7. Paviliun Dingin

"Oh, itu bukan rumah siapa-siapa." Jawab Risa terdengar aneh.

Ia lalu menarik tanganku ke sebuah kursi taman yang rindang dan nyaman. Kami duduk di sana dan pandangan kami tepat mengarah ke bangunan yang tersembunyi itu.

Karena ini terkesan tersembunyi aku pikir jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh tempat itu. Oh, atau mungkin saja itu adalah rumah bersantai kedua orang tua Risa ketika tidak ingin diganggu oleh siapapun.

"Itu adalah paviliun dingin, Sina." Ucap Risa pelan.

Paviliun?

Ah, jadi seperti itu. Tapi mengapa paviliun ini harus disembunyikan apalagi namanya sangat aneh. Apa artinya dingin? Mungkinkah di dalam paviliun itu dipenuhi oleh mesin pendingin yang mencekam? Siapapun yang masuk ke dalamnya pasti akan langsung beranggapan jika di dalam paviliun itu seperti di negeri bersalju. Dingin dan sangat dingin, ah!

"Kenapa paviliun itu dibangun di tempat tersembunyi? Oh ya, apakah namanya punya arti yang khusus sehingga dinamakan seperti itu?" Tanyaku mencoba mengorek informasi.

Bagaimanapun juga, aku akan menjadi bagian dari keluarga ini lebih tepatnya akan menjadi Kakak ipar Risa sehingga di samping mengetahui bagian-bagian dari rumah ini yang penting aku juga harus bisa membangun koneksi yang baik dengan Risa. Aku harus membuatnya merasa senyaman mungkin ketika berada di dekatku.

"Paviliun dingin, mengapa dibangun di tempat tersembunyi dan mengapa ia diberikan nama seperti itu-" Ku rasakan pergerakan darinya.

Sepertinya ia kini sedang memandangi ku, jadi untuk bersikap sopan aku juga menggeser dudukku agar bisa lebih dekat lagi dengannya.

"Sina, paviliun dingin adalah tempat untuk mengasingkan diri." Lanjutnya membuat ku semakin bingung.

"Aku.. tidak mengerti."

Dia tersenyum sambil menatapku, tapi senyumnya kali ini sangat aneh dan lebih aneh dari pertemuan pertama kami tadi. Senyumannya ini seolah punya maksud tertentu kepadaku namun aku ragu dengan perasaan ini karena sekali lagi ini hanya perasaan selintas ku saja yang seharusnya tidak terlalu penting.

"Paviliun itu dipanggil dengan paviliun dingin karena tempat itu hanya bisa di diami oleh mereka yang harus mengasingkan diri. Ini adalah tradisi keluarga besar ku selama bertahun-tahun. Setiap kali ada anggota keluarga yang melakukan kesalahan fatal mereka tidak diizinkan untuk tinggal di rumah utama tapi harus pindah ke paviliun dingin sampai keluarga benar-benar memaafkannya."

Jadi seperti itu, paviliun dingin sangat sesuai dengan fungsinya. Untuk merefleksikan diri setelah melakukan kesalahan yang fatal, hem.. sejujurnya ini sangat menakutkan bukan? Karena tinggal di paviliun dingin berarti harus dikucilkan oleh anggota keluarga yang lain. Tentu saja itu sangat menakutkan!

"Sejujurnya ini sangat menakutkan." Akui ku.

"Harus dikucilkan oleh keluarga besar pasti membuat hati sangat tertekan." Lanjut ku menyampaikan pendapat.

"Yah, karena itulah disebut paviliun dingin. Mereka yang berbuat salah harus rela mendapatkan perlakuan dingin dari semua orang di sini. Tapi, sudah bertahun-tahun terlewati dan paviliun dingin itu tidak pernah dihuni lagi. Sepertinya keluarga ku sangat ketat dalam menjujung tinggi sikap dan moral mereka agar jangan sampai dilemparkan ke tempat itu."

Ah, maka paviliun dingin sudah lama kosong dan ditinggalkan seperti itu. Pasti di dalamnya penuh debu dan tidak terawat.

"Itu bagus, setidaknya semua orang akan nyaman." Kataku merasa lega.

"Tapi," Risa lagi-lagi memberikan ku senyuman yang aneh. "Entah mengapa aku merasa jika tahun ini akan ada orang yang dikirim ke sana. Dikirim untuk mendapatkan hukumannya, Sina, tidakkah kamu merasakan hal yang sama dengan ku?"

Aku tidak merasakan apapun, okay! Aku malah merasakan bahaya setiap kali kamu tersenyum seperti itu, terlihat menakutkan!

"Aku tidak merasakan apa-apa, mungkin itu hanya perasaan mu saja." Jawabku yakin.

Risa lalu menganggukkan kepalanya pelan seraya kembali menatap ke arah paviliun dingin.

"Ya, mungkin itu hanya perasaan ku saja."

...🌺🌺🌺...

Sekarang hanya tinggal mereka bertiga saja di rumah besar ini karena para orang tua sudah berangkat keluar negeri untuk mengurus bisnis masing-masing.

Sina sebenarnya agak kesulitan di antara mereka berdua karena dia masih canggung untuk berbicara dengan Dion dan Risa. Yah, dengan Risa sejujurnya tidak terlalu canggung karena mereka sudah sempat berbicara panjang tadi siang namun tetap saja Sina masih belum terbiasa dengan perubahan yang tiba-tiba ini.

Karena dulu ia adalah seorang gadis yang lebih banyak menyendiri di dalam rumah dan malas bergaul dengan orang lain. Namun sekarang ia tidak bisa lagi bersikap introvert seperti itu karena ini bukan rumahnya. Di samping itu, ia juga tidak ingin menyia-nyiakan waktu dan ingin menggunakan waktunya sebaik mungkin agar bisa dekat dengan Dion. Merebut hatinya dan dengan bangga menyatakan kepada kedua orang tuanya bahwa ia berhasil mendapatkan pewaris yang kompeten.

Setelah itu Sina yakin jika kedua orang tuanya pasti tidak akan memandang remeh dirinya lagi. Huh, tidak kuliah dan tidak bekerja di kantor bukan berarti Sina tidak bisa merebut hati Dion!

Yah, meskipun ia masih ragu tapi itu wajar karena ia tidak punya potensi apapun untuk ia pamerkan di depan calon suaminya. Namun, setelah mendapatkan respon hangat Dion tadi siang pikiran ragu Sina secara perlahan terkikis dan rasa percaya dirinya semakin tumbuh tinggi rasanya.

"Mulai hari ini kamu akan duduk di kursi ini dan tidak diizinkan untuk berpindah tempat tanpa seizin ku." Ucap Dion seraya memegang kursi yang ada di sampingnya.

Jantung Sina berdebar kuat mendengarkan perintah mutlak Dion. Matanya yang jernih menatap posesif posisi kursi yang Dion berikan kepadanya.

Oh, astaga! Dion sangat berani memulai pendekatan dengan diriku!. Batin Sina tidak bisa menahan kegembiraannya.

"Terimakasih..Dion, aku sangat tersanjung." Ucap Sina berterimakasih seraya duduk di kursinya.

Sina tidak perlu malu ataupun menolak perhatian Dion karena ini adalah bukti bahwa posisi Sina di hati Dion sangat penting! Sina sangat senang karena bisa melihat niat Dion yang ingin sekali tetap dekat dengan dirinya.

Lihat saja, posisi tempat duduk mereka bersebelahan-tentu saja ini karena Dion ingin dekat dengannya!

Dion tersenyum hangat, "Kalau begitu kita mulai saja makan malam sebelum makanannya menjadi dingin."

Setelah mengatakan itu Dion mulai memakan makanannya tanpa memperhatikan Sina selalu mencuri pandang kepadanya. Oh, mungkin saja Dion tahu tapi ia pura-pura tidak melihat untuk menyelamatkan wajah Sina. Ia tidak ingin melihat gadis ini malu karena telah tertangkap basah sedang memperhatikannya.

"Sina, apakah makanannya enak?" Suara lembut seorang gadis mengintrupsi acara 'mengintip' Sina.

Sina terkejut, namun secepat kilat ia memperbaiki ekspresinya sealami mungkin.

"Ya, makanannya sangat enak. Koki kalian sangat hebat sehingga bisa membuat makanan seenak ini." Jawab Sina bersemangat.

Risa tersenyum simpul, gaya makannya yang anggun dan terpelajar tidak bisa tidak membuat Sina merasa malu. Sina juga seorang perempuan namun cara makannya dengan Risa mempunyai perbedaan yang begitu besar.

"Baguslah jika kamu menyukainya, besok-"

"Risa, sudah berapa kali Kakak bilang kalau di atas meja kamu tidak boleh berbicara." Potong Dion tidak senang.

Risa langsung menutup mulutnya tidak puas, menatap Sina dengan pandangan yang rumit ia lalu membenamkan dirinya untuk fokus makan meskipun matanya seringkali mencuri pandang melihat Sina yang masih asik sesekali memperhatikan Dion.

Melihat ini ia tersenyum miring, tampak puas dengan umpan yang datang langsung ke rumah ini.

Hem, umpannya cukup bagus. Aku harap umpan ini cukup untuk membukakan ku sebuah jalan pintas, huh..jalan pintas untuk mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milikku.

Bersambung..

Terpopuler

Comments

who.am.i???

who.am.i???

ha?? lu cuma alat doang sina.. kasiaan

2021-06-25

0

atmaranii

atmaranii

nah lho ada rncna ap ya kira2.. bilang umpan sgla... jd pnasaran

2021-02-19

0

L!4_00

L!4_00

kk tuh paling bisa deh bikin penasaran..

2021-01-15

0

lihat semua
Episodes
1 1. Namaku Sina
2 2. Mereka Pulang
3 3. Kalian Bertunangan, Jika Beruntung
4 4. Rumah Tuan Muda
5 5. Bertemu Dion
6 6. Dion Pria yang Lembut
7 7. Paviliun Dingin
8 8. Dion Begitu Hangat
9 9. Bertemu Calista
10 10. Mimisan
11 11. Mimpi Itu Lagi
12 12. Bertemu Sahabat Dion
13 13. Hati-hati, Jangan Terlalu Percaya Diri
14 14. Berkunjung ke Perusahaan
15 15. Kencan Unik
16 16. Risa Tidak Menyukai Ku
17 17. Belajar Memasak
18 18. Peringatan Risa
19 19. Jangan Ikut Campur
20 Di Ranjang yang Sama
21 21. Ciuman Pertama
22 22. Makan Malam
23 23. Akses Masuk
24 24. Membersihkan Kamar Dion
25 25. Gadis Tidak Tahu Malu
26 26. 15 Tahun Lalu
27 27. Dion Mabuk
28 28. Keanehan Calista
29 29. Tanpa Kabar
30 30. Calon Mertua
31 31. Cinta Masa Kecil
32 32. Dion Pulang
33 33. Kesibukan Dion
34 34. Tangisan Calista
35 35. Ada Bayi
36 36. Pergi dari Rumah Ini
37 37. Asam Lambung
38 38. Cincin Berlian
39 39. Ingatan yang Hilang
40 40. Bertemu Bela
41 41. Berubah
42 42. Ilusi
43 43. Ini Karena Sina!
44 44. Terlalu Sempurna
45 45. Kacau
46 46. Tidak Ikut Campur
47 47. Cemburu
48 48. Kebenaran
49 49. Aku Ingin Pulang
50 50. Liburan
51 51. Tunda
52 52. Berangkat
53 53. Kemah
54 54. Kebetulan
55 55. Bertengkar
56 56. Dia Berbohong
57 57. Kerja Keras Dion
58 58. Pulang
59 59. Mereka Pulang (2)
60 60. Muntah-muntah
61 61. Rumah Sakit
62 62. Hamil
63 63. Luka Bakar
64 64. Tuduhan
65 65. Marah
66 66. Hukuman
67 67. Paviliun Dingin (2)
68 68. Undangan
69 69. Berubah-ubah
70 70. Pesta
71 71. Dimas
72 72. Ngidam
73 73. Mengigau
74 74. Bukan Musuh
75 75. Jangan Bersembunyi Dariku
76 76. Sebuah Pengakuan
77 77. Tahap Serius
78 78. Tentang Risa
79 79. Sina Manja
80 80. Siapa Korban
81 81. Kesepakatan
82 82. Pulangkan Saja
83 83. Keseleo
84 84. Tamu Tak Diundang
85 85. Berharap Lagi
86 86. Mood
87 87. Ingatan Sina
88 88. Dugaan Sina
89 89. Ngidam (2)
90 90. Pinternya Anak Mama
91 91. Dion?
92 92. Apa Kamu Layak?
93 93. Aku Mencintaimu, Sungguh
94 94. Dia Satu-Satunya Alasan Ku
95 95. Balas Dendam
96 96. Aku Menemukanmu
97 97. Dion Demam
98 98. Suami-istri?
99 99. Istriku
100 Aku Bukan Perawan Tua
101 100. Menuju Akhir
102 101. Berakhirkah?
103 102. Pada Akhirnya
104 103. Diantara Dua Pilihan
105 104. Dia Monster
106 105. Papa Tahu
107 106. E
108 107. N
109 108. D
110 Calon Adikku Menjadi Suamiku
111 Hallo?
Episodes

Updated 111 Episodes

1
1. Namaku Sina
2
2. Mereka Pulang
3
3. Kalian Bertunangan, Jika Beruntung
4
4. Rumah Tuan Muda
5
5. Bertemu Dion
6
6. Dion Pria yang Lembut
7
7. Paviliun Dingin
8
8. Dion Begitu Hangat
9
9. Bertemu Calista
10
10. Mimisan
11
11. Mimpi Itu Lagi
12
12. Bertemu Sahabat Dion
13
13. Hati-hati, Jangan Terlalu Percaya Diri
14
14. Berkunjung ke Perusahaan
15
15. Kencan Unik
16
16. Risa Tidak Menyukai Ku
17
17. Belajar Memasak
18
18. Peringatan Risa
19
19. Jangan Ikut Campur
20
Di Ranjang yang Sama
21
21. Ciuman Pertama
22
22. Makan Malam
23
23. Akses Masuk
24
24. Membersihkan Kamar Dion
25
25. Gadis Tidak Tahu Malu
26
26. 15 Tahun Lalu
27
27. Dion Mabuk
28
28. Keanehan Calista
29
29. Tanpa Kabar
30
30. Calon Mertua
31
31. Cinta Masa Kecil
32
32. Dion Pulang
33
33. Kesibukan Dion
34
34. Tangisan Calista
35
35. Ada Bayi
36
36. Pergi dari Rumah Ini
37
37. Asam Lambung
38
38. Cincin Berlian
39
39. Ingatan yang Hilang
40
40. Bertemu Bela
41
41. Berubah
42
42. Ilusi
43
43. Ini Karena Sina!
44
44. Terlalu Sempurna
45
45. Kacau
46
46. Tidak Ikut Campur
47
47. Cemburu
48
48. Kebenaran
49
49. Aku Ingin Pulang
50
50. Liburan
51
51. Tunda
52
52. Berangkat
53
53. Kemah
54
54. Kebetulan
55
55. Bertengkar
56
56. Dia Berbohong
57
57. Kerja Keras Dion
58
58. Pulang
59
59. Mereka Pulang (2)
60
60. Muntah-muntah
61
61. Rumah Sakit
62
62. Hamil
63
63. Luka Bakar
64
64. Tuduhan
65
65. Marah
66
66. Hukuman
67
67. Paviliun Dingin (2)
68
68. Undangan
69
69. Berubah-ubah
70
70. Pesta
71
71. Dimas
72
72. Ngidam
73
73. Mengigau
74
74. Bukan Musuh
75
75. Jangan Bersembunyi Dariku
76
76. Sebuah Pengakuan
77
77. Tahap Serius
78
78. Tentang Risa
79
79. Sina Manja
80
80. Siapa Korban
81
81. Kesepakatan
82
82. Pulangkan Saja
83
83. Keseleo
84
84. Tamu Tak Diundang
85
85. Berharap Lagi
86
86. Mood
87
87. Ingatan Sina
88
88. Dugaan Sina
89
89. Ngidam (2)
90
90. Pinternya Anak Mama
91
91. Dion?
92
92. Apa Kamu Layak?
93
93. Aku Mencintaimu, Sungguh
94
94. Dia Satu-Satunya Alasan Ku
95
95. Balas Dendam
96
96. Aku Menemukanmu
97
97. Dion Demam
98
98. Suami-istri?
99
99. Istriku
100
Aku Bukan Perawan Tua
101
100. Menuju Akhir
102
101. Berakhirkah?
103
102. Pada Akhirnya
104
103. Diantara Dua Pilihan
105
104. Dia Monster
106
105. Papa Tahu
107
106. E
108
107. N
109
108. D
110
Calon Adikku Menjadi Suamiku
111
Hallo?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!