Untuk kencan pertama kami, aku memutuskan memakai gaun putih selutut yang sudah lama aku tidak gunakan. Tampilannya yang sederhana namun tetap berkelas membuat ku tidak bisa tidak menyukainya. Untuk riasan wajah aku cukup menggunakan bedak bayi yang sering aku gunakan dan dipoles dengan perona pipi merah muda yang tidak terlalu terang. Rambut panjang ku hanya di sisir rapi biasa, aku sengaja membiarkannya tergerai bebas agar untuk memberikan kesan gadis sederhana yang lungu dan polos.
Aku juga memilih untuk menggunakan sepatu putih yang terlihat cocok dipadukan dengan gaun ku, well, sebenarnya aku tidak terlalu pandai menggunakan hak tinggi karena sejak mengenal dunia remaja aku selalu menggunakan sepatu jika pergi kemana-mana. Karena simpel saja, jika aku menggunakan sepatu akan lebih mudah berjalan apalagi di jalan yang terjal atau berantakan. Tapi, jika aku menggunakan hak tinggi akan sulit untuk melewati jalan yang tidak rata ataupun terjal. Inilah mengapa aku lebih suka menggunakan sepatu daripada hak tinggi.
Untuk sentuhan terakhir, aku menggunakan kalung Rubi pemberian Nenek kepadaku. Melingkarinya di atas leher, kedua mataku tak bisa menahan takjub ketika melihatnya.
"Sangat indah." Bisik pada hadis yang ada di dalam cermin.
...🌺🌺🌺...
"Dion?" Panggilku gugup pada seseorang yang sedang duduk santai di sofa.
Dion mengalihkan perhatiannya dari buku yang ada di tangannya, mengangkat wajahnya dan menatapku yang kini sedang berdiri di sampingnya.
"Sudah siap?" Tanyanya terlihat biasa-biasa saja.
Mendengar ini kepalaku langsung berdengung tidak bisa memikirkan apa-apa, seolah saraf cerdas ku mengalami korslet diwaktu yang salah.
"Y-ya, aku sudah siap." Jawabku gugup.
"Baiklah, kalau begitu kita bisa jalan." Katanya seraya jalan di depan ku.
Aku tertegun, beberapa detik kemudian menganggukkan kepala cepat sambil mengikuti langkah Dion dibelakangnya. Kedua tangan ku meremat kuat kain gaun yang ku gunakan. Melampiaskan perasaan malu pada entah siapa yang pasti aku sangat malu dengan kepercayaan diri yang aku bangun.
Aku pikir dengan berdandan seperti ini Dion akan takjub melihat penampilan ku ini. Setidaknya inilah yang aku lihat di drama dan inilah yang aku baca di novel. Ya, aku berpikir seperti itu namun nyatanya Dion sama sekali tidak terpengaruh melihat penampilan ku ini. Ia hanya melihat beberapa detik dan tidak ada perubahan pada ekspresinya. Kecewa?
Tentu saja aku kecewa, lagipula gadis mana yang tidak akan kecewa melihat usaha dirinya tidak dihargai sama sekali? Tidak, setiap gadis pasti akan kecewa karena apa yang ia lakukan tidak bisa masuk ke dalam mata sang pujaan hati.
Yah, ada dua hal yang membuat Dion tidak terpengaruh dengan penampilan ku. Pertama, itu karena Dion sudah biasa melihat penampilan seperti ini bahkan sudah biasa bertemu dengan gadis yang lebih baik lagi. Kedua, itu karena Dion tidak tertarik sama sekali denganku.
Aku harap..yah, aku harap aku tidak ada diantara pilihan ini karena biar bagaimanapun aku masih berharap Dion punya rasa yang sama denganku.
"Pakai sabuk pengaman mu dengan benar." Instruksi Dion mengingatkan ku.
"Ya, aku akan memasangnya." Jawabku seraya memasang sabuk pengaman dengan hati-hati.
Tidak bisa dipungkiri bahwa hatiku berdebar kencang sedekat ini dengan Dion. Bahkan, rasanya wajah ku menjadi hangat tidak terkendali.
"Apa kamu baik-baik saja?" Dia bertanya kepadaku
Aku gugup, "Aku baik-baik saja." Tidak ada yang salah dengan badanku.
Keningnya terlihat mengkerut, "Benarkah?" Tanyanya lagi.
"Ya, aku yakin baik-baik saja." Jawabku meyakinkannya.
"Lalu mengapa wajahmu terlihat begitu merah sekarang?"
Ya Tuhan!
Kenapa laki-laki ini tidak peka sama sekali? Sudah jelas-jelas bukan aku seperti ini karena gugup dekat dengannya. Tinggal di mobil yang sama dan duduk sedekat ini dengannya, gadis mana yang tidak akan gugup?
"Ini.. karena aku agak kepanasan." Jawabku berbohong.
"Maka aku akan menyalakan AC jadi lebih sejuk sekarang." Katanya tidak peka. Setelah itu aku merasakan udara yang ada di dalam mobil terasa sejuk dan melegakan.
Yah, setidaknya ini jauh lebih baik daripada tidak menggunakan AC.
"Terimakasih, Dion." Ucapku berterima kasih, melirik wajah tampannya yang terlihat fokus melihat jalan yang ada di depan.
"Tidak masalah." Responnya terlihat santai.
Setelah itu tidak ada yang berbicara lagi karena aku juga bingung ingin membicarakan apa. Aku lebih senang memandangi wajah tampannya untuk menghilangkan kegugupan yang aku rasakan. Sejujurnya itu tidak berubah sama sekali karena jantungku semakin berdetak kencang tidak bisa menahan perasaan kagum melihat sisi santainya yang seperti ini.
Apa yang sedang dipikirkan Dion sekarang? Mungkinkah dia sedang berpikir hal apa yang harus kami lakukan saat berkencan?
Aku..aku juga memikirkannya. Hari ini kami pergi kencan untuk yang pertama kali jadi kegugupan yang aku rasakan bertambah 2 kali lipat. Aku bingung dan sedang berpikir keras apa yang dilakukan ketika orang pergi kencan. Haruskah aku mengikuti hal-hal yang ada di drama? Melakukan dialog romantis dan berakhir melakukan ciuman panas yang menggairahkan?
Atau apa kami harus mengikuti hal-hal yang ditulis di dalam novel? Melakukan kegiatan yang menyenangkan di beberapa tempat dan berakhir terjebak di kamar hotel untuk melakukan sesuatu yang liar.
Oh, no! Aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak yakin bisa melakukan semuanya karena..yah, ini adalah pertama kalinya aku berkencan dengan seorang laki-laki dan ini juga pertama kalinya aku sedekat ini dengan laki-laki. Sudah jelas jika ciumanku belum ada yang mengambilnya dan segel harga diriku juga belum ada yang mengambilnya.
Jadi untuk Dion, aku ingin memberikan semuanya kepada Dion. Semua yang pertama akan aku berikan kepada Dion, laki-laki yang sudah menjadi mimpi terlarang untuk ku.
...🌺🌺🌺...
"Kita sudah sampai." Dion menghentikan mobilnya di sebuah parkiran kafetaria yang sebenarnya menurut Sina tidak terlalu cocok untuk tempat kencan.
Sina malah berpikir jika tempat ini lebih cocok untuk menjadi tempat tongkrongan dibandingkan melakukan hal yang romantis.
"Tempat ini cukup bagus.." Ucap Sina bermaksud menyindir.
Namun, orang yang disindir justru tidak menyadari maksud Sina mengatakan itu.
"Ini adalah tempat biasanya aku dan teman-temanku berkumpul jika ada waktu luang." Dion menjelaskan dengan santai.
Ia tidak menyadari jika ada sesuatu yang salah dengan ekspresi Sina.
Mereka kemudian masuk ke dalam kafetaria, melihat sekeliling Dion kemudian menemukan seseorang melambaikan tangan kepadanya. Setelah mengenali siapa pemilik tangan itu, Dion kemudian mengajak Sina untuk menemui orang tersebut.
"Ridwan, dimana Kira?" Tanya Dion malas pada laki-laki berkacamata yang duduk di samping jendelanya.
Dari penampilannya yang rapi dan jas putih yang laki-laki itu gunakan Sina bisa tahu laki-laki ini bekerja sebagai dokter. Hem, benar-benar sesuai dengan penampilannya yang pekerja keras.
"Dia pergi ke toilet, duduklah." Jawab Ridwan seraya meregangkan tangannya.
"Siapa dia?" Mata tajam Ridwan melirik Sina yang baru saja mendudukkan dirinya di samping Dion.
"Namanya Sina, gadis yang aku ceritakan kepada mu semalam." Jawab Dion terus terang.
"Pacar mu datang ke sini dengan pakaian yang tidak biasa, apa dia sakit?" Suara judes seorang wanita mengalihkan perhatian semua orang.
Dari belakang Ridwan, ada seorang wanita yang berpenampilan anggun nan cantik berjalan ke arah mereka dengan tatapan tidak suka yang jelas. Mata lentiknya yang dirias indah menatap sinis pada Sina yang hanya bisa melongo.
Sina memang terkejut dengan ucapan tidak suka yang diarahkan wanita itu kepadanya namun ia lebih terkejut melihat betapa cantiknya wanita itu. Di dalam hati kecilnya, ia tiba-tiba merasa malu dengan kepercayaan diri yang ia punya.
"Kira, belajarlah untuk menutup mulut mu." Ridwan menarik Kira ke sampingnya.
Mengingatkannya untuk tidak banyak bicara lagi.
Kira tidak senang dan tentu saja masih memandang Sina dengan tatapan permusuhan. Sina yang ditatap juga menyadari hal itu akan tetapi ia bingung mengapa Kira menatapnya dengan tatapan permusuhan. Padahal mereka baru saja bertemu dan akan aneh rasanya jika Kira langsung tidak menyukainya.
Apa karena aku dekat dengan Dion?. Batinnya bertanya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
sahabat syurga
sabar ya sina...psti bnyak gadis yg gk sk sm km krn km dkt sm dion
2021-06-29
0
dinanyachery🍒
Masih sabar
2021-02-14
0