5. Makhluk Tak Kasat Mata

(POV Lisa)

Malam ini seperti biasa, setelah tahlilan dan membantu beres-beres rumah. Aku segera masuk kamar. Aku telah memutuskan untuk cuti tanpa gaji dari tempatku bekerja. Sore tadi aku sudah menelpon pak Wahyu, dan beliau maklum dan meluluskan permintaanku.

Barang-barang di kosku akan dipacking Yosi dan Ghea besok. Tidak banyak barangku di kos. Rencananya akan dibawa teman-teman cafe yang akan takziah dan menengokku besok sore.

Mataku sudah terserang kantuk yang amat sangat berat. Setelah sholat isya aku sudah berbaring dan bersiap tidur. Samar, aku dengar suara orang-orang melek-an tidak sebanyak hari kemarin. Mungkin hanya tiga orang yang masih terjaga. Maklum, sudah tiga hari berturut-turut mereka melek-an.

Hawa dingin malam ini tajam menusuk hampir mengenai tulang. Pengaruh udara dingin itu memberi dosis ekstra kantuk yang luar biasa. Seperti efek katalis yang menenangkan, aku makin tenggelam dalam dekapan malam.

Bruaak!!!

Aku yang sudah tertidur pulas seketika terbangun terbelalak, suara itu sangat kencang untuk bisa membangunkan seluruh isi rumah. Cepat aku menegakkan punggungku duduk dikasur sambil mengatur laju nafas yang ajrut-ajrutan tak beraturan.

Aku memeriksa sekeliling tidak ada satu pun benda besar jatuh.

Dengan nafas tersengal aku menjejak lantai turun dari kasur. Dengan mengatur langkah perlahan, aku berniat keluar kamar mengecek keadaan rumah.

Baru saja berjalan tiga langkah,

Dheg!

Dengan gamblang aku mendengar suara tangis seperti malam itu. Gelombang suara itu makin lama makin membesar dan cepat masuk ke telingaku.

Suara itu lagi!!!

Ku-urungkan langkah majuku. Aku memutar punggung dan melompat ke atas kasur sambil cepat menutup telingaku rapat-rapat dengan bantal. "Asu!!!" umpatku mengutuk apapun suara itu.

Bukan hanya makin kencang, suara itu makin lama makin terasa merambat mendekatiku. Sampai aku dengar arahnya tepat dari luar jendela kamar, sangat dekat.

Kuregangkan tekanan bantal di telingaku untuk lebih memastikan pekiraanku.

Dengan tetap waspada aku mulai memfokuskan pendengaranku ke arah jendela. Suara tangisan menghilang. Bola lampu, termasuk fitting dan tudung besi-nya yang tergantung di atas plafon, bergoyang-goyang perlahan.

Suara gerakan lampu yang bergoyang pelan itu makin membuncahkan kengerianku.

Empat setengah detik setelah suara tangisan hilang, terdengar suara ketukan tiga kali yang halus pada jendela.

Tok tok tok.

"Liiisss......"

"Matiiiii!!!" pekikku dalam hati.

Sekelebatan suara lalat terbang yang terdengar, makin cepat menggiring ketakutanku lebih dalam.

Bulu kuduk di belakang leherku sontak bergidik. Aku ketakutan setengah mati. Dosa apa aku, sampai harus mendengar ketukan dan suara wanita hantu memanggil-manggil namaku.

Suara itu makin lama makin terdengar seperti bernada dan menggema memantul-mantul pada seluruh sudut kamar. Dan pada detik ini, terdengar makin dekat.

Aku memejamkan mata serapat-rapatnya. Dengan menggeser punggung ke belakang, semua doa yang kuhafal aku baca dengan belibetan. Tapi suara itu malah seolah tidak peduli. Doa-doaku memental. Ia tetap memanggil-manggil namaku.

"Liisaaa...."

Kali ini suaranya terdengar makin dekat, seakan hanya berjarak sepertiga jengkal dari tubuhku. Hidungku disengat bebauan busuk yang tajam dan berhembus ringan, seperti udara yang keluar dari hidung orang yang sedang bernapas.

Aku mencoba menarik tubuh kebelakang. Sialnya jarak antara punggungku dan dinding kamar sekarang sudah habis.

Tidak ada yang bisa kulakukan selain jurus penghabisan. Menangis.

"Ojo ganggu...ojo ganggu aku"  pintaku memelas sambil terisak.

Beberapa detik kemudian suara-suara itu menghilang.

Sepi. Lengang.

Kuberanikan diri untuk sedikit membuka kelopak mata dengan hati-hati.

Deggggg!!!

Jantungku serasa berhenti berdetak.

Begitu aku membuka mata aku melihat sosok wanita melayang diam di depanku persis!. Tanpa bergerak. Mematung. Menatapku tajam. Membelalak sangat-sangat tajam!

Empat atau lima lalat hijau besar hinggap di wajahku.

Tanpa sempat berpikir, seketika aku berteriak sekencang-kencangnya.

"Toooloooongggg!!!!".

Aneh! Tak ada suara sedikitpun yang keluar dari mulutku yang menganga lebar ini. Pita suaraku seolah terkunci. Lebih dari bisu. Dan kini seluruh otot di badanku kaku mengejan. Tak terkecuali otot kantung kemihku yang memompa sedikit isinya keluar. Membasahi celana tidurku.

Tubuhku menegak dengan sendirinya, dan melayang mendekat hantu itu. Menyisakan jarak sepanjang lengan, kedua tangannya dijulurkan.

Tangan setan yang sedingin es itu menyentuh pelan kedua mataku. Ujung jarinya yang tajam mengatur kelopak mataku agar tetap terbuka lebar. Aku bisa melihat sosoknya dengan jelas.

Sangat menakutkan!

Entah kalimat apa yang sanggup menggambarkan kengerian ini. Tubuhku seketika lemas serasa mau pingsan. Sialnya, setan ini seolah menyuruhku untuk tetap terjaga.

Kedua mataku mulai gelagapan menahan sakit karena kering. Aku tidak bisa mengedipkan mata sedikitpun.

Dengan menahan sakit yang hebat, dari ujung mata aku melihat bayangan hitam besar muncul dari sudut kamar yang paling gelap. Sosok itu berjalan mendekati setan yang sedang mencengkeramku.

Aku tidak bisa melihat sosoknya dengan jelas. Selain ketakutan, mataku sangat sakit. Dengan pandangan kabur aku mendengar ia berbicara dengan bahasa jawa halus yang tidak kumengerti artinya.

Suara itu suara lelaki dan terdengar berat. "mesakke...." (kasian) katanya singkat.

Sosok wanita itu melepaskan jari-jarinya dari kelopak mataku, kali ini dia menjambak rambutku dan ditariknya kebelakang dengan kuat. Mulutnya mendekat ke mulutku yang otomatis menganga. Bau busuk seperti onggokan sampah yang berumur tahunan mulai menusuk-nusuk indra penciumanku. Sedetik kemudian bukan hanya bau busuk yang menyiksaku.

Dari dalam rongga mulutnya yang hitam keluar lendir kehitaman. Lengket dan bertekstur kasar. Mulutnya menempel mulutku. Lidahnya bergerak memanjang menerobos masuk. Membawa lendir itu masuk lebih ke dalam. Saat lendir itu menyentuh lidah, aku mengecap sensasi kasar seperti pasir. Rasa pahitnya tak terbayangkan.

Perut dan semua bagian di tubuhku bergejolak, menolak benda asing menjijikkan yang masuk dan menempel di lidahku. Beberapa belatung lalat menggeliat keluar dari ujung bibirku.

Kedua kaki dan bagian tubuhku yang lain serempak memberontak. Tapi syaraf motorik ku tak bekerja. Aku hanya bisa mengerang.

"Rampungke..nganti wadhuk'e kebak" (selesaikan, sampai perutnya kenyang) kata sosok hitam disamping hantu wanita ini dengan suara lebih keras.

Aaaaaaaaaaagggrrrrrrrhh!!!

Bruk!

"Lis..Lis tangi! Tangi (bangun)!"

"Kowe lapo jerit-jerit! (kamu kenapa kok teriak-teriak) Suara mas Dani panik sambil menggoyang-goyang tubuhku dengan keras.

Aku terbangun dan terkesiap, napasku tersengal-sengal.

"Ngimpi (mimpi) apa Lis?!" teriaknya panik.

Sembari mengumpulkan kesadaran, aku meledakkan tangis. Mas Dani cepat memelukku.

"Tindihan yo? Istighfar Lis..istighfar!" mas Dani menuntunku membaca istighfar berulang-ulang sampai aku mulai berangsur tenang.

***

07:00

Pagi itu aku banyak diam. Bu Pur dan mas Dani juga tidak banyak mengajakku bicara. Mereka masih memberi waktu agar aku lebih tenang. Mimpi tadi malam begitu nyata. Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa memang aku sedang diganggu makhluk gaib sebangsa kuntilanak.

Tiba- tiba aku teringat buku merah yang ada di lemari baju, jangan-jangan aku diganggu setan karena buku merah yang kutemukan beberapa hari lalu.

~~ Apakah ada hubungannya?~~

***

16:30

Sore ini aku habiskan untuk meneliti lembar demi lembar halaman dalam buku itu. Termasuk gulungan rambut misterius yang berbau busuk. Kuberanikan diri untuk menganalisa segala kemungkinan. Aku mulai browsing segala sesuatu tentang hal-hal yang berhubungan dengan kuntilanak, ritual klenik, mistis, metafisika atau apapun itu namanya.

Semuanya malah memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang tanpa ada jawaban. Untuk mencari jawabannya aku merasa tidak ada cara lain selain mencari keberadaan orang-orang yang namanya ditulis ibu dibuku ini. Aku yakin teror tadi malam karena buku temuanku.

Kirdi!

Nama ini tertulis pada baris terakhir diantara puluhan baris nama. Aku yakin itu nama laki-laki. Di bawah tulisan nama Kirdi tertulis kata Tempuran, Solotigo.

***

Malam tahlilan kali ini sedikit berbeda. Aku melihat ada satu wajah baru tamu tahlil yang menarik perhatian. Wajahnya yang tampan terasa asing. Beberapa teman kerja datang dari Jogja. Sayangnya pak Wahyu tidak ikut serta. Tidak enak badan kata Yosi. Beliau menitipkan amplop putih, yang pasti isinya uang duka. Candaan mereka membuatku sedikit melupakan pengalaman menakutkan beberapa malam ini.

Kurang lebih tiga jam mereka menemaniku. Saatnya mereka pamit untuk kembali ke Jogja. Aku dan mas Dani melepas kepergian mereka dari pekarangan depan rumah.

Rumah kembali sepi. Malam ini aku dan mas Dani tidur di atas kasur lipat yang beralas karpet di ruang depan. Nyaliku habis untuk tidur sendirian di kamar.

***

Alhamdulillah malam ini aku lalui dengan keadaan relatif tenang. Aku bisa tidur nyenyak sampai saat dibangunkan mas Dani untuk subuhan berjamaah.

Pagi buta, dari arah belakang aku mendengar suara bu Pur berteriak. Sejurus setelah salam akhir, aku bangkit lalu berlari kecil ke belakang. Aku melihat bu Pur sedang membungkuk sambil memegang kresek hitam.

"Ada apa bu Pur kok jerit-jerit?" tanyaku sedikit was-was.

"Pitik e mati siji mbak Lis" (ayamnya mati satu mbak Lis) ujarnya sedih.

"Kae bathang e, mbuh knopo kok moro-moro mati..dirubung laler ijo akeh" (itu bangkainya, gak tau kenapa kok tiba-tiba mati, banyak lalatnya).

Aku mendekat sambil menarik tangan Bu Pur, kuraih kresek dalam genggamannya sambil sedikit kubuka isinya.

"Hiiii!" teriakku sambil kulempar ke tanah.

Bangkai ayam dalam kresek itu kulihat sudah kaku dan mengeluarkan bau busuk yang sangat menyengat. Puluhan lalat hijau mengerubungi buntalan kresek itu. Bunyi dengungnya membuat bergidik.

Ayam yang baru mati semalam bentuknya sudah membangkai. Bau busuknya seperti umur bangkai yang berhari-hari.

Kematian yang janggal.

***

Terpopuler

Comments

Astiah Harjito

Astiah Harjito

Kualitas tulisan yg bagus utk seorang pemula.Keren 👍

2022-03-01

3

Dokter Motor

Dokter Motor

bagus, lugas namun detail...sungguh penggambaran yg sngat ciamik... berkualitas sekali penulisannya

2022-02-04

2

Endang Khairunnisa

Endang Khairunnisa

rasane enek wetengku di adegan kiss kissan karo kunti,, hueeekkk

2021-08-29

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!