kali ini jauh lebih normal di mataku. Dia mengenalkan ku ke berbagai tempat-tempat yang menarik di rumah mereka, Tempat maupun suasana yang tercipta sangat bagus untukku ketika menulis novel nanti. Misalnya seperti taman yang sedang kami singgahi saat ini.
Di sini ada berbagai macam bunga yang tumbuh subur dan terawat, ada juga beberapa pohon yang menjulang tinggi dengan daun hijau yang rindang dan meneduhkan. Di bawah pohon tersebut sengaja ditaruh beberapa kursi taman yang sangat mendukung jika ingin bersantai di sini.
Aku bahkan bisa membayangkan diriku sedang duduk santai di kursi tersebut, merasakan sejuk karena dinaungi pohon hijau dan dimanjakan dengan bunga-bunga yang tumbuh indah nan cantik. Ide-ide yang ada di kepalaku pasti sangat lancar keluar ketika aku menulis di taman ini.
"Taman ini sangat indah." Gumam ku pada diriku sendiri.
"Hahahaha...taman ini memang indah, selain sebagai tempat untuk memanjakan mata keluarga besar ku sering mengadakan acara kumpul-kumpul di sini." Risa menjelaskan tanpa aku minta.
Sepertinya ia mendengar apa yang aku katakan tadi, Hem..apa suaraku terlalu besar, yah?
"Kumpul-kumpul bersama?" Ini terdengar sangat menarik.
Risa menganggukkan kepalanya senang, "Ya, ada waktu dimana kami akan melakukan kumpul-kumpul bersama di taman ini. Membuat acara makan bersama dengan keluarga besar ataupun teman-teman dekat. Biasanya itu terjadi setiap 3 minggu sekali jika semua orang punya waktu luang. Namun, jika mereka sibuk acara kumpul-kumpul seperti ini akan diadakan paling lama 1 atau 2 bulan sekali."
Hem, mereka adalah keluarga pebisnis sukses yang tidak perlu ditanyakan lagi akan kesibukan mereka jadi wajar saja akan sedikit memakan waktu untuk melakukan kumpul bersama keluarga besar ataupun teman dekat. Yah, ini jauh lebih baik daripada kedua orang tuaku yang hanya pulang setiap akhir tahun.
Kalaupun mereka pulang itu hanya beberapa hari saja dan dihabiskan untuk melakukan pembicaraan bisnis dengan klien orang Indonesia. Tentu saja, itu sangat membosankan!
"Keluarga kalian sangat kompak, meskipun sibuk tapi masih menyempatkan diri untuk berkumpul dengan orang-orang tersayang." Kataku kagum.
"Eh, kami memang kompak jika itu berhubungan dengan keluarga. Oh yah, keluarga ku juga punya kebiasaan melalukan kemping di daerah T. Kau tahu bukan di daerah T ada sebuah tempat yang digunakan sebagai tempat kemping orang-orang yang ingin bersantai. Pengelola tempat itu sudah menyiapkan tenda yang sudah dibangun seperti kamar sendiri, sebagai pengunjung kita hanya perlu membayar uang sewa saja untuk beberapa hari. Setelah itu, acara kemping yang menyenangkan bisa kita lakukan. Hah, karena terlalu sering ke sana keluarga ku menjadi pelanggan tetap tempat itu sampai-sampai pengelola tempat itu menyiapkan beberapa tenda yang khusus ditempati keluarga ku."
Hem, aku semakin iri saja mendengarnya. Wilayah T memang sudah terkenal akan wisatanya, aku tahu ini dari majalah yang pernah aku baca. Apa yang dikatakan Risa dan apa yang aku baca di majalah memang sama persis penjelasannya.
Tempat itu sudah disediakan tenda-tenda mewah dan besar yang cukup menampung beberapa orang di dalamnya. Tidak seperti tenda biasa, di dalam tenda itu ada dua satu tempat tidur besar yang bisa ditempati 2 atau 3 orang. Selain itu, ada juga fasilitas mewah seperti TV, WiFi, kulkas mini dan beberapa kenyamanan yang tidak bisa aku jelaskan.
Yah, fasilitasnya memang memadai tapi harga sewa permalamnya tidak kalah mahal dengan kamar hotel bintang lima. Dan sudah bisa dipastikan bahwa tempat itu hanya diisi oleh orang yang ber'uang, bagi mereka yang hidup kekurangan ataupun berkecukupan pasti berpikir panjang jika ingin kemping di sana.
"Aku benar-benar cemburu dengan keluarga ini." Bisik ku pada diri sendiri.
Tiba-tiba, perhatian ku tertuju pada sebuah bangunan tinggi dua lantai yang terlihat cukup sederhana namun punya ketertarikan yang tidak bisa dijelaskan. Bangunan itu ada di ujung taman dan agak ditutupi oleh beberapa pohon yang tinggi, seolah-olah tempat itu memang sengaja di sembunyikan agar tidak menarik perhatian.
"Risa, rumah siapa yang ada di sana?"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
hernawatilili10
😂😂😂😂
2021-01-04
1
KunXin
Alhamdulillah..gak sia-sia begadang 😂😂😂
2021-01-03
0