"Ma, Cindy pulang!" seru Cindy memanggil sang mama saat masuk ke rumah.
"Jangan teriak-teriak, mamamu di dapur. Kamu belanja lagi?!" tanya sang papa dengan nada tinggi.
"Iya, emangnya kenapa? Toh Cindy belanja juga untuk keperluan rumah ini," sahut Cindy menantang.
"Kamu tuh ya, sepertinya sengaja biar uangnya berkurang banyak. Setiap pulang jam segini pasti kamu belanja terus!" ketus papa Cindy.
"Sudah, yang penting kan jatah papa tetep ada, jadi gak usah masalahin kalau Cindy belanja. Apa masih kurang setiap hari papa ambil uang Cindy?" tanya Cindy.
"Bawel, berisik, mana duitnya?" tanya papa Cindy dengan tangan menengadah.
Cindy pun merogoh tasnya dan mengeluarkan sejumlah uang, lalu menyerahkannya pada sang papa. Yang langsung cepat di sambutnya, lalu menghitungnya.
"Cuma segini?" tanyanya sambil memelototi Cindy.
"Iya lah, masuk berapa lagi. Cindy ini bukan perempuan kelas atas lagi, Pa. Cindy gak semuda dulu, sudah banyak primadona lain yang bermunculan. Jadi jangan terus berharap tinggi," sahut Cindy berbohong. Karena sebenarnya Cindy tetaplah primadona di klub tempatnya bekerja.
"Jangan-jangan kamu umpetin, sini papa cek." Sang papa langsung menarik tas Cindy, lalu memeriksanya ternyata hanya tersisa satu lembar lima puluh ribuan.
"Sudah puas Pa? Sudah di bilang gak ada masih saja ngeyel," tukas Cindy kesal.
"Awas saja kalau kamu ketahuan bohong, sudah sana masuk." Pap Cindy langsung keluar dari rumahnya, yang Cindy tau pasti hendak berjudi. Cindy pun masuk kedalam, menuju dapur di mana sang mama berada.
Tino Pakusadewo, nama lengkap papa Cindy. Pria berusia hampir setengah abad, tapi tidak pernah berubah. Entah bagaimana mamanya dulu bisa jatuh cinta dan menikahi pria itu. Yang selalu membuatnya sudah dengan hobi berjudinya. Tapi sang mama, Diana Larasati tidak pernah mengeluh sama sekali. Bahkan dengan begitu setianya tetap bertahan, meskipun terkadang dia marah dengan kelakuan suaminya itu. Namun, tidak terbesit sekalipun dia ingin meninggalkan pria itu.
Pernah suatu hari Cindy bertanya kenapa sang mama tetap bertahan. Tidak di sangka jawabannya begitu mengejutkan, ternyata sang papa dahulu adalah penyelamat hidup mama. Di kala sang mama ingin mengakhiri hidup karena di hari pernikahannya dia malah di tinggalkan kekasihnya. Dengan berani papanya langsung menggantikan pria brengsek yang meninggalkan mamanya. Sampai akhirnya, seolah merasa berhutang budi karena sudah di selamatkan dari rasa malu membuat sang mama bertahan sampai saat ini.
Dan Cindy baru tau, jika dirinya adalah anak dari laki-laki brengsek itu. Pantas saja papanya tidak pernah mengasihinya, malah akhirnya menjualnya dengan alibi mempunyai banyak hutang. Meski saat itu mamanya menolak dan marah, sampai akhirnya menyebutkan jika itu dilakukan sang suami karana Cindy bukan putri kandungnya. Namun, lagi-lagi saat suaminya dihajar habis-habisan oleh penagih hutang. Mamanya kembali luluh, lalu membiarkan Cindy dijual ke klub malam sebagai penebus hutang.
"Ma, Cindy belanja nih." Cindy meletakkan barang belanjaannya di meja makan.
"Loh kamu baru pulang, Nak? Kamu sudah capek kerja masih sempat-sempatnya belanja," ucap sang mama seraya mendekati putrinya.
"Gak apa-apa, Ma. Kalau gak gitu ntar duitnya habis diambil papa, jadi Cindy sempatin belanja. Cindy juga udah pisahkan uang buat mama." Cindy merogoh bagian dada bajunya dan mengeluarkan sejumlah uang, lalu di serahkan pada sang mama.
"Kamu nih, Nak. Dari pada di kasih ke mama, mending kamu yang simpen. Ini hasil kerja kerasmu," ujar mama Cindy menolak uang dari putrinya.
"Sudah ambil saja, Ma. Kan bisa buat adik-adik sekolah, mereka tiap hari butuh uang jajan sekolah kan."
"Iya, tapi kamu juga pasti punya kebutuhan, Nak. Lagian Mama masih bisa menyisihkan uang belanja dari papamu buat adik-adik. Sudah kamu simpen saja ini," ucao sang mama tetap menolak.
"Sudah, Cindy juga punya simpenan kok, Ma. Lagian duit 50 ribu dari papa cukup apa, apalagi semua serba mahal sekarang."
"Kan Mama cuma butuh beli lauk pauk, yang lainnya sudah kamu belikan. Makanya duit 50 ribu cukup buat belanja sama jajan adik-adikmu."
"Sudah mama simpen aja, tapi jangan sampai tau papa. Tadi dia udah banyak ambil duit Cindy," ucap Cindy mengingatkan.
"Ya sudah, kalau begitu. Kamu mandi terus istirahat, biar Mama lanjutkan masak dulu. Kamu pasti lapar, adik-adikmu juga sebentar lagi pulang sekolah." Sang mama pun hendak berbalik dan berjalan menuju kompornya.
"Dio mana, Ma. Apa dia masih jarang pulang?" tanya Cindy adiknya yang nomer dua.
Dio memang sedikit urakan, sudah lulus SMK tapi tidak mau bekerja atau melanjutkan sekolah. Meskipun Cindy sudah berjanji akan membiayai kuliahnya. Tapi Dio menolak dan lebih memilih keluyuran tidak jelas, bahkan jarang pulang.
"Ya gitu deh, Mama sudah gak ngerti lagi mau dia apa. Biarin saja Cin, biar dia puas sendiri. Nanti kalau bosen dia akan nyadar sendiri," sahut sang mama pasrah.
"Ya sudah Cindy ke kamar ya, Ma." Cindy pun pamit dan langsung menuju kamarnya.
Cindy memiliki tiga orang adik, Dio anak nomer dua, Genta yang nomer tiga, serta Adinda yang paling bungsu. Dio sendiri sudah lulus SMK, sementara Genta masih kelas dua SMA, sedangkan Adinda baru kelas dua SMP. Dan semua keperluan sekolah mereka Cindy yang penuhi. Karena semenjak Cindy bekerja sang papa sama sekali tidak pernah bekerja. Padahal dahulu beliau seorang kontraktor, dengan gaji lumayan.
Wajar saja Dio seperti itu, karena setiap di rumah dia akan selalu bertengkar dengan sang papa. Karena di rumah ini, yang paling menolak Cindy bekerja malam hanya dia. Sedangkan dua adik lainnya sangat takut pada papa mereka. Itu kenapa Dio tidak betah di rumah, apalagi setiap Cindy pulang sang papa langsung meminta uang seperti pemalak. Membuat Dio sering kesal dan marah pada papanya, yang akhirnya mereka akan bertengkar.
Dio tau, jika Cindy bukanlah saudara kandungnya. Karena sang mama hamil dengan pria lain lebih dulu sebelum menikah, tapi kasih sayang Cindy pada adik-adiknya membuat semua adiknya juga menyayangi Cindy. Apalagi mereka tau jika Cindy bukan saudara kandung saat Cindy menjadi penebus hutang. Tapi mereka tidak berubah, tetap sayang dan hormat pada Cindy. Apalagi Cindy tetap memikirkan mereka, meskipun Cindy diperlakukan tidak adil oleh sang papa.
"Mau apa ya Mas Al nanti, kenapa aku deg-degan dia mau ngajak ngamar. Padahal selama ini dia tidak pernah melakukan itu," gumam Cindy seraya mengganti pakaiannya.
Cindy pun membaringkan tubuhnya, dengan pikiran yang masih terbayang akan Al. Cindy benar-benar bingung akan sikap Al, semalam dia menolaknya. Tapi nanti malam malah mau membokingnya, apa Al benar-benar mau dia layani atau ada maksud lain. Pikiran Cindy tidak bisa berhenti memikirkan hal tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
cicia_gie
Next........
Semangat thor, ceritanya bagus.
Sekalian mau izin promosi thor. Yuk mampir ke cerita aku..
-Kebahagiaan Dari Negeri Gingseng
-Hidup Kembali Menjadi Gadis SMA.
Ditunggu ya....
2020-12-28
1