6. Reuni yang Tidak Direncanakan

Wonogiri, | 10:30

Hari berlalu semakin lambat. Terjebak di dalam kubangan teror setan dan kesedihan, makin membuat otak Lisa penuh. Selain itu, Lisa juga mulai didera rasa jenuh. Hari ini ia memutuskan untuk bernostalgia memutari kota Wonogiri, kota kelahirannya. Stang motor matic pinjaman tetangga itu diarahkan berputar-putar menelusuri jalan tanpa tujuan.

Tidak banyak perubahan kota selama ditinggalkan. Sekolahnya semasa SMP dan SMA juga masih tampak sama. Hanya saja mulai bermunculan satu-dua kedai kopi kekinian.

Lama menjelajah jalanan kota, perutnya mulai lapar. Kenangan nikmatnya bakso dan es teler di alun-alun, serasa memanggil-manggil namanya. Memang, kerinduan yang datang pada kota kenangan sering diselingi juga kerinduan pada nikmatnya hidangan makanan.

Setelah memarkir motornya di pinggir trotoar, ia berjalan sambil memandang ke seluruh penjuru alun-alun. Pandangannya berhenti pada sebuah spanduk kuning yang berukuran besar.

Warung bakso tenda di sudut alun-alun itu masih sama. Konsisten menjaga kebersihan. Meja dan kursi panjang berderet rapi, dengan formasi empat meja di sisi utara, dan dua lainnya di sisi timur. Pak Joyo terlihat sedang sibuk melayani pengunjung yang mulai ramai.

Satu porsi bakso jumbo dan es teler telah dipesan, Lisa mencari tempat duduk kosong. Pandangannya terhenti pada detik ke tiga saat melihat sosok yang tak asing.

Mereka saling berpandangan sepersekian detik lamanya. Lalu terdengar teriakan yang hampir bersamaan.

"Lisss!"

"Azzz!"

"Ya ampun kamu to Lis" kata gadis itu sambil berdiri kegirangan, kedua tangannya diangkat mengajak berpelukan.

"Az..Azkaaaa..ya Allah ketemu disini kita hahahaa" teriak Lisa kegirangan.

Siang itu terasa begitu indah bagi Lisa. Tidak sengaja dia bertemu Azka, teman SMA nya dulu.

Mereka larut dalam kerinduan dengan saling berbagi cerita kegiatan dan pekerjaan masing-masing sambil menukar tawa. Bertemu teman lama memang menyenangkan.

"Wah pasti banyak duitmu Az, youtuber kan gede bayarane" kata Lisa setelah mendengar Azka sekarang berprofesi content creator di Youtube.

"Iya Lis, apalagi kalo sampe trending, tapi aku masih belum sukses kok, subscriber-ku masih 100 ribu-an. Yaah udah lumayan lah ndes hehe" kata Azka sambil menunjukkan channel Youtubenya dari layar ponsel.

"Makanya aku kok ga ngerti kamu jadi youtuber, lha wong isinya mbahas penampakan setan" sesal Lisa.

"Iya, ga muncul di beranda ya? Ahahaha...netizen kan seneng ditakut-takutin Lis..lebih mudah dan cepat dapat viewer" kata Azka dengan mimik sedikit serius.

Dengan bersemangat Azka menjadikan apa saja isi konten channelnya. Sekilas Lisa melihat konten-konten yang judulnya penelusuran tempat-tempat angker, uji nyali, dan sebagainya. Selama beberapa detik dia terlihat mengangguk-anggukkan kepala.

"Eh Az ayo lanjut ngobrol di kursi taman itu yuk..ada yang ingin tak ceritakan" kata Lisa sambil menunjuk ke arah area taman.

"Wah penting kayaknya, oke tak bayar dulu ya" ujar Azka bangkit dari duduk.

Mereka berjalan beriringan sambil menenteng tas kresek berisi es teh manis. Lisa memilih tempat duduk yang agak sepi dan paling teduh. Sambil membuka ikatan karet es teh dia membuka percakapan.

"Az, kebetulan banget kita bisa ketemu disini, aku mau tanya tentang pengalamanku beberapa malam ini" Lisa berkata sambil menata duduknya lebih dekat dengan Azka.

Dengan antusias, Lisa menceritakan berbagai peristiwa ganjil yang dialaminya. Tentu saja Azka yang awalnya sedikit terkejut cerita teman lamanya itu, lama-lama larut dan menyimak dengan lebih serius.

"Wah kamu bener-bener diganggu Lis" Azka memasang wajah makin serius.

"Aku bisa bantu kamu Lis, tapi boleh gak tak jadikan konten"

"Maksudmu?"

"Ya tak rekam gitu Lis, tak video atau gimana lah aku belum bisa mikir konsepnya, tapi ceritamu itu sangat menarik. Apalagi buku itu sepertinya banyak mengandung unsur misterinya" kata Azka meyakinkan.

"Lha katamu kamu capek habis bikin konten disini, nggak pulang ke Semarang po?" balas Lisa.

"Ora, bisa tak mundurin kok jadwalku, gampang itu..piye? Deal?"

"Temenin tidur rumah ya?" pinta Lisa dengan nada sedikit menghiba.

"Pasti Lis" jawab Azka sambil memegang tangan Lisa.

"Ok deal"

***

19: 30

Malam ini tahlilan hari ke enam. Besok Dani harus kembali ke Jakarta karena jatah cutinya sudah habis. Untung saja Azka mulai malam ini menemani Lisa tidur di rumah. Meski harus berbagi kasur, tapi untuk berdua masih terasa cukup nyaman.

Sambil duduk diatas kasur Azka dan Lisa tampak sibuk membolak-balik buku merah. Terdengar perdebatan seru dan sedikit candaan diantara mimik serius mereka berdua. Azka menulis beberapa catatan untuk mencoba menganalisa hubungan antara beberapa peristiwa yang dialami Lisa dengan tulisan, dan simbol-simbol yang tertulis dalam buku merah itu.

Sampai mereka bersepakat dengan sebuah kesimpulan untuk segera mengunjungi desa Tempuran di pinggiran kota Salatiga, menyelidiki siapa sebenarnya Kirdi itu.

Azka mengajak menyudahi diskusi seru malam ini, matanya sudah mengantuk. Rupanya porsi lebih soto Boyolali buatan bu Pur yang lahap dimakan Azka efek sampingnya baru menyerang sekarang. Lisa mengangguk memberi isyarat untuk Azka untuk tidur lebih dahulu. Dia belum sholat.

Malam ini sepertinya Lisa dalam euphoria karena bertemu Azka, hingga melupakan "gangguan" menakutkan malam-malam sebelumnya.

Perlahan dia bangkit menuju tepat wudhu di belakang rumah. Seperti biasa, untuk mencapai sumur dia harus membuka pintu belakang bangunan utama.

Baru saja Lisa akan menunduk untuk bersiap membasuh muka, ketika tiba-tiba mendengar suara benda jatuh didekatnya kakinya.

"Brukk!"

Sontak rasa kaget yang menerjang membuat Lisa melemparkan tubuh ke samping dengan cepat.

Ini bukan mimpi!

Masih dalam posisi berdiri goyah, dalam keheningan dia memandang lekat benda yang baru saja jatuh di dekatnya itu. Tapi dalam keremangan lampu bohlam lima watt tentu membuat wujud benda itu tidak terlihat jelas. Bentuknya seperti ayam. Kedua sayapnya setengah merentang. Diam tak bergerak.

"Astaghfirullah, lagi!!" Lisa sontak sadar dirinya dalam masalah besar ketika dia membungkukkan badan dan menajamkan pandangan.

Secepat kilat Lisa berusaha lari kembali menuju rumah. Demi apapun,seonggok bangkai ayam yang tiba-tiba jatuh dari atas bukanlah kabar baik baginya malam ini.

Sesaat ketika meraih gagang pintu, Langkah Lisa terhenti mendadak. Dari arah belakang Lisa merasakan ribuan ujung rambutnya seperti terjambak dengan kuat. Dengan meringis menahan sakit dan sedikit mundur, Lisa melirik ke arah belakang. Tidak ada orang! Rambutnya yang tegang karena tertarik ke belakang itu seolah melayang dengan sendirinya.

Lisa berteriak sekencang-kencangnya. Tapi sebelum mulutnya bersuara, lagi-lagi Lisa merasa seperti ketindihan. Tubuhnya tiba-tiba mengejan dan dia merasakan seluruh otot dibawah kulitnya menegang.

Lisa mengerang.

"Cah ayu......rene (sini)..." terdengar suara lembut perempuan menggema dari area kebun belakang. Tubuh Lisa yang kaku itu terseret perlahan seperti seonggok daging besar tanpa nyawa.

Sreeettt.....

Lisa meringis kesakitan. Syaraf bagian bawah kakinya serasa menjerit perih, saat seluruh kuku di kakinya menggerus lantai semen pekarangan yang tidak rata itu.

Tidak lama kemudian dia sudah berada sekitar sepuluh  meter menjauhi rumah. Sejurus kemudian tubuhnya melayang ringan berbalik menghadap ke arah pohon beringin besar.

Hening.

Sesaat kemudian Lisa memberanikan diri untuk membuka kelopak mata. Kengerian belum berhenti. Dengan jelas Lisa bisa melihat sosok yang sangat mengerikan di dekat pohon besar.

Sosok seperti wanita yang berbaju putih kusam itu bergoyang pelang berayun-ayun. Dari jarak sekitar lima meter pemandangan mengerikan itu bisa saja membuat orang pingsan. Tapi anehnya Lisa tidak.

Baju lusuh panjang yang dikenakannya persis di film-film Suzanna. Tapi ini lebih mengerikan dari yang pernah dilihatnya di gedung bioskop Purnama, dua belas tahun silam.

Rambut hitamnya yang sangat panjang tertarik keatas dan terikat pada cabang pohon yang paling besar. Kepalanya menunduk ke arah dekapan tangan. Kedua mata Lisa dapat melihat dengan gamblang bahwa wanita itu sedang menggendong bayi. Lebih jelasnya adegan itu seperti seorang ibu yang sedang menyusui bayi .

"Ana kidung rumeksa ing wengi

Teguh hayu luputa ing Lara

Luputa bilahi kabeh

Jin setan datan purun

Paneluhan tan ana wan...."

Suara lembut yang bergema itu melantunkan tembang pengantar tidur yang dulu sering dinyanyikan ibu Lisa. Dia ingat baris-baris lirik lagu jawa itu sama dengan yang dia dulu sering didengarnya.

Lisa sudah diambang batas ketakutannya. Rasa penasarannya menjadi lebih besar dari rasa takut yang sebelumnya dia rasakan.

Seolah sadar kehadiran Lisa, sosok hantu wanita itu mengangkat sedikit kepalanya kemudian memandang Lisa. Matanya yang gelap sangat kontras dengan kulit mukanya yang pucat seperti dibaluri bedak murahan. Telunjuknya dikatupkan ke tengah-tengah bibir.

"Ojo rame-rame..mengko tangi" (jangan ramai, nanti dia bangun) sembari menunjuk bayi yang ada di dekapannya. Bayi yang telanjang itu seperti baru lahir. Ari-arinya yang berlumuran darah segar, terburai panjang hingga menyentuh tanah. Ratusan lalat hijau enggan terbang dari permukaan kulit sang bayi.

Betul-betul pemandangan yang paling mengerikan yang tidak pernah Lisa bayangkan sebelumnya. Dan kali ini nyata, di depan mata!

Tanpa bisa menolak, tubuh Lisa kembali melayang pelan makin mendekati hantu itu. Jaraknya menjadi sangat dekat hingga tinggal sejengkal. Lisa merasa bau busuk bangkai yang berasal dari hantu itu makin lama makin menusuk hidung . Sangat menjijikkan dan memicu rasa ingin muntah bagi seorang Lisa yang terlahir dengan indera penciuman tajam.

"Nduk, ojo wedi, kerono kowe bakal ketemu aku terus sampe kekarepanku kasil" (nak, jangan takut, karena kamu akan bertemu terus denganku sampai kemauanku tercapai) bisiknya dengan suara menggema.

"Kuat-kuatno atimu yo cah ayu....(kuatkan hatimu ya anak cantik).." suaranya makin terdengar mengerikan.

Sedetik kemudian kembali Lisa merasakan sensasi menjijikkan kali yang kedua. Mulutnya seolah terbuka dengan sendirinya. Lidah hantu itu kembali terjulur meliuk-liuk ke dalam mulut Lisa.

Lidah kasar itu bak jembatan yang mengalirkan segumpal cairan.

Lisa mengecap kembali lendir yang sangat pahit dan kasar. Menempel di atas lidahnya. Perlahan masuk ke dalam kerongkongan.

Begitu cairan itu bergerak turun ke lambung, Perutnya langsung mual dan terasa panas seperti terbakar. Lambungnya menolak cairan itu untuk dicerna. Tapi apa daya dia tidak punya kendali atas tubuhnya sendiri.

Breeeeekkk!

Tubuh Lisa yang kaku tadi tiba-tiba menjadi lemas seperti selembar kain yang jatuh ke tanah. Pandangannya kabur lalu gelap. Lisa pingsan.

***

Entah berapa lama Lisa pingsan. Samar dia melihat Azka berdiri disebelah tubuhnya.

"Lis..alhamdulillah kamu sudah siuman?" katanya sambil memegang tangan Lisa. Dengan meraih pundak, Azka membantu Lisa bangun.

"Nih, minum air dulu biar kamu tenang"

"Aku kenapa semaput po?" tanya Lisa sambil mengatur nafasnya yang berat.

Bau minyak angin dihidungnya sungguh membantu meraih kembali kesadarannya yang sempat hilang.

"Kamu tindihan Lis, tadi sekitar jam tiga kamu kejang-kejang sampai aku melu kaget, trus badanmu kaku gitu..aku takut juga Lis" kata Azka cemas

"Trus?" tanya Lisa.

"Trus aku video Lis" katanya sambil tersenyum simpul.

"Haaaaaaa?? serius??? tega kamu Az!" Lisa tampak protes.

"Iya Lis..sori, biar kamu tahu sendiri tindihan itu seperti apa, soalnya kata orang pinter itu kalo kita melihat orang tindihan jangan diganggu nanti malah kesambet" katanya seolah tidak bersalah.

"Sekarang jam berapa?"

"Sudah jam lima" ujarnya sambil menyerahkan kamera ke tanganku.

"Kamu lihat dewe Lis, aku sampe sekarang melu ketakutan" Azka berkata sambil bergidik.

Tanpa menjawab Lisa mengutak-atik layar sentuh kamera Azka. Begitu melihat sebentar adegan-adegan saat dirinya tidak sadar itu, Lisa langsung mengembalikan kamera Azka.

"Aku seperti orang kesurupan ya Az?"

"Iya eh..tadi kamu mimpi apa sebenarnya, ceritain Lis".

Lisa terdiam. Sambil menerawang dia menghela nafas dalam-dalam.

"Kapan-kapan aja Az, aku masih belum ingat mimpiku seluruhnya" kata Lisa berbohong.

Sebenarnya dia lagi tidak nyaman saja untuk bercerita. Mengingatnya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.

***

Begitu bangkit dari tempat tidur Lisa merasakan rasa perih di ujung kakinya. Jempol kaki nya sedikit berdarah.

Ah mungkin karena terantuk ujung dipan.

Mungkin?

***

Terpopuler

Comments

Elmi yulia Pratama

Elmi yulia Pratama

tujuan masukin cairan kayak air got k mulut lisa apa yah,

2025-02-12

0

Rafa Retha

Rafa Retha

bisa bayangkan setan wedok kui Thor...

2022-10-22

2

Rimbia Rhaya Hijabshop

Rimbia Rhaya Hijabshop

mantra rumekso ing wengi itu klo d cerita sblh buat penangkal demit klo G salah demitx bakal kabur ato musnah....
nah ini ko demitx yg baca mantrax 😁😁😁

2022-02-08

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!