"Kalau memang itu yang kamu mau silahkan pergi" ucap ayah Barra mencoba menahan amarah
"Pergiiiii!!" bentak ayah Barra yang membuat mas Fajar segera pergi meninggalkan kami untuk pergi entah kemana tujuannya
Karena melihat ayah marah sampai seperti itu adikku Sara langsung menangis karena ketakutan ya adikku memang sedikit manja dan kami memaklumi itu dengan posisinya sebagai anak bungsu dan sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarga ini tentu jelas ia lebih di sayang sehingga ia akan mudah nangis apabila hal yang seperti itu terjadi.
"Sabat yah sabar jangan marah-marah ingat kesehatan ayah juga ya" bunda Anggia mencoba menenangkan suaminya
"Ayah sudah cukup sabar sama anak kita yang satu itu bun hari-hari bikin kepala ayah pusing aja kerjanya nongkrong lah bolos dan banyak lagi yang tidak berfaedah bukan hanya pas kuliah bahkan dari dia SMA bun" ucap ayah Barra kesal dengan kelakuan mas Fajar
"Sabar yah sabar tenang dulu istighfar" ucap bunda Anggia kembali mencoba menenangkan ayah Barra
"Yah sabar yah Angga faham akan kemarahan ayah cuma ayah harus pikirin kesehatan ayah juga" ucap Angga juga coba menenangkan
"Lebih baik sekarang kita bahas apa yang mau ayah bahas sama kita kalau urusan mas Fajar, Angga akan coba bantu nanti buat bujuk mas Fajar agar merubah sikapnya tapi Angga tidak bisa janji akan berhasil yang jelas Angga akan melakukan yang terbaik" Angga menjelaskan
"Terima kasih ga ayah benar-benar mengucapkan banyak terima kasih" ucap ayah Barra lalu membenarkan posisi duduknya
"Baik ayah akan berbicara tolong dengarkan baik-baik" ucap ayah Barra
"Paling lama seminggu lagi kita hatus pindah dari rumah ini" ucap ayah Barra
"Rumah ini akan di sita oleh bank karena perusahaan ayah pailit dan kalau tidak mendapatkan investor perusahaan ayah akan gulung tikar" lanjut ayah Barra dengan raut wajah sedihnya hingga tanpa sadar titik air mata nampak di ujung mata
Sedangkan bunda Anggia dan Sara sudah larut dalam tangisnya masing-masing saat ayah mulai membicarakan hal itu.
"Ayah apakah Angga boleh tahu penyebabnya?" tanya Angga penasaran
"Belakangan perusahaan ayah sering lose tender dan pengeluaran terus berjalan dan terakhir kemarin tender yang perusahaan ayah menangi mengalami musibah sehingga mengalami kerugian besar" jawab ayah Barra menghela nafas kasar menandakan kekecewaan karena beban sangat berat yang ia pikul
"Jadi mulai saat ini kita harus prepare untuk segera meninggalkan rumah ini besok" ucap ayah Barra sendu
"Besok yah kita pindah" ucap Sara dengan suara paraunya karena masih saja menangis
"Iya sayang kita harus mengosongkannya segera" jawab ayah Barra
"Terus kita mau pindah kemana yah?" tanya Sara lagi
"Kita akan pindah ke rumah kontrakan sayang jadi kamu siap-siap ya" suruh ayah pada Sara
"Yah apa boleh kita bicara berdua saja?" tanya Angga berharap ayahnya tidak marah
"Boleh kita bicara di ruang kerja ayah saja ya" jawab ayah Barra
"Bunda sama Sara beres-beres dulu ya, ayah mau bicara dulu sama Angga" ucap ayah Barra
"Ia yah" jawab bunda dan Sara serentak namun masih dengan sesegukan karena baru selesai nangis
Kemudian Angga dan ayah Barra pun menuju ruang kerja ayah Barra.
"Masuk ga, duduk" suruh ayah Barra yang di balas anggukan oleh Angga
"Apa yang mau kamu bicarakan ga?" tanya ayah Barra
"Begini yah Angga mau tanya soal perusahaan ayah yang kata ayah pailit itu" ucap Angga
"Ok kamu mau tanya apa sama ayah" jawab ayah Barra
"Pertama apakah ada permainan orang dalam sehingga perusahaan pailit dan yang kedua berapa jumlah dana yang di butuhkan untuk menutupi,recovery dan menaikkan kembali kinerja perusahaan ayah?" tanya Angga yang merasa hatus bertanya hal itu langsung ke ayahnya
"Kalau soal pertanyaanmu yang pertama jawaban ayah belum menemukan dan untuk pertanyaan yang kedua itu sekitar 1 triliun itu sudah semuanya" jawab ayah Barra pasti
"Jadi solusinya apa yah sedangkan investor perusahaan ayah sudah hengkang semuanya, ayah juga tidak tahu ga ayah harap ada investor yang mengambil alih seluruh perusahaan ayah agar perusahaan ayah tetap berdiri walaupun bukan ayah lagi sebagai pemilik utamanya" jelas ayah Barra
"Ayah berdo'a saja semoga allah mau mendengarkan doa ayah sehingga ada pertolongan darinya yah" ucap Angga mencoba menguatkan
"Kalau begitu Angga pamit dulu ya yah mau ke kamar" ucap Angga pamit
"Ya ga kamu sekalian siap-siap juga kan" jawab ayah Angga
Angga pun berdiri lalu melangkahkan kaki menuju ke kamarnya. Tanpa sadar malam menghampiri dan waktu untuk mengistirahatkan tubuhnya pun tiba sehingga ia pun larut dalam tidurnya malam itu.
Mohon maaf ya kalau tulisannya masih belum sesuai ekspektasi kalian semua karena ini tulisan pertama saya. Jadi saya mohon komentarnya juga selain like,vote dan tips kalau berkenan :)
Terima kasih . . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments