Hari berganti hari, rutinitas Harum tetap sama. Dengan giat Harum berkerja dan berkarya, demi merubah nasib keluarganya. Hanya saja yang berbeda kini, adalah Harum selalu pulang bersama Rusdi. Dan Ben, terus saja berusaha mendekati Harum dengan berbagai cara. Suatu hari, saat lagi-lagi Ben melihat Harum berjalan dengan Rusdi. harinya bagai tersulut api cemburu, tapi lagi dan lagi Ben selalu melakukan segala cara untuk mendapatkan perhatian Harum.
Pernah suatu hari, Ben bahkan mengancam Ibu Wati ibu dari Harum. Agar harum mau diajak jalan-jalan ke kota, akhirnya dengan berat hati Harum menurutinya. Meskipun terjadi sedikit pertentangan dengan sang ibu. Permulaan Harum dan ibunya saling bertentangan.
"Ayolah Rum, sekali ini saja turuti kemauan Ben. Ibu belum ingin pensiun kerja, adik-adikmu belum selesai sekolahnya. Dan ibu gak mau, hanya mengandalkan mu menjadi tulang punggung. Ibu masih mampu bekerja, jadi ibu gak mungkin berhenti. Ayolah Rum sekali ini saja," pinta ibu dengan nada memohon.
"Tapi Bu, harum gak bisa mengikuti kemauan ibu. Harum takut, jika harus pergi dengan Ben
Bagaimana jika dia berbuat macam-macam. Ben itu orangnya nekat Bu, " tolak Harum. Inilah awal Harum dan ibunya saling bertentangan.
"Tapi Rum, jika kamu tidak mau itu artinya ibu akan kehilangan pekerjaan. Ibu masih ingin bekerja Nak," ucap ibu tegas.
"Sudah, Bu, Mbak jangan berdebat lagi. Kita pikirkan dan cari solusinya pelan-pelan, kalau terus memaksa keegoisan masing-masing. Nanti gak akan bisa nemuin solusinya," Guntur berusaha menenangkan ibu dan Harum.
"Ya sudah begini saja, kan bapaknya si Beno punya mobil. Si Beno juga sering bawa, kalau dia mau kamu sama Arini yang pergi. Kalau dia gak mau, Yo sudah gak apa-apa ibu dipecat. Kalau dia gak mau berarti ada niat jahat," ujar ibu akhirnya mencari solusi.
"Ya sudah kalau sama Arini gak apa-apa," Harum pun terpaksa menerima tawaran Ibu.
Keesokannya, si Ben datang menghampiri ibu di ladang milik ayahnya yang sedang panen.
"Bu Wati, bagaimana Bu apa Harum setuju pergi denganku?" tanya Beno dengan nada dibuat sopan.
"Eh Nak Ben, iya nak boleh tapi hari Minggu sekalian nganterin dagangan Harum. Terus Arini harus ikut soalnya Harum gak mau kalau sendirian. Apa Nak Beno gak keberatan?" tanya ibu ingin mengetahui jawaban Beno.
"Hem, apa gak bisa kami berdua saja Bu. Kalau bertiga bukan kencan namanya," protes Beno yang kekeuh ingin berdua Harum saja.
"Ya gimana ya Nak Beno, Harum gak mau kalau cuma berdua. Gitu pesannya Harum," kekeuh ibu sekekeuh keinginan Beno.
"Ya sudah deh, daripada gak pergi sama sekali. bilah jam sembilan saya jemput Bu," ucap Beno berpesan untuk Harum.
"Iya nanti ibu sampaikan," jawab ibu singkat.
"Ya sudah kembalilah bekerja Bu." Beno pun kembali melangkah tanpa permisi. Ibu hanya menggeleng, melihat ketidak sopanan Beno.
"Pantas saja Harum gak tertarik padamu, adab kesopanan mu tipis Nak Beno," batin ibu.
***
Akhirnya hari Minggu datang juga.
Pukul sembilan, Beno sudah nangkring di atas mobilnya di depan rumah Harum. Dengan gaya sok nya, Beno turun dari mobil. Dan melangkah menuju ke rumah Harum.
"Harum, Harum, ayok pergi nanti kesiangan!" teriak Beno tanpa mengucapkan salam.
"Tuh Bu, denger si Beno manggil. Tanpa salam langsung teriak-teriak, gak punya sopan santun. Bagiamana bisa Harum suka pria seperti itu. Jika dia sendiri tak menunjukkan sisi baik," Harum bicara sambil melangkah keluar
"Ibu tau Nak, ibu juga tidak suka dengan sikapnya. Namun harus bagaimana lagi, ibu masih butuh pekerjaan. Kalau tidak ibu juga tidak akan mengijinkan," ucap ibu pelan. Ibu tau yang harum rasakan, tapi ibu terpaksa melakukan semua ini.
"Mas Ben, gak bisa apa jangan teriak-teriak. Kan bisa ucap salam," ketus Harum menegur sikap Beno.
"Alah kebanyakan basa-basi, lagian gak ada orang di depan. Takutnya pada gak denger," jawab Beno seenaknya.
"Ya sudahlah, percuma juga berdebat sama Mas Ben. Tunggu sebentar, Harum mau ambil barang-barang sama manggil Arini." Harum pun langsung melangkah masuk ke kamarnya.
"Jangan lama-lama!" seru Beno saat Harum berbelok.
Selesai mengambil barang jualannya, Harum memanggil Arini di kamarnya.
"Ayo Dek kita pergi," panggil Harum.
"Iya Mbak sebentar," jawab Arini sambil menyisir rambutnya dan keluar.
"Sudah ayok pergi," ucap Beno dan melenggang untuk ke mobilnya. Harum hanya menggelengkan kepalanya, sama sekali pria itu tidak berniat membantunya membawa barang. Melenggang kangkung, meninggalkan dirinya.
Mereka pun masuk, dan Beno mengendarai mobilnya. Harum terpaksa duduk didepan, karena dipaksa Beno. Katanya dia bukan sopir mereka, makanya Harum menurut saja. Sedangkan Arini duduk di kursi belakang, bersama barang-barang milik kakaknya.
Beno pun mengantar Harum ke toko, dan meminta harum untuk tidak berlama-lama.
"Cepetan, jangan lama-lama. nanti keburu siang," ucap Beno seenaknya. Harum tak mau menjawab, dan langsung masuk toko diikuti Arini.
Tak lama, Harum keluar lagi. Dengan sudah tak menenteng apapun, karena barang-barangnya sudah dibeli pemilik toko.
"Kita ke pasar dulu, aku harus membeli beberapa stok belanjaan untuk seminggu. Kalau tidak nanti ibu kerepotan," pinta Harum.
"Eh ngapain lagi sih, aku malas menunggu lagi. Aku ini bukan sopir kalian, sejak tadi diperintah terus. Kamu kayak gak niat jalan sama aku," protes Beno membuat darah Harum mendidih.
"Begini lho mas Beno yang terhormat, anak dari juragan Abdul. Orang paling kaya di kampung, yang hartanya gak habis tujuh turunan. Ini memang aktifitas harum setiap Minggu, dan mas Beno lah yang maksa ingin ngajak jalan. Kalau mas Beno keberatan, kita bisa kok turun disini. Lagian saya gak maksa mas Beno, buat ngajak pergi atau nganterin saya. Ya sudah stop disini saja," kesal Harum tak bisa tertahan lagi mendengar ucapan Beno.
"Duh gak usah ngambek Rum, ya sudah nanti aku antar. Baru kita jalan-jalan," bujuk Beno mengalah.
Akhirnya bisa juga Harum membuat Beno menurutinya, untuk Harum hidup sederhana bukan berarti orang lain bisa menekannya.
*Pantai terus ya Dua atau tiga bab lagi kita masuk ke horornya*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Niswa mandailing
next
2021-01-29
1
Irma
Aku udah mampir balik kak, sedikit koreksi ya dari aku. PUEBI nya di perbaiki. Seperti sehabis tanda koma , di kasih spasi. Dan setelah tanda titik. tanda seru ! tanda kutip " dan tanda tanya di kasih spasi juga, dan juga diawali huruf kapital ya. Narasinya juga jangan terlalu panjang, cukup beberapa kalimat aja. Nama tokoh juga diawali huruf Kapital.
Terima kasih. Salam dari Ikatan Cinta Masa Kecil
2020-12-25
1