“Jaka bangun....!!,” Vivi membangunkan Jaka yang masih tertidur pulas dengan melempar bantal.
“Kak Vivi....., Masih mengantuk aku kak ini kan hari Minggu,” kata Jaka sambil benahi kembali selimutnya.
“Jaka bangun...,” Kali ini Putri yang datang membangunkan Jaka dengan lemah lembut.
“Oh ia Putri, baik aku bangun,” kata Jaka yang langsung berdiri pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.
“Hoooo, dasar bocah gemblong kalau Putri saja yang bangunkan langsung berdiri. Hem aku mencium bau-bau skandal disini,” kata Vivi sambil menatap Putri yang dengan sigap menghindari pandangan buruk Vivi.
“Oh ya Kak Vi, tadi bude menyuruhku membantunya di dapur,” kata Putri mengelak dari tuduhan Vivi.
“Putri.......!!,” teriak Kak Vivi.
Di lantai bawah tepatnya di ruang makan yang menyatu langsung dengan dapur Abah masih asyik duduk membaca kitab-kitabnya sedangkan umi masih sibuk dengan rutinitas pagi para Ibu-ibu yaitu memasak.
“Umi itu kenapa anak-anak kok ribut sekali?,” kata Abah Wachid.
“Biasah Abah kayak tidak tau anak-anak setiap pagi memang selalu begitukan,” jawab Umi Seraya menyiapkan sarapan di meja makan.
“Bude...,” teriak Putri turun dari lantai atas.
Umi hanya memandang putri dengan senang, karena Putri sudah tampak riang dari semula saat pertama ia datang begitu pemurung sebab Uminya yang telah tiada.
“Eh anak Cantik, itu kenapa Vivi dan Jaka bertengkar lagi?,” tanya Umi.
“Biasah Bude Si Jaka enggak mau bangun,” kata Putri sambil mulai membantu umi mengupas bawang merah.
“Udah biasah itu Putri kamu jangan kaget ya?,” kata Umi Epi
“Ia Bude,” jawab Putri dengan tersenyum manis
“Pagi Umi, Abah,” Jaka datang langsung mengambil tempat duduk.
“Jaka hari ini kamu bantu Abah ke sawah ya,” kata Abah
“Siap..., Bos,” jawab Jaka dengan gaya layaknya tentara hormat namun masih dengan posisi duduk.
“Abah memang belum selesai menyulam (sulam\=menanam ulang tanaman yang sudah ditanam sebelumnya karena banyak yang tidak tumbuh membuang tanaman yang mati menggantinya dengan benih yang baru) padinya?,” tanya Umi.
“Yah belum Umi, karena hujan kemarin lusa setelah sawah kita selesai ditanami. Jadi tumbuhnya tidak merata alhasil Abah harus menyulamnya,” kata Abah.
“Jaka mana Kak Vivi?,” tanya Umi.
“Kak Vivi di panggil Umi,” teriak Jaka.
“Eh kamu ini Jaka jangan teriak-teriak!,” kata Umi.
“Ia aku dengar jangan teriak kenapa?!,” kata Vivi yang baru turun dari lantai atas dan langsung mengambil tempat duduk.
“Nah sudah selesai ayo kita sarapan, Putri cuci tangan Mu sayang ayo duduk kita sarapan,” kata Umi.
“Ia Bude,” jawab Putri langsung ikut duduk.
“Jaka kamu pimpin doa ya?!,” kata Abah Wachid.
“Baik Abah,” jawab Jaka.
اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
...“Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa ‘adzaa bannaar.”
...
...Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka.”
...
.........
Setelah sarapan Jaka sudah siap dengan baju ala-ala pak tani dan di cantelkan di pundaknya
“Abah..., ayo keburu panas?!,” kata Jaka yang sudah siap dengan motor bebek lama kepunyaan Abah.
“Ia ini Abah sudah siap,” kata Abah keluar dari dalam rumah.
“Loh enggak bawa bekal Abah?,” tanya Jaka.
“Nanti di bawakan Umimu dan Putri agak siangan,” jawab Abah.
“Umi kami pergi dulu Assalamualaikum,” kata Jaka berpamitan pada Umi.
“Waalaikumsalam,” teriak Umi dari dalam rumah.
Abah dan Jaka lalu pergi mengendarai motor menuju sawah yang berada agak jauh dari rumah dan harus memutar jalan melewati dua desa untuk sampai di sawah mereka maklum sawah tersebut peninggalan Kakek Jaka.
........
Sampai disawah Jaka dan Abah Wachid langsung membenahi tanaman yang rusak menyulamnya dengan yang baru.
“Waduh Abah padinya banyak yang rusak ya Bah,” kata Jaka.
“Ia makanya itu Abah ajak kamu agar bisa menyulam padi. Toh nanti kamu dan Vivi yang mengerjakan sawah ini,” kata Abah Wachid sambil mengambil padi yang rusak menggantinya dengan yang baru.
Tiba-tiba Jaka tertegun sejenak seakan tubuhnya mematung tidak bisa digerakkan. Matanya menjadi agak berat seperti bergerak sendiri tidak bisa ia kontrol. Pandangannya menghamparkan dunia Maya alam sawah yang bukan sembarang orang dapat melihatnya.
Satu persatu petak sawah sekitar sawah milik abahnya ia lihat dengan saksama begitu terkejut dan terbelalak Jaka melihat keadaan ghoib sawah sekitar ia berdiri.
Abah yang mengetahui hal itu cepat-cepat menghampiri Jaka.
Abah tau kalau anak laki-lakinya satu ini mempunyai keistimewaan yang tidak banyak anak seusianya miliki yaitu dapat melihat alam lain. Alam dimana makhluk tak kasat mata ada.
“Jaka istigfar nak,” kata Abah sambil mendekap tubuh Jaka yang mulai kaku.
“Kontrol mata Mu dengan sholawat nak,” kata Abah Wachid yang mengetahui bahwa Jaka belum mampu mengontrol kekuatan mata anugerah yang berikan Allah Taala.
“Abah kenapa sawah di sekitar kita ini banyak setan yang menunggui?,” tanya Jaka.
Abah dengan sigap membaca sebuah surat Al Fatihah meniupnya di telapak tangan lalu mengusapnya ke muka Jaka. Seketika Jaka tersadar dari kaku yang mendera tubuhnya akibat kekuatan mata yang besar.
“Loh hilang Bah, kok bisa...?,” tanya Jaka.
“Mulai saat ini Abah akan ajarkan cara mengontrol kekuatan mata yang diberikan Allah padamu, agar kau dapat mengontrolnya nak,” kata Abah.
“Ia Abah, tapi aku jadi penasaran kenapa sawah disini banyak makhluk halus yang menunggui?,” tanya Jaka.
“Mereka adalah suruhan Si Empunya sawah. Untuk menunggui sawahnya barang kali ada orang jahat yang hendak mengambil atau merusak tanaman yang ada di sawahnya, maksudnya baik tapi dengan cara yang salah yang tidak di Ridhoi Allah itu tetap salah,” kata Abah.
“Lalu setan penunggu seperti itu apa namanya Abah?,” tanya Jaka.
“Setan seperti itu disebut juga tumbal sawah, biasanya media yang digunakan rajah atau sarat-sarat tertentu yang diminta dari orang pintar bahkan ada yang dari kiai,” kata Abah.
“Dari kiai...?,” tanya Jaka heran.
“Ia Jaka tidak melulu Kiai berjalan di jalan yang di Ridhoi. Kadang karena keadaan ekonomi atau karena ketamakan duniawi, banyak kiai tersesat jalan menggunakan ilmu pengetahuannya di jalan yang salah,” kata Abah.
“Mulai nanti setelah magrib Abah akan mengajarimu pengetahuan-pengetahuan tentang ghoib seperti ini,” kata Abah
“Siap Abah,” kata Jaka sangat senang mengetahui kalau ia akan diajari langsung oleh Abahnya tentang pengetahuan hal ghoib.
“Abah....,” dari kejauhan terlihat Umi dan Putri mengantar bekal untuk makan siang.
“Jaka ambil bekal makan siang kita sana,” kata Abah.
“Baik Abah,” Jaka lalu pergi menghampiri Umi dan Putri yang menunggu di pinggir jalan
“Umi...,” teriak Jaka.
“Duh senangnya anak Umi rajin membantu Abah ke sawah,” kata Umi.
“Ia dong, Eh Si cantik ikut,” kata Jaka menggoda Putri, Putri pun hanya tersipu malu-malu.
“Eh... anak Umi sudah berani menggoda anak gadis orang rupanya, tidak boleh itu namanya zina mata tidak boleh,” kata Umi.
“Astagfirullah..., ia Umi maaf,” kata Jaka sambil menundukkan kepala.
Hahaha....,
Umi dan Putri kompak tertawa melihat kelakuan Jaka. Sedangkan dari kejauhan Pak Haji Wachid memandang heran keluarganya penasaran kenapa mereka tertawa. Namun dalam hati ia bersyukur pada Allah diberikan keluarga yang sederhana namun bahagia.
_
_
_
_
_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Sapto Ahdar
ngeri ngeri TOH plis buat novel kelanjutannya yang TOH Level Up sengeri T O H ya hehe
2022-11-02
1
Eny Agustina
Akhirnya bisa komen di sini..😁
btw aku manggilnya kak author apa dek author nih?😂😂
2022-02-26
1
KIA Qirana
🌿🌿🌿🌿🌿🌿
2021-09-04
0