Kira duduk dengan ekspresi tidak puas di samping Ridwan. Matanya yang indah menatap tidak senang pada kehadiran Sina di samping Dion. Apalagi saat melihat penampilannya yang dibuat-buat sok polos membuat Kira ingin sekali merobek wajah menipu Sina. Bahkan gaun putih polos yang digunakan Sina juga tidak luput menjadi perhatian Kira. Dia pikir sebagai seorang gadis Sina tidak seharusnya menggunakan gaun seperti itu untuk datang ke sini karena tempat ini bukan untuk kencan melainkan tempat untuk berkumpul.
Iya, dia paham jika Sina pasti ingin lebih dekat lagi dengan Dion tapi bukankah taktiknya ini terlalu menjijikkan?
"Kamu datang ke sini dengan pakaian seperti itu, apa kamu tidak merasa terganggu dengan tatapan banyak orang?" Tanya Kira sinis.
"Aku.. tidak tahu kami akan ke sini." Sina menjawab dengan gugup.
Kedua tangannya yang ada dibawah meja meremat kuat gaun putih yang ia gunakan.
"Menyedihkan, otak mu pasti memikirkan sesuatu yang-"
"Cukup, jangan menakuti Sina lagi. Apa kamu tidak menyadari jika ekspresi wajah mu sekarang terlihat agak menakutkan?" Ridwan memotong ucapan Kira dengan ekspresi datar.
Bertindak alami seolah sikap sinis Kira kepada Sina hanya sebuah lelucon perkenalan saja. Ia tidak ingin membuat Sina merasa tertekan diantara mereka karena dari tempatnya duduk saja Ridwan bisa menilai ekspresi ketidaknyamanan Sina saat dipojokkan oleh Kira.
Kira mendengus tidak senang namun tetap mendengarkan peringatan yang Ridwan sampaikan kepadanya secara samar.
"Yah, aku tidak akan mengganggunya lagi." Jawabnya tidak puas.
Tangan putihnya yang ramping dan terawat dengan sengaja terangkat ke atas meja. Mengambil jusnya dengan tatapan provokasi ke arah Sina. Tentu saja, Kira ingin memamerkan betapa cantik tangannya yang sudah dipoles bertahun-tahun. Kira ingin Sina sadar jika fisiknya saja tidak ada bandingannya dengan milik Sina yang terlihat biasa-biasa saja. Malah, Sina terlihat agak tidak terawat di mata Kira karena kulit Sina tidak selembut miliknya.
"Perusahaan ku akan melakukan tes kesehatan minggu depan, apakah kalian sudah melakukan persiapan untuk ini?" Tanya Dion langsung ke intinya.
Bersikap tidak perduli dengan tatapan tidak suka yang Kira arahkan pada Sina.
"Aku sudah memberi tahu kepala rumah sakit dan sedang menyiapkan persiapan untuk tes minggu depan jadi kamu tidak perlu khawatir." Ridwan menjawab dengan sikap bisnis yang santai dan cakap.
Dion puas dengan kinerjanya, "Bagus, kamu memang bisa diandalkan. Untuk langkah selanjutnya aku serahkan semuanya kepada mu, lakukan sesuai dengan rencana yang kamu buat sendiri. Tapi kamu harus jujur saat melakukan tes kesehatan nanti jika ada karyawan ku yang bermasalah maka kamu harus melaporkannya dengan jujur dan jangan sampai menyembunyikan apapun." Dion mengingatkan Ridwan agar berpikir cerdas saat melakukan tes kesehatan minggu depan.
Dia ingin Ridwan mampu mengemban amanah yang diberikan dan bertindak secara jujur bahkan sekalipun karyawan yang bersamalah punya hubungan dekat dengan Ridwan.
"Aku adalah sahabat mu jadi ku pikir kamu sudah mengenal betul orang yang seperti apa aku ini. Tidak peduli siapapun mereka itu tidak bisa membuat ku untuk bersikap lunak. Tugas ini aku berjanji untuk menyelesaikannya secara jujur." Mereka adalah sahabat kecil dan tentunya sudah saling mengenal sejak bertahun-tahun lamanya.
Maka dari itu pengertian diantara mereka berdua sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Mereka sudah saling mempercayai sejak hubungan persahabatan mereka ada sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.
"Aku sudah menebaknya dan untungnya sudah menyiapkan rencana khusus untuk hari itu." Ridwan berucap dengan bangga, menampilkan senyuman puas dibibirnya.
Sina menatap senyuman ini agak membeku karena sekali lihat saja dia tahu jika Ridwan bukanlah tipe orang yang mudah tersenyum. Sekalinya bisa tersenyum itu pasti dikarenakan sebuah alasan yang menarik. Misalnya hubungan persahabatan Ridwan dengan Dion yang terlihat cukup bagus.
"Benarkah?" Tanya Dion agak tertarik.
Ridwan mengangguk yakin, "Jika kamu ingin tahu maka tidak ada salahnya berkunjung ke tempat kerja ku." Tawar Ridwan berbasa-basi.
Dia tidak yakin Dion akan terpancing ke kantornya apalagi ada Sina yang ia bawa ke sini. Kecuali yah.. jika Dion membawa Sina ke rumah sakit mungkin ceritanya akan sedikit berbeda.
"Baik, tidak ada salahnya berkunjung ke kantor mu sebentar." Dion bangun dari duduknya seraya mengatakan sesuatu kepada Sina. "Tunggu aku di sini dan jangan kemana-mana." Pesan Dion membuat Ridwan dan Kira terkejut.
Mereka tidak menyangka Dion mau menerima tawaran acak Ridwan apalagi tanpa membawa Sina ikut bersamanya. Jelas saja mereka bisa menyimpulkan jika Sina tidak terlalu penting untuk Dion. Karena jika tidak lalu mengapa Dion dengan mudahnya mau menerima ajakan Ridwan tanpa membawa Sina ikut bersamanya?
Tentu saja jawabannya adalah karena Dion tidak punya rasa apapun kepada gadis sok polos ini.
"Oh-okay." Ridwan berdiri dengan gelagapan, agak kurang siap dengan tindakan tiba-tiba Dion.
Setelah itu mereka berdua keluar dari kafetaria dan bergegas menyeberang jalan untuk mencapai tujuan. Kebetulan rumah sakit dan kafetaria saling berseberangan sehingga mereka berdua tidak perlu membuang banyak waktu untuk sampai ke sana.
...🌺🌺🌺...
Dion pergi dengan Ridwan, meninggalkan ku sendiri di sini bersama wanita mengerikan yang sedari tadi terus menatapku dengan tatapan permusuhan. Mendapatkan sikat tidak bersahabat ini darinya tentu saja membuat ku agak takut dan khawatir.
Selain karena usiaku yang terbilang lebih muda darinya aku juga sangat malu dengan kecantikannya yang indah, tidak berbeda dengan para model berkelas yang sering berjalan di atas karpet merah bermandikan tatapan kekaguman banyak orang.
"Kamu menyukai Dion, aku bisa melihatnya dari ekspresi menjijikkan mu ketika menatap Dion." Suara dingin Kira langsung menyadarkan ku dari lamunan.
"Apa..aku salah menyukainya?" Tanyaku gugup tidak berani menatap lurus ke matanya.
"Jawabannya sangat jelas bukan? Ya, kamu salah menyukainya!" Jawab Kira terdengar kesal.
"Kenapa aku salah menyukainya? Dion juga tidak menolak ku untuk tetap dekat dengannya." Aku membela diri dan mengatakan secara samar bahwa Dion tidak hanya tidak menolak ku tapi dia juga tidak terganggu ketika aku mendekatinya.
"Dion tidak mengatakannya bukan berarti dia menyukai mu. Coba kamu lihat bagaimana wajah mu di depan cermin, apakah penampilan standar mu ini sebanding dengan kesempurnaan Dion?"
Hatiku langsung tertohok begitu mendengarnya. Seperti ada pisau tajam yang dengan mudah menusuk ke dalam jantung ku tanpa henti. Kata-kata yang Kira katakan memang sangat tepat dan akupun juga seringkali memikirkan ini.
Ya, sakit memang tapi ini tidak bisa membuat ku menyerah mendekati Dion karena selama Dion tidak memintaku menjauh maka aku akan tetap mengejarnya. Lagipula Dion juga terlihat merespon baik keberadaan ku sehingga membuat ku yakin jika di dalam hati Dion namaku sudah mulai menempati posisi yang penting.
"Ya, aku akui memang punya banyak kekurangan dibandingkan dengan Dion, tapi memangnya kenapa? Punya banyak kekurangan tidak berarti aku tidak bisa hidup bersama dengan Dion. Lagipula Dion juga merespon kehadiran ku dengan baik jadi tidak ada gunanya kamu mengatakan ini kepada ku karena kata-kata bias mu itu tidak bisa menghentikan ku untuk dekat dengan Dion." Kataku tidak ingin kalah darinya.
Kira ini terlalu meremehkan pesona yang aku miliki sehingga tidak ada gunanya untuk diam dan berpura-pura tidak mendengar apapun. Aku juga punya sisi keras kepala sehingga saling melempar kata bias seperti ini tidak akan membuat ku kalah.
"Merespon baik?" Dia tertawa kecil tapi matanya menatapku penuh dengan penghinaan.
"Sina.. Sina, kamu terlalu besar kepala sampai lupa dengan kualitas dirimu sendiri. Baiklah, mungkin hari ini kamu bebas tertawa dan bisa mendekati Dion dengan mudah. Tapi suatu hari nanti kamu akan tersadar jika di mata Dion kamu sama sekali tidak ada bedanya dengan sampah yang menjijikkan!" Lagi-lagi dia berbicara omong kosong.
Apa wanita ini pikir aku masih anak 3 tahun yang tidak bisa melihat jejak kebohongannya? Miris sekali, tidak berhasil menjatuhkan ku tapi dia malah mengancam ku dengan omong kosongnya.
Suatu hari nanti?
Mungkin dia berpikir sedang syuting drama China sampai-sampai mengeluarkan lelucon yang tidak masuk akal.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
KunXin
Judes banget sih tu.cewek!
2021-01-06
0