tak bisa tidur

"Saya minta Cindy yang menemani saya malam ini!" bentak seorang pria pada pelayan sebuah klub malam.

"Maaf, Pak. Tapi mbak cindynya sedang menemani tamu lain, yang lebih dulu booking buat di temani mbak Cindy. Saya akan bawakan yang lain, Anda bebas memilih mau yang mana. Saya janji akan bawakan yang sama cantiknya dengan mbak Cindy," bujuk sang pelayan agar tamu mereka tenang.

"Brengsek! Kamu pikir kesukaan seseorang bisa di ganti seenaknya? Saya tidak mau di temani yang lain saya mau dia, atau saya akan bikin kalian semua menyesal. Bila perlu saya buat klub ini tutup!" bentaknya mengancam.

Si pelayan kebingungan, apalagi dia tau siapa tamunya ini. Seorang yang cukup di kenal dan memiliki kuasa. Tapi orang yang sekarang memboking Cindy pun bukan orang biasa. Yang pasti akan marah besar jika mereka meminta Cindy menemani yang lainnya. Si pelayan berbisik pada seorang petugas keamanan, si pria hanya menatap sambil tersenyum smirk.

"Sebentar ya, Pak. Kami akan panggil Mbak Cindy tapi saya tidak bisa jamin dia bisa, kami mohon pengertiannya, Pak. Bukankah biasanya Pak Anton suka menelpon dulu jika ingin memboking mbak Cindy. Makanya kami selalu bisa membuat mbak Cindy menemani Anda," ucap si pelayan dengan kepala tertunduk.

"Jangan ajari saya, apa kesuntukan saya bisa kamu atur. Saat ini saya sedang suntuk dan saya butuh Cindy. Karena hanya dia yang bisa mengerti saya, kamu paham! Jadi cepat panggil Cindy sekarang!" bentaknya kesal.

"Kami akan usahakan, Pak. Kalau begitu tunggu sebentar," ucap si pelayan berusaha sabar.

Sementara itu petugas keamanan tadi sudah menuju ruangan di mana perempuan yang bernama Cindy itu sedang menemani tamu VIP lainnya. Perlahan di mengetuk ruangan yang tertutup itu, karena memang di klub ini ruangan VIP di tata sedemikian rupa agar menjaga privasi tamunya.

"Ada apa?" tanya seorang perempuan berusia 25 tahunan saat membuka pintu.

"Mbak Pak Anton berulah, dia ribut-ribut di ruangan biasanya. Dia minta mbak Cindy menemaninya, kami sudah berusaha membujuknya. Tapi dia tidak mau dengar dan malah mengancam akan menutup klub ini. Kami jadi bingung Mbak," tutur si petugas keamanan. Cindy menarik napasnya berat, lagi-lagi si pak Anton berulah.

"Ya sudah tunggu sebentar, aku akan pamit pada tamuku sebentar. Biar aku yang bujuk pak Anton," ucap Cindy.

"Oh iya, Mbak. Saya tunggu di sini," ujar petugas keamanan sambil tersenyum. Cindy langsung masuk kembali, untuk pamit keluar sebentar pada tamunya.

"Mas Al, maaf saya bisa keluar sebentar? Ada tamu yang bikin gaduh, karena mencari saya. Saya janji akan kembali secepatnya," pamit Cindy sambil memegang tangan tamunya agar memberinya ijin.

"Baiklah, kalau begitu selesaikan dulu. Tapi janji jangan lama," jawab si pria dengan nada datar.

"Oh iya Mas, saya janji gak akan lama. Terima kasih sudah mengerti, Mas." Cindy mencium sekilas si tamu, yang hanya terus memasang wajah dingin.

Cindy pun bergegas keluar, diikuti sang petugas keamanan. Cindy langsung melangkah menuju ruangan yang sedang terjadi keributan. Karena jika Cindy tidak muncul, bisa-bisa semua orang terkena imbasnya.

Cindy Paramitha wanita berusia 25 tahun, wajah cantik dan keramahan serta kelihaiannya melobi tamu membuatnya jadi primadona di klub malam ini. Banyak orang yang rela merogoh kocek dalam, hanya supaya bisa di temani Cindy untuk minum. Meskipun di sini banyak gadis yang sama cantiknya dan memiliki tubuh molek seperti Cindy. Tapi entah kenapa, lebih banyak orang yang suka di temani Cindy. Padahal kadang mereka hanya di temani Cindy minum, karena kelasnya membuat tidak semua orang bisa membawa Cindy keluar selain di dalam klub.

Cindy berjalan dengan cepat, agar bisa segera menyelesaikan masalah. Dia tidak enak jika harus lama meninggalkan tamunya, apalagi Alfarizi yang sedang menunggunya. Tamu spesial yang selalu memboking Cindy setiap datang ke tempat ini. Padahal Al hanya ingin ditemani Cindy minum, dia bahkan tidak pernah membawa Cindy keluar. Dia hanya suka karena Cindy lebih enak di ajak ngobrol, Cindy juga seolah memahaminya. Hingga tidak pernah sekalipun Cindy menawarkan tubuhnya pada Al.

"Mas Anton, kamu bikin keributan lagi ya?" tanya Cindy dengan senyum manisnya. Tidak ada wajah kesal atau marah, malah Cindy menegurnya dengan manis.

"Cindy! Aku kangen sama kamu." pria yang di panggil Anton langsung berdiri dan memeluk Cindy. Cindy membiarkan saja si pria memeluknya, seolah dia benar-benar merindukan Cindy.

"Hehehe, Mas Anton bukannya baru dua hari lalu dari sini. Masa sudah rindu lagi," ucap Cindy berusaha seramah mungkin.

"Kalau rindu ya gak bisa ada alasan, Cin. Aku selalu saja merindukanmu, setiap hari setiap waktu. Seolah tanpamu hidupku hambar, eh malah saat aku ke sini kamu tidak bisa menemaniku. Siapa yang tidak kesal coba," adu si pria dengan nada manja.

"Sini ayo kita duduk dulu, Cindy mau bicara sama, Mas." Cindy mengandeng pria yang di panggil Anton itu untuk duduk di sofa. Cindy pun memberi kode pada pelayan dan petugas keamanan agar meninggalkan mereka.

"Mas Anton, kan Mas pelanggan tetap di tempat ini. Bukan hanya pelanggan tapi tamu kehormatan di sini, karena apa? Karena Mas yang paling sering kemari, nah dengan begitu Cindy yakin Mas adalah orang yang paling paham peraturan di sini. Jadi kenapa Mas Anton yang ganteng ini, malah sering bikin ribut saat tidak bertemu Cindy. Harusnya jika Mas begitu menginginkan Cindy, Mas bisa telepon lebih dulu supaya Cindy tidak di booking orang lain. Mas sepertinya tidak paham juga pekerjaan Cindy, katanya Mas sayang sama Cindy. Tapi Mas terus bikin Cindy kebingungan," bujuk Cindy dengan nada manja.

"Mau bagaimana lagi, Cin. Kerinduanku padamu suka mendadak datangnya, apalagi jika wanita tua itu sudah ngomel-ngomel tanpa alasan. Aku selalu teringat kamu, makanya aku suka tiba-tiba datang. Jadi aku harus bagaimana?" tanya Anton pria berusia empat puluhan itu bersandar manja di bahu Cindy.

"Masa Mas lupa apa yang sering Cindy bilang, kalau Mas benar-benar butuh Cindy. Mas bisa kirim pesan terus tunggu di tempat biasa, lalu selesai bekerja Cindy akan datang menemani, Mas. Atau Mas hanya butuh di temani di sini saja? Apa karena pelayanan Cindy di kamar kurang memuaskan?" tanya Cindy memancing sang tamu.

"Eh, gak Cin. Aku selalu puas dengan pelayanan kamu, apalagi aku tau tidak semua orang bisa menyentuh tubuhmu begini. Aku hanya tidak tahan harus menunggumu lebih lama," kilah Anton sambil tangannya merayap menelusup kebalik pakaian Cindy.

Cindy hanya menarik napasnya, membiarkan sebentar si pria menikmati kekenyalan kedua bukitnya. Sampai akhirnya Cindy menarik tangan Anton agar berhenti meremas.

"Sudah kan, Mas sudah pegang Cindy. Jadi sekarang Mas harus ikuti aturan, kalau Mas masih mau di sini Mas ditemani yang lain. Kalau masih mau sama Cindy, artinya Mas harus menunggu. Kalau tidak Mas tunggu Cindy di tempat biasa," tegas Cindy.

"Hem, ya deh. Kamu memang pinter banget bikin aku luluh, ya sudah kalau begitu aku tunggu di tempat biasa. Tapi kalau bisa jangan sampai lama, aku takut tidak kuat menahan rindu ini." Anton langsung menurut dan sebelum Cindy beranjak dia mengecup sekilas bibir Cindy.

Cindypun meninggalkan Anton dan bergegas kembali ke ruangannya tadi.

Terpopuler

Comments

akhza

akhza

semangat ,swstusaat bisa jd ok seperti ka kaseryn

2021-01-28

1

lihat semua
Episodes
1 epilog
2 memendam cinta yang salah
3 Kesal yang berlarut
4 Kebiasaan Keluarga
5 Kedekatan Kakak dan Adik
6 Harapan Keluarga Kirana
7 adik-adikku
8 tak bisa tidur
9 hampir saja
10 si cowok songong itu EUNWO
11 lagi dan lagi nabrak dia
12 perintah guru killer
13 perbincangan di angkot
14 Keluarga bahagia
15 eunwo bertemu bapak pov Eunwo
16 Villa Eunwo pov Eunwo
17 Cerita bapak
18 pagii semua!!!!
19 Kisah Dita
20 Rapat
21 Tawaran Eunwo
22 Makan direstoran
23 Akhirnya bisa berdua Pov Eunwo
24 Kehujanan
25 Kehangatan Dirumah Kirana
26 Dirumah kirana Pov Eunwo
27 Pov Eunwo
28 Eunwo Demam. Pov Eunwo
29 Kepikiran Dia
30 Memaksakan Diri
31 Memarahi Eunwo
32 Eunwo masuk RS
33 Mengurus Eunwo
34 Dirumah Sakit
35 Pov Eunwo 1
36 Pov Eunwo 2
37 Minta Ijin Menjaga Eunwo
38 Menelpon kekorea
39 Bapak dan ibu datang.
40 Mimpi buruk lagi
41 CT scan dan Stres
42 Hendak pulang
43 Pulang ke villa Eunwo
44 Pulang ke villa
45 Restu Eoma
46 Membantu Bik Ati
47 Meminta ijin bapak
48 Puisi malam
49 Bertemu teman lama
50 Kirana Tinggal
51 masuk sekolah
52 Bukan marah tapi sedih
53 Masakan Ibu
54 Surprise untuk Kirana
55 Kencan Pertama
56 Silsilah Keluarga Kirana
57 Perjalanan ke Bali
58 Makan Malam dan Rencana Esok
59 Hari Pertama Berlibur
60 Pantai Suluban Dan Rencana Esok
61 Hari Kedua
62 Hari Ketiga
63 Hari Keempat
64 Diner Dan Pulang Ke Rumah
65 Diserang
66 Eunwo di Rawat
67 Kisah Keluarga Eunwo
68 Telepon dari Korea
69 Pindah Kamar
70 Bapak Memberi Restu
71 Berbagi Pendapat
72 Kabar Dari Appa
73 Reni Datang
74 Kirana Ngambek
75 Mimpi Buruk Lagi
76 Melihat Rumah Sewa
77 Mampir Kerumah
78 Bersenda Gurau
79 Jiwa Kekeluargaan
80 Selesai Pindahan
81 Pulang Kerumah Baru
82 Suasana Rumah
83 Ruang Sholat Baru
84 Kehangatan Keluarga
85 Sarapan Bersama
86 Main PS Bersama
87 Mencandai Eunwo
88 Rencana Masuk islam
89 Rundingan Keluarga
90 Ikrar Syahadat Eunwo
91 Numpang Sarapan
92 Bos Kirana
93 Bertemu Klien
94 Alasan Kirana
95 Berkenalan Dengan Bos dan Rekan Kerja Kirana
Episodes

Updated 95 Episodes

1
epilog
2
memendam cinta yang salah
3
Kesal yang berlarut
4
Kebiasaan Keluarga
5
Kedekatan Kakak dan Adik
6
Harapan Keluarga Kirana
7
adik-adikku
8
tak bisa tidur
9
hampir saja
10
si cowok songong itu EUNWO
11
lagi dan lagi nabrak dia
12
perintah guru killer
13
perbincangan di angkot
14
Keluarga bahagia
15
eunwo bertemu bapak pov Eunwo
16
Villa Eunwo pov Eunwo
17
Cerita bapak
18
pagii semua!!!!
19
Kisah Dita
20
Rapat
21
Tawaran Eunwo
22
Makan direstoran
23
Akhirnya bisa berdua Pov Eunwo
24
Kehujanan
25
Kehangatan Dirumah Kirana
26
Dirumah kirana Pov Eunwo
27
Pov Eunwo
28
Eunwo Demam. Pov Eunwo
29
Kepikiran Dia
30
Memaksakan Diri
31
Memarahi Eunwo
32
Eunwo masuk RS
33
Mengurus Eunwo
34
Dirumah Sakit
35
Pov Eunwo 1
36
Pov Eunwo 2
37
Minta Ijin Menjaga Eunwo
38
Menelpon kekorea
39
Bapak dan ibu datang.
40
Mimpi buruk lagi
41
CT scan dan Stres
42
Hendak pulang
43
Pulang ke villa Eunwo
44
Pulang ke villa
45
Restu Eoma
46
Membantu Bik Ati
47
Meminta ijin bapak
48
Puisi malam
49
Bertemu teman lama
50
Kirana Tinggal
51
masuk sekolah
52
Bukan marah tapi sedih
53
Masakan Ibu
54
Surprise untuk Kirana
55
Kencan Pertama
56
Silsilah Keluarga Kirana
57
Perjalanan ke Bali
58
Makan Malam dan Rencana Esok
59
Hari Pertama Berlibur
60
Pantai Suluban Dan Rencana Esok
61
Hari Kedua
62
Hari Ketiga
63
Hari Keempat
64
Diner Dan Pulang Ke Rumah
65
Diserang
66
Eunwo di Rawat
67
Kisah Keluarga Eunwo
68
Telepon dari Korea
69
Pindah Kamar
70
Bapak Memberi Restu
71
Berbagi Pendapat
72
Kabar Dari Appa
73
Reni Datang
74
Kirana Ngambek
75
Mimpi Buruk Lagi
76
Melihat Rumah Sewa
77
Mampir Kerumah
78
Bersenda Gurau
79
Jiwa Kekeluargaan
80
Selesai Pindahan
81
Pulang Kerumah Baru
82
Suasana Rumah
83
Ruang Sholat Baru
84
Kehangatan Keluarga
85
Sarapan Bersama
86
Main PS Bersama
87
Mencandai Eunwo
88
Rencana Masuk islam
89
Rundingan Keluarga
90
Ikrar Syahadat Eunwo
91
Numpang Sarapan
92
Bos Kirana
93
Bertemu Klien
94
Alasan Kirana
95
Berkenalan Dengan Bos dan Rekan Kerja Kirana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!