Saat baq’da magrib setelah sholat berjamaah Pak Haji Sugian nampak menikmati kopi di ruang tengah di temani Umi Wati sang istri tercinta yang sedang menggendong Aisah cucu kesayangan.
Aisyah adalah anak dari Dwi Cahyani putri ke dua Pak Haji Sugian sedangkan anak Pertama Bakti Kuswanto menetap di Surabaya Utara tepatnya di sebuah desa dekat pantai Kenjeran lama.
“Abah, kok endak mengaji, kenapa endak biasanya Abah selesai sholat magrib endak mengaji?,” tanya Umi Wati.
“Abah sudah mengaji tadi sehabis Ashar Umi,” jawab Pak Haji Sugian seraya menyeruput kopi hitam kesukaannya.
“Abah bagaimana kondisi Dik Wachid sekarang, tadi siang Abah kesanakan, sudah Abah sampaikan salam Umi pada Dik Epi?,” tanya Umi Wati.
“Sudah Umi, kondisi Dik Wachid pun Allhamdulillah berangsur pulih,” kata Pak Haji Sugian.
“Allhamdulillah, bagaimana kata Dik Epi?,” tanya Umi Wati.
“Yah.., Dik Epi memaklumi lah Umi, kan Umi juga sibuk harus mengurus Pondok, mengurus keuangan mebelnya Abah, Apa lagi sekarang ada Aisyah cucu umi yang di titipkan disini, ia toh,” kata Abah.
“Allhamdulillah kalau Dik Epi mengerti, Abah kapan Yani dan nak Faris (Suami Yani) pulang ya?,” endak tega Umi liat Aisyah tiap hari merengek nanyain Yani,” kata Umi Wati.
“Tadi siang Nak Faris menelepon Abah katanya sih lusa pulang masih banyak urusan katanya,” jawab Pak Haji Sugian.
Tiba-tiba di sela-sela percakapan Pak Haji Sugian dan sang istri terdengar suara benturan yang sangat keras disusul dengan suara rentetan seperti genting rumah berjatuhan.
Bruak.... duar... gradak.. gradak... gubrak...
“Astagfirullah hal Adzim, suara apa itu Abah?,” kata Umi Wati nampak kaget karena begitu kencangnya suara benturan apa lagi dengan keadaan suasana sekitar yang sedang gerimis tentu menambah kencang suara benturan tersebut.
“Entahlah Umi sepertinya dari arah gardu depan rumah kita,” kata Pak Haji Sugian.
Tolong.... tolong.... tolong....
Terdengar suara seseorang meminta tolong.
“Abah suara orang meminta tolong, cepat di lihat Abah mungkin kecelakaan,” kata Umi Wati.
“Abah keluar dulu ya Umi, tak lihat dulu suara apa barusan kok ada yang minta tolong?,” kata Pak Haji Sugian.
“Ia, Abah, Umi boboin Aisyah di kamar dulu nanti Umi menyusul,” Kata Umi Wati seraya pergi ke kamar untuk menidurkan cucunya Aisyah dan Pak Haji Sugian bergegas keluar rumah.
Benar adanya di tempat kejadian tepatnya di gardu desa pas pertigaan di samping rumah Pak Haji Sugian tepatnya di seberang jalan depan rumah Pak Haji Sugian.
Gardu yang semula kokoh berdiri dan nampak kuat roboh separuh. Tiang penyangga gardu yang terbuat dari kayu Jati patah.
Beberapa orang warga nampak sudah ada ditempat kejadian. Mereka bergegas keluar dikarenakan kaget oleh suara benturan yang teramat keras.
“Kok bisa roboh separuh ini gardu, padahal gardu ini terbuat dari kayu jati loh?,” ucap salah satu warga yang tengah ikut berkerumun.
“Ia tiang sampai patah begini ya kok bisa?,” terang salah satu pemuda yang ikut datang, yang semula nongkrong di warung kopi WIFI tak jauh dari tempat kejadian.
“Ada apa Pak...?,” tanya Pak Haji Sugian baru datang bergegas mendekat.
“Ini Pak Haji gardu roboh separuh,” kata salah satu warga.
“Coba cari pak mungkin ada motor yang menabrak atau bagaimana?,” kata Pak Haji Sugian.
“Pak Haji Motornya di sini, ini orangnya juga tergeletak di sini,” teriak salah satu warga yang melihat sebuah motor bebek berada di tengah-tengah parit
Dan dua orang pemuda tengah terkapar di sampingnya. Dikarenakan parit yang agak dalam dan pencahayaan yang tidak memadai sehingga keberadaan motor dan dua orang pemuda tersebut tidak kelihatan dari arah kerumunan warga yang sedang berada di dekat gardu.
“Astagfirullah hal Adzim,” kata Pak Haji Sugian melihat kondisi dua pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut sangat mengenaskan.
Satu pemuda berada agak jauh dari motor tak sadarkan diri nampak tangannya patah menekuk ke belakang.
Dan satu pemuda lagi memakai sarung dengan keadaan telungkup kejang-kejang mengeluarkan suara geraman layaknya sapi disembelih.
errrrg... errrrg.... errrrg... errrrg... errrrg....,
Lima kali geraman dengan setiap geraman keluar darah segar merah kehitaman menggenang dari mulutnya meluber agak banyak lalu tidak bergerak kembali seakan tengah mengalami sakaratul maut.
“Ya Allah.., kok bisa sampai jauh terpental ke dalam parit, mana paritnya sedang kering tidak ada air sama sekali,” kata Pak Haji Sugian.
“Ada apa pak...?,” tanya Pak Itok yang notabenenya seorang polisi yang bertugas di Polsek Mojowarno namun bertempat tinggal di desa Serapah.
“Ini Pak Itok ada kecelakaan,” kata Pak Haji Sugian.
“Astafirullah, sampek gitu Pak orangnya parah ini,” kata Pak Itok.
“Ada apa ini Pak Haji...?,”kata Pak RT Ari yang baru datang jua.
“Bapak liat sendiri itu, tidak tega saya melihatnya,” kata Pak Haji Sugian.
“Innalilahi wa innailaihi raziun, Sampek meluber gitu darah dari mulutnya Pak,” kata Pak RT Ari.
“Pak Itok coba tolong telepon Ambulans desa?,” kata Pak RT Ari.
“Jangan Ambulans desa Pak, Pak Itok tolong langsung telepon Polsek Mojowarno saja Pak,” kata Pak Haji Sugian.
“Ia baik Pak,” jawab Pak Itok segera mengambil handphone di sakunya seraya menelepon.
Keadaan yang semula sepi karena sedang hujan gerimis kini menjadi riuh ramai oleh kerumunan warga yang penasaran dengan apa yang terjadi.
“Sudah Pak Itok?,” tanya Pak RT Ari.
“Sudah Pak sebentar lagi mobil patroli dari Polsek Mojowarno datang kemari.
“Terimakasih ya pak Itok untung kita punya tetangga Polisi,” kata Pak Haji Sugian.
“Itu sudah tugas kami Pak,” ujar Pak Itok.
“Pak RT korban rupanya tengah mabuk pak bau alkohol menyengat,” kata salah seorang warga yang berani mendekat melihat kedua pemuda yang tengah tergeletak tersebut.
“Sudah saya duga saya kira ini pemuda kampung sebelah Pak Haji di sana memang ada satu warung milik warga yang menjual minuman keras,” kata Pak RT Ari.
“Oh begitu ya Pak, kenapa dibiarkan ya sama pejabat desa setempat?,” kata Pak Haji Sugian.
“Entahlah Pak Haji saya kurang tahu soal itu,” kata Pak RT Ari.
“Kalau sudah kejadian seperti ini siapa yang repot coba?,” kata Pak Haji Sugian.
Selang beberapa lama mobil patroli kepolisian dari Polsek Mojowarno datang dari arah Utara berhenti tepat di sebelah gardu. Pak Itok langsung menghampiri mereka.
“Malam Pak Itok?,” Kata salah satu polisi turun dari mobil patroli.
“Malam Pak, tolong lekas di bawa saja korbannya pak ke RSK Mojowarno agar cepat ditangani,” kata Pak Itok.
“Siap Pak,” sahut Polisi tersebut bergegas turun ke parit bersama beberapa polisi yang lain yang ikut datang untuk mengambil korban kecelakaan.
Setelah kedua korban di angkat dan di letakkan diatas bak mobil patroli lantas mobil patroli segera meninggalkan lokasi kejadian menuju RSK Mojowarno.
“Pak RT saya mintak tolong ya Pak agar besok bapak mengumpulkan warga untuk membenahi gardu kita ini, tidak enak kan kalau rusak begini jadinya. Maslah dana perbaikan biar nanti saya yang menalangi,” kata Pak Haji Sugian.
“ia Pak Haji besok saya akan mengkoordinir warga untuk membenahi gardu ini,” kata Pak RT Ari.
“Pak Itok masalah motor korban ini gimana masak dibiarkan di dalam parit, apa kita angkat saja ke atas mumpung banyak orang?,” kata Pak Haji Sugian.
“Biarkan Pak nanti teman-teman dari kepolisian datang lagi kemari, biar mereka yang mengangkat dan membawanya ke kantor, kami dari pihak kepolisian akan menjadikannya sebagai barang bukti,” kata Pak Itok.
“Oh seperti itu Pak, baiklah kalau begitu saya tinggal dulu kasihan Umi Wati sendirian tadi saya tinggal,” kata Pak Haji Sugian.
“Oh ia, Pak Haji silahkan, saya juga mau pulang dulu” kata Pak Itok.
“Pak RT tolong dihimbau warga untuk besok ya pak?,” kata Pak Haji Sugian.
“Siap Pak Haji,” kata Pak RT Ari.
. . . . . . .
Umi Wati nampak cemas bercampur penasaran dengan apa yang terjadi di luar rumahnya. Nampak ia jalan mondar-mandir di ruang tamu menunggu kabar dari Pak Haji Sugian sang suami tentang apa yang tengah terjadi di gardu depan rumah.
“Assalamualaikum, “ terdengar Pak Haji Sugian mengucapkan salam dari balik pintu seraya membuka pintu lalu masuk kedalam rumah.
“Bagaimana Abah, ada apa, apa yang terjadi...?,” tanya Umi Wati dengan mimik muka penuh tanda tanya penasaran.
“Umi ini kebiasaan, kalau bertanya mbok jangan borongan begitu,” kata Pak Haji Sugian.
“Lah penasaran Umi ini Abah tadi mau menyusul Abah keluar takut ndok Aisyah bangun,” kata Umi Wati.
“Ada kecelakaan Umi,” kata Pak Haji Sugian.
“Terus bagaimana ceritakan dong Abah, kondisi korban bagaimana?,” tanya Umi Wati.
“Lah ini Umi mulai keluar Keponya alias pingin tahu saja?,” kata Pak Haji Sugian sambil ngeloyor saja ke dalam kamar.
“Ladalah Umi malah di tinggal Abah, bah..., Abah nih...?,” teriak Umi sambil mengikuti Pak Haji Sugian ke dalam kamar.
“Oalah malah tidur,” kata Umi Wati nampak jengkel ditinggal Pak Haji tidur.
“Sudah besok saja Abah ceritanya ngantuk Umi,” kata Abah yang sudah berbaring di tempat tidur seraya menarik selimut
“Abah nih selalu bikin Umi penasaran,” kata Umi Wati ikut berbaring tidur di samping Pak Haji Sugian.
“Oh ia Umi Sampek lupa Abah besok tolong masak yang enak, keponakanmu Jaka dan Putri mau berkunjung ke mari,” kata Pak Haji Sugian yang mulai memejamkan mata.
“Ia tapi cerita dulu dong Abah tadi kejadiannya bagaimana penasaran nih Umi?,”
“Besok saja Umi ngantuk nih,” kata Pak Haji Sugian.
“Abah Ih...,” kata Umi sambil cemberut karena di tinggal tidur.
"Itu loh Aisah bangun," kata Pak Haji Sugian.
Lantas Umi Wati turun dari kasur menuju ranjang bayi tempat Aisyah tertidur.
"Mana Aisyah masih tidur pulas," kata Umi menengok Pak Haji yang tengah tertidur pulas.
"Abah," teriak Umi menghampiri Pak Haji Sugian seraya memukul-mukul dengan bantal.
"Ehe.. hehe..., ia, iya Umi, Maaf cuma bercanda, jangan teriak nanti Ndok Aisyah bangun beneran," kata Pak Haji Sugian.
_
_
_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Jono 8989
abah nih hahaha
2021-05-12
0
👑
👍🏻👍🏻👍🏻
2021-03-27
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
lanjutt
2021-02-19
0