"Maaf, Mas Al. Tadi ada sedikit kegaduhan," ucap Cindy saat masuk kembali ke ruangan di mana Al berada.
"it's oke, pasti dia fans berat kamu, sampai membuat kegaduhan dan hanya bisa kamu yang tenangkan." Al bicara sambil menatap Cindy, hanya saja wajahnya tetap datar.
"Hehehe, begitulah Mas Al. Meskipun sebenarnya malas untuk meladeninya, tapi karena dia orang penting terpaksa aku harus menurutinya. Jika tidak bisa-bisa tempat ini yang kena masalah," ucap Cindy.
"Memang siapa dia? Kenapa kalian takut dengannya?" tanya Al.
"Dia Pak Anton, Mas mungkin mengenalnya." Cindy memberitahu siapa tamu yang membuat kegaduhan.
"Oh, Anton yang itu. Yang kerja di bagian perizinan," ujar Al sepertinya mengenal Anton.
"Iya, Mas. Mau minum lagi biar saya tuangkan," ucap Cindy menawarkan sambil menuang minuman ke gelas miliknya sendiri.
"Saya kenal dia, karena memang suka bikin rusuh di mana-mana. Ya boleh," sahut Al.
Cindy pun menuang minuman di gelas milik Al, lalu mereka sama-sama menenggak minuman mereka. Al bersandar di sofa, tangannya di renggangkan. Cindy pun bersandar di lengan Al, seperti biasa.
"Apa dia menginginkan sesuatu, atau ada yang kamu tawarkan sampai dia menurut?" tanya Al.
"Biasa, Mas. Dia selalu ingin ditemani di kamar hotel. Hanya dengan begitu bisa membujuknya," jawab Cindy jujur.
"Lalu tadi dia ngapain kamu?" tanya Al seolah menyelidiki.
"Gak ngapa-ngapain, Mas. Hanya seperti ini," ucap Cindy sambil memperagakan apa yang dia dan Anton lakukan tadi. Tapi tanpa di sangka Al malah mendorongnya, membuat Cindy terkejut.
"Aw! Ada apa, Mas?" tanya Cindy heran.
"Kamu memberiku sisa laki-laki itu, sepertinya kamu belum mengenalku, Cin. Aku tidak suka menerima sisa, apa yang baru saja di sentuh orang lain. Karena itu menjijikan," ketus Al membuat Cindy terperangah.
"Oh, maaf jika membuat Mas merasa begitu. Tapi harusnya Mas bisa ngomong saja, tanpa perlu mendorongku. Lagi pula Mas tau pekerjaanku, artinya Mas tau jika aku selalu sisa orang lain." Cindy sedikit kesal dengan sikap dan perkataan Al.
"Itu Alasanku memesanmu lebih awal, karena aku tidak ingin kalau kamu sudah di sentuh orang lain sebelum aku. Kalau setiap harinya aku tidak perduli, tapi saat bersamaku kamu harus bersih. Jadi kamu paham sekarang?" tanya Al dengan suara sedingin es.
"Oke, aku minta maaf. Harusnya aku tidak mau di sentuh Anton tadi, apa perlu aku mandi lagi?" tanya Cindy menatap tajam Al.
"Tidak perlu, silahkan temui saja Anton. Aku sudah selesai di sini," tukas Al dan langsung beranjak meninggalkan Cindy.
Cindy tidak bisa berkata apa-apa lagi, hanya bisa menatap punggung Al dengan rasa kesal. Padahal menemani Al adalah kesenangannya, selain Al tidak pernah macam-macam kecuali kecupan-kecupan kecil. Al juga tidak pernah meminta untuk tidur bersamanya, tapi selalu meminta Cindy yang menemani saat berada di sini.
Alkezi Alexander adalah pria berusia 30 tahun, ternyata adalah CEO sebuah perusahaan ternama sekaligus ketua mafia berdarah dingin. Tapi hanya orang-orang tertentu yang tau identitas Al yang sebenarnya. Al adalah panggilan akrabnya, lebih di ketahui sebagai pengusaha sukses tanpa ada yang tau jika dia juga ketua mafia.
"Semua gara-gara Anton, karena dia aku tidak bisa mendapatkan bayaran lebih. Aku juga harus kehilangan pemandangan yang indah. Lagi-lagi aku harus menemani si tua itu, meskipun dia gak jelek-jelek amat sih. Tapi tetap saja kalau jauh sama Al," gumam Cindy kesal.
Cindy pun berdiri meninggalkan ruang VIP, mau tidak mau dia harus menemui Anton. Karena pasti dia akan menerima bayaran dari Anton, yang pastinya tidak sedikit. Dari pada pulang tanpa hasil, yang pasti papanya akan marah besar jika dia tidak membawa uang lebih.
"Mbak Cindy mau ke mana?" tanya petugas keamanan yang tadi menemui Cindy.
"Nemuin pak Anton di lantai bawah," sahut Cindy.
Ya benar Cindy akan menemui Anton di lantai bawah, karena memang klub malam elite ini berada di sebuah hotel mewah. Jadi jika ada tamu yang ingin memakainya, Cindy tinggal meminta mereka menuju salah satu kamar hotel yang ada di sini. Jadi selain keamanannya terjamin, setidaknya kalau ada apa-apa dia bisa meminta bantuan dari salah satu kenalannya di klub.
Tok ... tok ...
Cindy mengetuk pintu kamar hotel, di mana dia dan Anton sering menghabiskan malam. Tidak butuh waktu lama pintu segera terbuka, baru selangkah masuk. Anton langsung memeluk Cindy, bahkan pintu belum tertutup sepenuhnya.
"Sabar, Mas. Pintunya belum tertutup," ucap Cindy mengingatkan. Dengan senyuman manis, yang menghias bibirnya. Bahkan tidak terlihat jika dia tadi sangat kesal.
"Oh iya aku sudah tidak sabar, Cin." Anton langsung menutup pintu dan menguncinya.
Baru saja Cindy berjalan kedalam sambil melepas high heelsnya. Lagi-lagi Anton sudah menyergapnya dari belakang, tangannya langsung meremas dua bukit Cindy. Meski kesal karena Anton selalu seperti singa lapar, Cindy terus berusaha menahan diri.
"Mas, Cindy masih bau minuman. Biar Cindy mandi dulu ya," bujuk Cindy lembut.
"Kamu nih, kenapa sih gak langsung bereaksi. Selalu saja menunda-nunda hasratku," rajuk Anton kesal.
"Bukan begitu, Mas. Tapi Cindy rasanya gak nyaman kalau gak membersihkan diri dulu. Mas lupa kesukaan Mas? Yang selalu menjilati seluruh tubuh Cindy. Kalau gak bersih emangnya mau?" tanya Cindy mengingatkan Anton.
"Ya sudah sana buruan, aku tunggu ya. Atau mau main di kamar mandi?" tanya Anton nakal.
"Gak ah, nanti badan sakit semua. Mending di tempat tidur, mau pemanasan semalam juga enak." Cindy menolak sambil melangkah menuju kamar mandi.
Cindy pun langsung membuka seluruh pakaiannya, berdiri di bawah pancuran shower. Cindy membersihkan dirinya yang memang bau asap rokok dan alkohol. Cindy mengusap seluruh tubuhnya, agar bersih dan kembali segar.
Cindy sekilas terbayang alasan dia masuk dunia malam. Papa yang harusnya jadi sosok pelindung, malah menjualnya ke tempat ini. Karena hutang judinya yang menumpuk dan tidak mampu di bayarnya. Membuatnya harus berkubang dalam lumpur hina ini. Meski sedih, tapi demi menyelamatkan sang papa yang hendak di habisi para rentenir. Akhirnya Cindy merelakan dirinya di jual di tempat ini. Tapi apa yang Cindy dapat, bukannya menyesal, sang papa semakin menjadi. Hingga Cindy yang awalnya hanya menemani minum, terpaksa mencari uang lebih dengan menjual tubuhnya.
"Akh! Ngapain aku inget masalalu lagi," ucap Cindy bermonolog.
Cindy pun menyelesaikan mandinya, dengan handuk yang di sediakan di sana. Cindy mengeringkan tubuhnya, lalu dengan berbalut handuk itu juga Cindy keluar dari kamar mandi. Melihat Cindy yang keluar, senyum Anton langsung melebar. Cindy yang baru saja hendak naik ke tempat tidur. Langsung disergap Anton, bahkan sebelum dia siap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Pacarnya kangnaengi verivery😘
suka kak aq ama visualnya,
semangat ya kak author.
2020-12-28
1