Di kamarnya, Cindy langsung mengambil ponselnya. Cindy mencari nama Al, lalu melakukan panggilan. Satu kali panggilan tidak diangkat, Cindy berusaha menelpon kembali. Seolah sebelum ada jawaban dari Al, maka dia akan terus terpikirkan.
"Halo, Mas Al." Cindy langsung bersuara saat mendengar teleponnya sudah tersambung.
"Iya halo, Cin. Ada apa menelpon malam- begini?" tanya Al.
"Kamu yang memberikan papaku uang sebanyak itu?" tanya Cindy to the point.
"Iya, hanya sedikit kok. Memangnya kenapa?" tanya Al dengan santainya.
"Mas kenapa sih, sampe melakukan hal sejauh itu. Nanti papa kebiasaan kalau di kasih uang begitu," tukas Cindy.
"Itu malah belum seberapa, aku janji akan memberikan dia uang 1 M dan satu rumah mewah." Al menyebut nominal itu dengan santai, seolah uang itu tidak ada harga untuknya. Meski Cindy sadar, hal itu wajar melihat siapa Al.
"Mas jangan gila deh, itu uang banyak banget buat apa, Mas. Itu Mas malah akan membuat papa lebih suka berjudi, bukannya Mas mau bikin dia berhenti. Terus kenapa di kasih uang sebanyak itu," omel Cindy menahan kekesalannya.
"Kamu tuh ngomel saja, dengerin dulu kalau orang ngomong. Dia gak hanya nerima uang cuma-cuma, akan ada syaratnya untuk dia mendapatkan uang itu. Kamu tenang saja aku sudah mengaturnya, aku memberikan uang itu untuk modal usaha. Agar papamu bisa menafkahi keluarganya, terutama ibu dan adik-adikmu. Aku juga sudah memberi syarat papa kamu agar tidak berjudi lagi," tutur Al menjelaskan.
"Tapi, Mas! Itu banyak banget, apa Mas yakin dia bisa mengolah uang itu dengan benar. Bagaimana kalau dia tetap berjudi?" tanya Cindy.
"Sudah kamu tenang saja, biar itu jadi urusanku. Kamu tinggal terima beres, aku akan menepati janjiku. Dan aku akan berikan rumah juga atas nama ibumu nanti, biar papamu tidak bisa apa-apain rumahnya. Nanti akan aku urus semuanya," tegas Al.
"Ya sudah deh, terserah Mas saja. Aku pusing kalau banyak mikir," ucap Cindy pasrah.
"Ya sudah, aku juga gak minta kamu mikir. Kamunya saja yang mau mikir," ujar Al.
Mereka pun mengakhiri panggilan, Cindy keluar bermaksud memberitahu mamanya tentang apa yang Al katakan. Tapi saat tiba di sana, ternyata ada papanya. Semua keluarga berkumpul, meski tidak ada sepatah katapun. Karena mereka malas bicara jika sang papa ada di sana. Mereka hanya saling tatap sesekali, meskipun merasa aneh dengan situasi sekarang. Sudah terbiasa makan tanpa papa mereka, membuat mereka merasa tidak bebas untuk berbincang.
Selesai makan, tanpa bicara pak Tino langsung meninggalkan meja makan. Hampir bersamaan mereka menghembuskan napas lega. Mereka saling bertanya heran, kenapa papa mereka sudah ada di rumah.
"Jadi gimana, Cin. Kamu tau papamu dapat uang dari mana?" tanya Bu Diana.
"Ternyata dari mas Al, Ma. Katanya itu belum seberapa, dia akan memberikan uang 1 M dan rumah." Cindy menyahut sambil menatap ke arah mamanya.
"Ya ampun, banyak banget Nak. Buat apa uang sebanyak itu," sahut sang mama heran.
"Iya Kak, nanti yang ada pria itu berjudi terus." Dio menimpali dengan menyebut papanya pria itu.
"Dio, gak baik begitu itu papamu. Dia bagaimanapun juga," ucap Bu Diana mengingatkan putranya.
"Iya Dio, kamu gak boleh ngomong begitu." Cindy ikut menimpali menasehati adiknya itu.
Cindy pun menjelaskan apa yang dia dan Al bicarakan tadi, kini mereka hanya bisa berharap jika Al benar-benar bisa membuat papa mereka menjadi orang baik. Juga bisa meninggalkan kebiasaan buruknya. Selesai berbincang, mereka pun kembali ke kamar masing-masing. Bu Diana dan Adinda membersihkan meja makan. Sebelum akhirnya kembali masuk ke kamar mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments