Tok ... tok ...
"Kak," panggil suara yang sangat dikenal Cindy sebagai suara Dio.
"Iya Dek, masuk aja!" seru Cindy agar Dio mendengar.
Cindy membenarkan duduknya, karena memang dia tidak tidur. Bagaimana bisa tidur kalau semalam dia sudah puas tertidur lelap. Dio pun masuk ke kamar Cindy, wajahnya menunduk. Entah Dio mau apa, karena tidak biasanya dia berlaku seperti ini. Dio pun berjalan mendekati Cindy.
"Ada apa, Yo." Cindy menyebut panggilan Dio di keluarganya.
"Kak, apa kakak punya uang?" tanya Dio tiba-tiba.
Cindy sedikit terkejut dengan pertanyaan Dio, karena Cindy ingat betul bagaimana Dio bahkan tidak pernah meminta uang padanya. Sejak kelas dua SMK, sampai lulus Dio tidak pernah mau menerima uang dari Cindy. Dio mencari uang sendiri dengan membantu di bengkel kenalannya. Dia sama sekali tidak pernah meminta uang jajan, hanya bayaran sekolahnya masih Cindy yang bayarkan saat itu.
"Tumben, memangnya buat apa, Yo?" tanya Cindy akhirnya.
"Hem, begini kak. Dio ingin buka usaha bengkel, atau jadi ojek online. Terserah kakak mau milih apa, tapi Dio butuh modal Kak. Dio ingin bisa bantuin Kakak cari uang," tutur Dio tanpa berani menatap wajah Cindy. Cindy tersenyum dan memanggil Dio untuk duduk di dekatnya, Dio pun mendekati Cindy dan duduk di sisi tempat tidur.
"Kakak punya tabungan, kalau kamu bener-bener serius. Tapi kamu sendiri yang harus menentukan, apa yang menurutmu sesuai dengan skill kamu. Jangan bekerja karena terpaksa, Dek. Karena hasilnya tidak akan baik, jadi sebaiknya tentukan kamu maunya apa. Kakak akan kasih kamu uangnya tapi itu pinjam ya, bukan karena kakak pelit semua agar kamu bertanggung jawab. Jadi kamu akan benar-benar bekerja keras untuk mengembalikannya," jelas Cindy.
"Iya Kak, aku janji akan mengembalikannya. Aku akan bekerja keras agar cepat mengumpulkan uang buat kembalikan uang Kakak. Tapi jika membuka bengkel, biayanya akan lumayan banyak Kak. Karena kita juga harus menuewat tempat," sahut Dio sekaligus menjelaskan.
"Kakak punya kok uangnya, tapi kalau bisa kamu cari kios kecil saja di pinggir jalan. Atau lahan kosong, jadi kita bisa beli saja sekalian. Kalau hanya 50 jutaan Kakak ada uangnya, nanti tinggal kita beli alat-alatnya. Apa 80 juta cukup?" tanya Cindy.
"Cukup Kak, Dio akan cari lokasinya segera. Dan biar Kakak percaya, Kakak sendiri yang bayarin semuanya. Jadi Kakak bisa totalin harganya sekalian. Tapi Kakak darimana yang sebanyak itu?" tanya Dio penasaran.
"Sudah kamu jangan khawatir, kalau kakak bilang ada ya ada. Kamu cari lokasinya, nanti besok atau lusa kalau sudah dapat sepulang kakak kerja kita janjian. Tapi kalau bisa jangan sampai papa tau, karena beliau tidak tau Kakak punya uang. Kalau Papa suatu saat ketemu atau tau kamu di bengkel, bilang saja itu tempat usaha orang. Karena kamu tau sendiri kan alasannya," tegas Cindy.
"Iya Kak, iya. Kalau begitu biar Dio cari lahannya sekarang," ucap Dio dan hendak berdiri.
"Eh, gak sekarang juga, Yo. Kamu harus makan siang di rumah hari ini, kita sudah lama gak makan bareng. Kamu tau, semua orang di sini merindukan kamu. Jadi Kakak mau kamu pergi setelah kita makan siang," cegah Cindy.
"Oh, oke kak siap! Dio akan pergi setelah makan siang," sahit Dio sumringah.
Cindy tersenyum saat melihat wajah bahagia adiknya itu, senyum bahagia yang sesungguhnya. Sudah lama Cindy tidak melihat Dio tersenyum seperti itu. Semoga saja kelak, Dio akan sering tersenyum bahagia seperti sekarang. Itu salah satu alasan Cindy merelakan uang pemberian Al, untuk membuka usaha Dio.
"Ya sudah kalau begitu aku keluar ya, Kak." Dio pamit, Cindy hanya tersenyum dan mengangguk.
Dio pun keluar dari kamar Cindy, dengan perasan senang. Akhirnya cita-citanya membuat bengkel sendiri bisa terlaksana. Karena memang itu keahliannya selama ini, Dio tidak menyangka jika kakaknya punya uang segitu banyak. Jika tadi kakaknya tidak punya uang pun, Dio awalnya hanya ingin meminta di belikan motor seken untuk ojek online.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments