“Carlota, aku berhasil melacaknya. Dari yang berhasil aku lacak, anak itu berada tidak jauh dari tempatmu berada!”
“Apa? Aku mengerti.”
“DIA DI SANA!” Salah satu anak buah Carlota berteriak seraya menunjuk ke arah Elios yang kini berlari menuju arah lain. Anak itu baru saja melompat dari gedung yang satu menuju gedung lain, dan kini berlari menuju arah belakang gedung. Carlota yang melihat hal itu lantas bergegas berlari mengejar anak itu bersama dengan anak buahnya. Mereka harus menangkap anak itu guna mengambil kembali alat yang telah dia curi dari mereka.
“Kami sudah berhasil menemukannya!” ujar Carlota pada Rieko yang ada di seberang sana. Mereka terus berlari mengejar Elios. Anak itu melarikan diri menuju arah belakang gedung hotel, dan dengan cerdiknya dia berlari menuju gang sempit yang gelap tak jauh dari sana. Gang itu begitu kotor dan dihiasi dengan sampah. Carlota dan anak buahnya tidak ingin menyerah begitu saja. Bagaimanapun caranya, mereka harus menangkap anak itu dan membawanya kembali ke markas.
Elios terus bergerak menggunakan tangan dan kakinya. Instingnya bisa langsung mengatakan kalau Carlota dan anak buahnya sedang berlari menuju arahnya, dan dia harus bersembunyi secepat mungkin guna menghindari mereka. Namun pelariannya berakhir ketika dia terjebak di jalan buntu.
“SEBELAH SINI!” Elios belum sempat melarikan diri dari sana, dan Carlota serta anak buahnya sudah ada di sana untuk mengepungnya. Mereka berdiri menghalang satu-satunya jalan untuknya keluar. “Kau tidak akan bisa lari kemana-mana lagi!”
Merasakan adanya ancaman bahaya, anak itu langsung mengambil posisi. Dia menatap Carlota dengan garang dan berusaha untuk menyerangnya. Elios sempat melompat dan menggigit mereka dengan sekuat tenaga hingga membuat Carlota kesakitan. Carlota menghentakkan tangannya hingga membuat anak itu jatuh tersungkur di tanah. “Anak sialan! Bedebah ini memang harus aku beri pelajaran!”
Carlota mengeluarkan sebuah alat kecil berbentuk seperti lipstik dari dalam kantongnya. Dia lantas menekan tombol yang ada hingga membuat benda itu menyala dan Elios bisa mendeteksi adanya arus listrik yang mengalir di sana dengan kekuatan cukup tinggi. Anak itu bisa langsung tahu karena alat itu adalah alat yang sama yang mereka gunakan untuk melumpuhkan dia dan teman-temannya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, wanita itu langsung menyerang Elios dan menyetrum anak itu hingga jatuh pingsan. “GOO!”
Brukk!
Anak itu terjatuh di lantai dengan keadaan tidak sadarkan diri. “Benar-benar menyusahkan. Sekarang angkat dia dan kita kembali ke markas.”
“Baik!”
...*...
“BERANI SEKALI KAU MELAKUKAN HAL INI PADA PENGUNJUNG DI RUANG VIP! MEMANGNYA KAU TIDAK SADAR KALAU APA YANG KAU LAKUKAN BISA MEMBUAT REPUTASI HOTEL KITA JATUH. APALAGI APA YANG KAU TUDUHKAN PADA MEREKA SAMA SEKALI TIDAK ADA YANG BENAR!”
“A-aku minta maaf, pak kepala..”
“BUKAN PADAKU SEHARUSNYA KAU MEMINTA MAAF, TAPI PADA MEREKA!” teriaknya pad si security. Lelaki itu menunjuk ke arah Ella dan James yang sejak tadi berdiri di sana. Dengan segera si security menghampiri Ella dan James lalu meminta maaf sebelum dia semakin diamuk oleh bosnya. Setelah itu, dia segera diusir dari sana oleh kepala keamanan. Sekarang di dalam sana hanya tersisa James, Ella serta Skipper yang sejak tadi menyamar menjadi kepala keamanan guna membantu mereka.
“Sekali lagi aku minta maaf, sekarang kalian boleh kembali ke kamar kalian.”
“Terima kasih. James, ayo kembali.” Ella menuntun James pergi dari sana. James sejak tadi diam dengan wajah bingung, dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi. Karena alih-alih dirinya dan Ella yang dimarahi, yang terjadi justru sebaliknya. Sebelum keluar, Ella sempat melirik ke arah Skipper dan menunjukkan jempolnya ke arah wanita itu. Skipper tersenyum lalu mengedipkan matanya seolah mengerti bahwa Ella baru saja memujinya dalam hati.
Ella dan James berjalan menyusuri lorong, mereka berniat untuk kembali ke kamar. “Kau baik-baik saja James?”
“Ya…” gumam James dengan suara pelan. Anak itu sebenarnya sedang memikirkan nasib Elios yang kini hilang entah kemana. Dia baru saja melihat Elios melompat ke arah balkon lain dan berlari entah kemana.
“JAMES!”
Anak lelaki itu tersadar dari lamunannya dan langsung menoleh ke arah datangnya suara. Di sana, dia melihat Sheilla dan Grayson yang berjalan menuju arahnya. “Mummy! Daddy!”
James tersenyum lantas berlari menuju arah mereka dengan wajah gembira. Anak itu langsung melompat dan memeluk mereka. Sheilla dan Grayson pun langsung mengangkat tubuh anaknya dan memeluknya erat. Sudah sejak semalam dia meninggalkan putra mereka dengan pengasuhnya itu, dan siang ini mereka baru bisa bertemu dengannya lagi. “Ah… my sweetie. Apakah kau merindukan kami?”
“Ya! Tentu saja. Aku sangat merindukan mum dan dad! Kalian dari mana saja? Apakah kalian baru saja bersenang-senang tanpa aku?”
“Haha… kami memang baru saja bersenang-senang bersama. Tadi mum dan dad pergi ke pantai dan bersenang-senang di sana.” Grayson terkekeh, dia mengusap puncak kepala putranya dengan penuh kelembutan.
“Curang! Kenapa kalian tidak mengajakku?” James memasang wajah cemberut. Dia melipat kedua tangannya di depan dada.
“Tidak, daddy bohong. Kami hanya pergi berbelanja untuk kebutuhan kita kembali besok.” Sheilla menunjukkan beberapa barang bawaannya. James bisa melihat wanita itu membawa beberapa kantong berisi bahan makanan dan bahan lain untuk keperluan mereka kembali.
“Daddy bohong padaku! Menyebalkan!” James memukul dada Grayson dengan tangan mungilnya. Grayson terkekeh sambil meminta ampun. Dia meminta maaf karena sudah berbohong padanya.
“Okay-okay, daddy minta maaf karena sudah berbohong padamu. Dan sebagai permintaan maaf, daddy membelikan sesuatu untukmu.”
“Sungguh? Apa itu?” Wajah James langsung berubah begitu mendengar ucapan dari ayahnya.
“Kau akan tahu begitu kita tiba di kamar.”
“Jangan bilang kalau kau membelikannya mainan lagi!” Sheilla mendelik menatap lelaki yang menjadi suaminya itu.
“Mainan? Hore!” James berseru kegirangan, sementara itu, Grayson menurunkan putranya dari gendongan.
“Aku hanya ingin membuatnya senang.”
“Tapi darling, dia sudah memiliki banyak mainan di rumah, dan bahkan hadiah dari kakak kemarin juga masih belum dia buka semuanya.”
“Memang apa salahnya?”
“Grayson!”
“Aku tahu kau marah, tapi dengarkan aku dulu.”
“Kau—“
“Woah! Ini keren!” James berseru kegirangan begitu dia mendekat ke arah kantong belanjaan yang di bawa Grayson. Di dalam sana dia mengeluarkan mainan yang dimaksud oleh pria yang menjadi ayahnya itu. Isinya adalah sebuah mainan robot rakitan dengan label banderol satu juta poundsterling yang jika dirupiahkan mencapai sembilan belas milyar. Ukurannya sangat besar, bahkan kotaknya sejajar dengan tinggi James saat ini. Sheilla melongo begitu melihat isi kotak yang dibawa suaminya. Pantas saja bungkusnya begitu besar, ternyata di dalamnya berisi mainan yang tingginya setinggi putra mereka. Wanita itu mendelik ke arah suaminya, jelas-jelas Sheilla ingat betul berapa harga mainan itu ketika mereka melintasi area mainan di supermarket tadi.
“Grayson!”
“Apa? Berhenti memanggil namaku seperti itu, karena aku tahu kau sedang marah.”
“Satu juta pound hanya untuk mainan?” Sheilla memandangi suaminya dengan wajah kesal. Bagaimana tidak? Lelaki itu sungguh sudah membuatnya syok karena berani membeli mainan dengan harga yang begitu mahal. Terlebih bahkan lelaki itu tahu bahwa di rumah, mainan putra mereka masih begitu banyak.
“Kenapa? Harganya bahkan tidak sebanding dengan semua barang milikmu.”
“Apa?!” Sheilla mengepalkan kedua tangannya erat, hanya dalam hitungan detik saja, mereka sudah mulai berdebat seperti biasanya. Membuat orang-orang di sekitar beralih ke arah datangnya suara. Di sisi lain, Ella hanya bisa menghela napas memandangi mereka.
Mereka mulai lagi, keluarga ini memang tidak pernah luput dari pertengkaran, batin Ella. Sudah tidak heran baginya, semenjak dia kerja bersama keluarga Sheilla dan Grayson, dia selalu menyaksikan mereka bertengkar hebat hanya gara-gara hal kecil. Ella terkadang heran mereka bisa menikah sementara mereka memiliki sifat yang saling bertolak belakang satu sama lain. James yang tadinya sedang asyik memandangi mainan barunya, lalu beralih fokus pada sebuah tas besar berwarna hitam yang dibawa ayahnya. Dia terdiam memandangi tas itu.
Tas itu… James memandanginya sesaat sebelum kemudian mengedikan bahu dan kembali fokus pada mainannya. Dia berusaha untuk tidak memperdulikan tas tersebut. Karena dia sudah tahu isi tas tersebut berisi barang-barang milik kedua orang tuanya. Bisanya barang bukti atau semacamnya. Dan dia juga sudah bisa langsung menebak kalau kedua orang tuanya memang berbohong tentang pergi ke supermarket. Mereka sebenarnya baru saja kembali dari menjalankan misi. James tahu kedua orang tuanya sebenarnya membawanya ke Rosario bukan dengan tujuan berlibur seperti yang mereka katakan, melainkan untuk menjalankan misi yang diberikan Bean atau mungkin Nico. Sudah hal biasa.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments