"Oh, itu bukan rumah siapa-siapa." Jawab Risa terdengar aneh.
Ia lalu menarik tanganku ke sebuah kursi taman yang rindang dan nyaman. Kami duduk di sana dan pandangan kami tepat mengarah ke bangunan yang tersembunyi itu.
Karena ini terkesan tersembunyi aku pikir jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh tempat itu. Oh, atau mungkin saja itu adalah rumah bersantai kedua orang tua Risa ketika tidak ingin diganggu oleh siapapun.
"Itu adalah paviliun dingin, Sina." Ucap Risa pelan.
Paviliun?
Ah, jadi seperti itu. Tapi mengapa paviliun ini harus disembunyikan apalagi namanya sangat aneh. Apa artinya dingin? Mungkinkah di dalam paviliun itu dipenuhi oleh mesin pendingin yang mencekam? Siapapun yang masuk ke dalamnya pasti akan langsung beranggapan jika di dalam paviliun itu seperti di negeri bersalju. Dingin dan sangat dingin, ah!
"Kenapa paviliun itu dibangun di tempat tersembunyi? Oh ya, apakah namanya punya arti yang khusus sehingga dinamakan seperti itu?" Tanyaku mencoba mengorek informasi.
Bagaimanapun juga, aku akan menjadi bagian dari keluarga ini lebih tepatnya akan menjadi Kakak ipar Risa sehingga di samping mengetahui bagian-bagian dari rumah ini yang penting aku juga harus bisa membangun koneksi yang baik dengan Risa. Aku harus membuatnya merasa senyaman mungkin ketika berada di dekatku.
"Paviliun dingin, mengapa dibangun di tempat tersembunyi dan mengapa ia diberikan nama seperti itu-" Ku rasakan pergerakan darinya.
Sepertinya ia kini sedang memandangi ku, jadi untuk bersikap sopan aku juga menggeser dudukku agar bisa lebih dekat lagi dengannya.
"Sina, paviliun dingin adalah tempat untuk mengasingkan diri." Lanjutnya membuat ku semakin bingung.
"Aku.. tidak mengerti."
Dia tersenyum sambil menatapku, tapi senyumnya kali ini sangat aneh dan lebih aneh dari pertemuan pertama kami tadi. Senyumannya ini seolah punya maksud tertentu kepadaku namun aku ragu dengan perasaan ini karena sekali lagi ini hanya perasaan selintas ku saja yang seharusnya tidak terlalu penting.
"Paviliun itu dipanggil dengan paviliun dingin karena tempat itu hanya bisa di diami oleh mereka yang harus mengasingkan diri. Ini adalah tradisi keluarga besar ku selama bertahun-tahun. Setiap kali ada anggota keluarga yang melakukan kesalahan fatal mereka tidak diizinkan untuk tinggal di rumah utama tapi harus pindah ke paviliun dingin sampai keluarga benar-benar memaafkannya."
Jadi seperti itu, paviliun dingin sangat sesuai dengan fungsinya. Untuk merefleksikan diri setelah melakukan kesalahan yang fatal, hem.. sejujurnya ini sangat menakutkan bukan? Karena tinggal di paviliun dingin berarti harus dikucilkan oleh anggota keluarga yang lain. Tentu saja itu sangat menakutkan!
"Sejujurnya ini sangat menakutkan." Akui ku.
"Harus dikucilkan oleh keluarga besar pasti membuat hati sangat tertekan." Lanjut ku menyampaikan pendapat.
"Yah, karena itulah disebut paviliun dingin. Mereka yang berbuat salah harus rela mendapatkan perlakuan dingin dari semua orang di sini. Tapi, sudah bertahun-tahun terlewati dan paviliun dingin itu tidak pernah dihuni lagi. Sepertinya keluarga ku sangat ketat dalam menjujung tinggi sikap dan moral mereka agar jangan sampai dilemparkan ke tempat itu."
Ah, maka paviliun dingin sudah lama kosong dan ditinggalkan seperti itu. Pasti di dalamnya penuh debu dan tidak terawat.
"Itu bagus, setidaknya semua orang akan nyaman." Kataku merasa lega.
"Tapi," Risa lagi-lagi memberikan ku senyuman yang aneh. "Entah mengapa aku merasa jika tahun ini akan ada orang yang dikirim ke sana. Dikirim untuk mendapatkan hukumannya, Sina, tidakkah kamu merasakan hal yang sama dengan ku?"
Aku tidak merasakan apapun, okay! Aku malah merasakan bahaya setiap kali kamu tersenyum seperti itu, terlihat menakutkan!
"Aku tidak merasakan apa-apa, mungkin itu hanya perasaan mu saja." Jawabku yakin.
Risa lalu menganggukkan kepalanya pelan seraya kembali menatap ke arah paviliun dingin.
"Ya, mungkin itu hanya perasaan ku saja."
...🌺🌺🌺...
Sekarang hanya tinggal mereka bertiga saja di rumah besar ini karena para orang tua sudah berangkat keluar negeri untuk mengurus bisnis masing-masing.
Sina sebenarnya agak kesulitan di antara mereka berdua karena dia masih canggung untuk berbicara dengan Dion dan Risa. Yah, dengan Risa sejujurnya tidak terlalu canggung karena mereka sudah sempat berbicara panjang tadi siang namun tetap saja Sina masih belum terbiasa dengan perubahan yang tiba-tiba ini.
Karena dulu ia adalah seorang gadis yang lebih banyak menyendiri di dalam rumah dan malas bergaul dengan orang lain. Namun sekarang ia tidak bisa lagi bersikap introvert seperti itu karena ini bukan rumahnya. Di samping itu, ia juga tidak ingin menyia-nyiakan waktu dan ingin menggunakan waktunya sebaik mungkin agar bisa dekat dengan Dion. Merebut hatinya dan dengan bangga menyatakan kepada kedua orang tuanya bahwa ia berhasil mendapatkan pewaris yang kompeten.
Setelah itu Sina yakin jika kedua orang tuanya pasti tidak akan memandang remeh dirinya lagi. Huh, tidak kuliah dan tidak bekerja di kantor bukan berarti Sina tidak bisa merebut hati Dion!
Yah, meskipun ia masih ragu tapi itu wajar karena ia tidak punya potensi apapun untuk ia pamerkan di depan calon suaminya. Namun, setelah mendapatkan respon hangat Dion tadi siang pikiran ragu Sina secara perlahan terkikis dan rasa percaya dirinya semakin tumbuh tinggi rasanya.
"Mulai hari ini kamu akan duduk di kursi ini dan tidak diizinkan untuk berpindah tempat tanpa seizin ku." Ucap Dion seraya memegang kursi yang ada di sampingnya.
Jantung Sina berdebar kuat mendengarkan perintah mutlak Dion. Matanya yang jernih menatap posesif posisi kursi yang Dion berikan kepadanya.
Oh, astaga! Dion sangat berani memulai pendekatan dengan diriku!. Batin Sina tidak bisa menahan kegembiraannya.
"Terimakasih..Dion, aku sangat tersanjung." Ucap Sina berterimakasih seraya duduk di kursinya.
Sina tidak perlu malu ataupun menolak perhatian Dion karena ini adalah bukti bahwa posisi Sina di hati Dion sangat penting! Sina sangat senang karena bisa melihat niat Dion yang ingin sekali tetap dekat dengan dirinya.
Lihat saja, posisi tempat duduk mereka bersebelahan-tentu saja ini karena Dion ingin dekat dengannya!
Dion tersenyum hangat, "Kalau begitu kita mulai saja makan malam sebelum makanannya menjadi dingin."
Setelah mengatakan itu Dion mulai memakan makanannya tanpa memperhatikan Sina selalu mencuri pandang kepadanya. Oh, mungkin saja Dion tahu tapi ia pura-pura tidak melihat untuk menyelamatkan wajah Sina. Ia tidak ingin melihat gadis ini malu karena telah tertangkap basah sedang memperhatikannya.
"Sina, apakah makanannya enak?" Suara lembut seorang gadis mengintrupsi acara 'mengintip' Sina.
Sina terkejut, namun secepat kilat ia memperbaiki ekspresinya sealami mungkin.
"Ya, makanannya sangat enak. Koki kalian sangat hebat sehingga bisa membuat makanan seenak ini." Jawab Sina bersemangat.
Risa tersenyum simpul, gaya makannya yang anggun dan terpelajar tidak bisa tidak membuat Sina merasa malu. Sina juga seorang perempuan namun cara makannya dengan Risa mempunyai perbedaan yang begitu besar.
"Baguslah jika kamu menyukainya, besok-"
"Risa, sudah berapa kali Kakak bilang kalau di atas meja kamu tidak boleh berbicara." Potong Dion tidak senang.
Risa langsung menutup mulutnya tidak puas, menatap Sina dengan pandangan yang rumit ia lalu membenamkan dirinya untuk fokus makan meskipun matanya seringkali mencuri pandang melihat Sina yang masih asik sesekali memperhatikan Dion.
Melihat ini ia tersenyum miring, tampak puas dengan umpan yang datang langsung ke rumah ini.
Hem, umpannya cukup bagus. Aku harap umpan ini cukup untuk membukakan ku sebuah jalan pintas, huh..jalan pintas untuk mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milikku.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
who.am.i???
ha?? lu cuma alat doang sina.. kasiaan
2021-06-25
0
atmaranii
nah lho ada rncna ap ya kira2.. bilang umpan sgla... jd pnasaran
2021-02-19
0
L!4_00
kk tuh paling bisa deh bikin penasaran..
2021-01-15
0