"Dan bisa jadi handphone ini adalah bukti penting bukan?"
"Kak Fia...."
"Kamu...scarlett"
"Dia terkena gangguan jiwa dan juga trauma"
"Gak tau, katanya ada urusan, lagian laporan kalian udah Ely kirim sama dia"
"Ayo beberapa ikut Fea, kita tangkap pelakunya!"
...* * * *...
Kemarinnya, saat kembalinya dari interogasi.
Felicia, El, Ara, Elyza dan juga Zaeem tentunya, mereka berlima sampai di ruangan tim RL.
Felicia memasuki ruangan terlebih dahulu begitu juga dengan yang lainnya, semua tim RL berkumpul disana menunggu hasil tentang kasus yang berharga sangat tinggi namun sayang mereka hanya dapat setengah itupun harus dibagi 14 orang dan untung cuma Felicia dan Elyza.
"Eh anjir ngapain lo di sini sih!" seru Arman ketika melihat Zaeem.
"Slow aja mas gak usah kayak gitu amat, lagiannya gue tadi bantu Fea," ucap Zaeem.
"Jadi, gimana hasil penyelidikan dan interogasi nya?"tanya Juna tanpa mempedulikan cekcok Arman dan Zaeem, Arman memang gitu suka emosian kalau Alan atau teman-temannya kesana soalnya kalau mereka kesana sasarannya pasti cemilan punya dia.
"Capek Jun,tapi enak," jawab El - duduk disofa disamping Ryon-
"Eh pe'ak gue nanya hasilnya bukan gimana rasanya," ucap Juna jadi kesal sendiri karenanya.
"Rasanya? Emang makanan?" tanya El yang tiba-tiba jadi bego karena banyak pikiran kali tentang kasus yang bikin pusing.
"Au, ah capek gue ngomong sama lo," ucap juna, kesal? Pastilah.
"Becanda Jun, canda gitu amat sih lonya lagian tuh kasus gue rasa jalannya buntuh deh punying otak gue," ucap El.
"Jadi, Fe tentang pelakunya benaran si kembarannya?" tanya Dylan.
"Gak mungkin kembarannya deh," ucap Ara.
"Emang kenapa kayaknya kembarannya punya masalah deh dan lagi motifnya lumayan sesuai untuk alasan membunuh orang," ucap Alma.
"Itu dia memang iya, tapi, masalahnya itu kembarannya sakit, kalian tau gangguan jiwa," balas Ara membuat yang ada diruangan itu menjadi bingung plus kaget apa lagi Arman yang sebelumnya ingin memarahi Zaeem menjadi terhenti.
"Kok bisa gitu?" tanya Arman.
"Nah itu dia kak kami juga mau tau tuh, Maka ayo kita persilakan Felicia untuk cerita," ucap Zaeem.
"Jadi?" tanya Juna pada Felicia.
"Hah....dia juga pengguna tapi dia tak separah Fiona dan mungkin dia masih bisa di sembuhkan ini hanya mengenai priskologinya yang terganggu," ucap Felicia.
"Lagian dari teman dekat SMA nya korban, Fea dapat infonya cuma korban yang kena penyakit gangguan pernafasan dan juga HIV AIDS," ucap Felicia.
"HIV AIDS?" tanya mereka semua serentak.
"Kok Lo gak bilang dari tadi sih Fe?" tanya El.
"Percuma juga ngomong lagian orangnya udah meninggal juga," jawab Felicia.
"Lagian kalian gak meriksa mayat korban?" tanya Felicia pada Hanif dan Nara.
"Eh, ah itu Fe anu...," ucap Hanif membuat Felicia menyerengit bingung.
"Anu itu k-kami nyerahin m-eriksa mayat korban sama anak buah hehe," lanjut Nara diakhiri dengan tawa hambar.
Hawa dingin dan mengintimindasi mengelilingi ruangan itu, Felicia memandang tajam pada Nara dan Hanif membuat mereka mengelidik ngeri.
selama hampir sebulan Felicia di sana, mereka jadi mengenal sedikit sikap Felicia yang lumayan mengerikan, contohnya aja sekarang.
"Fea kan nyuruh kalian berdua yang ngeberesin mayatnya kenapa jadi anak buah kalian yang kalian suruh sih!" seru Felicia berteriak, marah? Tentu saja karena keadaan WE tak seaman yang mereka kira banyak penghianat disana apalagi orangnya DE.
"Au ah lagi, udah Fea capek, Tisu sama rambut di jepit juga sarung tangan masih utuhkan? Masih adakan?" tanya Felicia yang diangguki dengan cepat oleh Hanif dan Nara.
"Kak El senjata pembunuhan sama tas tadi mana?" tanya Felicia.
"Ada tuh di mobil gue tinggalin," jawab El.
"Yaudah, kalau gitu kalian boleh istirahat kalau ada urusan boleh pergi, juga terakhir jangan ganggu Fea nantinya, untuk Eza masih ingat perintah tadikan laksanain siap itu pelajari hal yang udah aku ajari tadi dan untuk Kak Zaeem jangan bikin ulah kalau lapar ambil tuh cemilan Fea tanya aja sama Eza nanti," ucap Felicia mengambil kunci mobil dari El lalu pergi.
"Demi apa?!" ucap El, Arman, Ryon, Dylan, Faraz, Juna dan Ezar berteriak kaget bersamaan.
"L-lo...," ucap El memotong ucapannya.
"D-di izinin...," sambung Arman.
"M-makan...," ucap ryon juga menyambung.
"Cemilan Fea!!" seru mereka kompak.
"Sial gue aja ngambil dikit kena marah lah elo di biarin aja sepuasnya," ucap Dylan.
"Oh, pasti ini nih rezeki anak sholeh namanya, lagiankan gue udah bantu dia tadi, oke deh kalau gitu gue pergi dulu icip icip cemilan Fea bye," ucap Zaeem berlalu pergi.
Ara, Alma, Vina, Tina, Nara, Erland dan Elyza memandang datar mereka sedangkan Hanif memainkan handphonenya tak mempedulikan Juna dan yang lain.
"Oke guys gue pergi dulu ada pasien nih," ucap Hanif berpamitan.
"Gue juga udah jam segini gue mau mantau restoran dulu," ucap Nara yang juga ikut pamit, lalu mereka berdua segera pergi.
"Mereka berdua pergi, gue juga ya, mau tidur," ucap Dylan.
"Tidur mulu deh kerja lo, kawanin gue sama Alma aja yuk, belanja," ajak Tina.
"Ogah, yang ada gue jadi babu lo bedua lagi," bals Dylan.
"Banyak protes lo Lan, iya aja ngapa dah ayo!" ajak Alma sambil mengawal Dylan bersama Tina lalu mereka segera pergi.
Ara dan Vina saling pandang lalu pergi mengacak ngacak informasi yang ada di tab Vina.
Juna, Ryon dan Faraz duduk di sofa memainkan handphonnya sedangkan Erland, El, Arman juga Ezar pergi bermain game.
Tanpa mereka semua sadari Felicia telah ada di ruangannya sambil membawa semua barang bukti.
Felicia memeriksa satu persatu barang bukti tersebut.
"Benar dugaanku di tisu ini ada tiga DNA darah yang berbeda rambut ini memang milik kak Fiana tapi tidak dengan sidik jari yang ada di sarung tangan," gumam Felicia.
"Sidik jarinya sama dengan yang ada di pegangan tasnya, juga darah yang terdapat di pisau dengan kata lain pelaku pasti memiliki bekas luka," tambah Felicia.
Felicia lalu mengeluarkan handphone Fiona yang di berikan oleh Fiana tadi.
"Pakai sandi? Ya iyalah pakai, goblok benar sih aku," ucap Felicia merutuki kebodohannya.
Felicia mengira ngira apa rupanya sandi handphone Fiona, Felicia meneliti handphone tersebut lalu tas Fiana.
'3740'
Kunci layar handphone tersebut terbuka tebakan Felicia tepat sasaran.
"3 saudara, 7 Fiona & Fiana tanggal 17, 4 bulan 4 dan 0 Faiyaz tanggal 20," ucap Felicia tersenyum karena dapat menebaknya.
"Kau bisa menebaknya sangat mudah," ucapan datar yang keluar dari pria yang sedari tadi memperhatikan Felicia.
"Tentu saja mengingat korban yang sangat menyayangi saudaranya," ucap Felicia lalu membuka aplikasi pesan yang ada di handphone itu.
"Hm....kau bisa menunggu sebentar lagi bukan? aku akan segera selesai dengan analisanya," ucap Felicia pada pria tadi yang hanya dijawab anggukan oleh pria itu.
Felicia membuka aplikasi terakhir setelah dua aplikasi yang tak bisa menjadi petunjuk sedikit pun.
Felicia menyerengitkan dahi ketika melihat pesan terakhir yang diterima korban di hari ia terbunuh, Felicia membulatkan matanya ketika membaca pesan tersebut dan pesan terakhirnya...
'Temui gue di gudang kantor'
"Yaampun ini akan melelahkan," gumam Felicia.
"Baiklah Audric ada apa kau kesini?" tanya Felicia pada pria yang sedari tadi menunggunya.
"Permintaanmu di setujui oleh Tuan Abra, dia memintaku untuk membawamu," ucap Audric dengan nada datar.
"Bagus, Grandpa sudah setuju dan besok aku bisa memulainya ayo Audric," ajak Felicia sambil meletak tangannya di dinding samping lemari buku.
Lemari tersebut bergeser lalu keluar suatu hologram dari sana Felicia memasuki ruangan tersebut diikuti Audric setelah Felicia membuka kata kuncinya.
...****...
Semua memandang kearah Felicia aneh sekaligus heran melihat Bima, Fiana dan Faiyaz yang datang bersamanya.
"Ih, ngapa bengong gitu sih?! Ayo cepatan kita tangkap pelakunya agar kasusnya selesai!" seru Felicia.
Juna dan yang lain hanya terdiam berpikir membuat Felicia menjadi kesal.
"Mikir apasih kalian?!" Bentak Felicia dengan kesal memukul dinding.
"Wes sabar neng gak usah emosian," ucap Hanif.
"Iya Fe, lagian kita belum punya bukti kuat walau semua sudah lengkap dan kita bisa menebak siapa pelakunya tapikan kalau kita salah orang gimana coba?" tanya Ezar.
"Gak bakalan, Fea punya bukti kuatnya kok!" seru Felicia.
"Kok bisa?" tanya Ryon.
"Iya kok bisa? Lagian lo dari pagi kemana sih?" tanya Dylan.
"Menurut kalian?" tanya Felicia balik.
Juna menghembuskan napas kasar memandang Felicia dengan letih.
"Melakukan hal sendiri tanpa perintah, keras kepala baget sih lo tuh bagian dari tim ini Fe dan gue sebagai kapten punya tanggung jawab penuh sama tim ini, jangan bertindak sendiri ngapa?" ucap Juna jemu dengan sifat Felicia yang sering bertindak sendiri.
"Ya lagian kaliankan juga tau Fea gak akan bisa diam gitu aja kalau semua sudah di depan mata tapi kita tetap diam," ucap Felicia.
"Yah memang gitulah Felicia, ayo jadi siapa yang mau ikut selain gue sama Juna?" tanya Erland.
"Gue ikut, gak enak kan kalau dari awal gue nyelidikin tapi gak ngeliat akhirnya," ucap El.
"Gue juga ikut," tambah Ara.
"Gue juga, gue mau tau siapa yang kerja sama dengan DE dan apa alasannya membunuh," ucap Vina.
"Yaudah ayo yang lain tinggal di sini kalau ada apa apa nanti Fea hubungi, ayo!" seru Felicia.
"Fe, abang ikut dong," mohon Zain.
"Gak di sini aja siapa suruh kalian semua bolos," ucap Felicia menatap mereka tajam.
"Parah adek lo Zain makin lama makin ganas aja," ucap Abil yang mendapat pelototan kesal dari Felicia.
"Fe aku tinggal ya," ucap Elyza.
"Ok, intai terus sekitar karena pasti ada musuh dalam selimut, sekembalinya dari kasus kita urusi mereka," ucap Felicia membuat semua memandang mereka bingung.
"Kak Fai tinggal di sini ya biar kak Fia ikut, Fea yang bakal jagain," ucap Felicia pada Faiyaz lalu pergi setelah mendapat jawaban anggukan dari Faiyaz, di ikuti Bima, Fiana, Juna, Erland, El, Ara dan Vina.
"kita bagi 2 kelompok ya! Fea, Kak Bima sama Kak Fia satu mobil Kak juna, Kak erland, Kak El, Kak ara sama Kak Vina kalian satu mobil ikuti kami bertiga di belakang dan usahain agar gak ketahuan kalau kita satu rombongan," ucap Felicia memberi intruksi.
"Lokasi pelaku sekarang ada di Kafe jalan xx kayaknya dia lagi ngumpul sama temannya mengingat sekarang sudah memasuki jam makan siang kantor," ucap Felicia terakhir kali sebelum mereka memasuki mobil.
"Ya tapi ngomong ngomong kok mereka ikut Fe?" tanya El.
"Harus dong mereka berdua itu saksi penting yang bisa buat si pelaku bungkam nantinya," ucap Felicia, "lagian tadi Fea nyari bukti tambahan sama mereka."
Mereka hanya mengangguk lalu pergi menaiki mobil berjalan pergi ke cafe yang mereka tuju kafe yang berada di dekat kantor Adijaya tempat korban dan Bima bekerja.
...****...
"Jangan bergerak," ucap Juna dingin dan datar sambil menyodong pistol pada pria yang duduk santai bersama teman kerjanya.
Pria itu mengangkat tangan masih dengan muka santai tak mempedulikan orang sekitar dan temannya yang kaget juga ketakutan.
"Oke, oke saya gak akan gerak jadi kalian kenapa di sini?" tanya pria itu dengan santainya.
Ara, Vina dan El saling lirik ragu apa benar pria itu pelakunya karena pria itu tampaknya tidak bersalah melihat sikap tenang dan ramahnya.
"Scar lo yakin dia pelakunya?" tanya El pada Felicia menggunakan nama WE Felicia agar tak ada yang mengetahui identitas asli Felicia, bisa gawatkan kalau identitas dia ketahuan bisa-bisa dia yang diincar lagi.
"Gue gak nyangka dia pelaku yang bunuh Fio," ucap Fiana yang berada di belakang Felicia membuat semua orang yang mendengar itu kagetnya bukan main.
"Padahal tampang anda baik tapi saya tak menyangka anda adalah orang seperti ini," ucap Bima.
"Seorang pengguna, penyuka seks bebas juga pembunuh mantan kekasihnya, orang-orang menghormati anda di kantor tapi tidak ada yang tau tentang sifat asli anda apa anda ada pembelaan Tuan Fandi Ramdan?" tanya Felicia pada pria itu, Fandi mantan pacar Fiona.
"Saya tidak mengerti maksud anda nona Scarlett yang terhormat, jangan menuduh tanpa ada bukti yang jelas," ucap Fandi masih tenang.
"Prf-" dengus tawa dari Felicia yang tak membuat orang yang menonton mereka tenang malah mereka menjadi takut.
"Anda sangat lucu, asal anda tau, saya tidak pernah menuduh seseorang tanpa mempunyai bukti yang menyakinkan," ucap Felicia.
"Benarkah? Tapi untuk apa saya membunuh mantan pacar saya?" tanya Fandi masih dengan nada tenang.
"Ya Allah ngaku aja ngapa sih punyeng juga kepala gue lama-lama gak tau akar-akarnya dari mana," ucap Ara.
"Kalau katanya nih ya mana ada penjahat yang mau ngaku, harus diapain dulu baru tuh mulut ngomong," ucap El.
Felicia melirik ke jam tangannya melihat jam yang hampir masuk jam habisnya istirahat.
"Yah biar cepat selesai karena saya gak banyak waktu dan saya tak mau para penonton kecewa dengan habisnya jam istirahat kantor," ucap Felicia santai.
"Gimana kalau kita akhiri semuanya dengan cerita," ucap Felicia menyeringai yang mampu membuat orang yang melihatnya merinding ketakutan, namun, tak ada yang bisa melihat karena wajahnya tertutup masker,walau begitu aura yang di pancarkan Felicia sangatlah kental.
"Cerita awalnya ada sepasang kekasih yang memiliki hubungan yang sangat baik hingga orang-orang mengatakan bahwa hubungan mereka langeng sampai pelaminan, namun naas seiring berjalannya waktu si cowok berubah karena pergaulan dari lingkungannya, orangtuanya cerai membuatnya merasa putus asa namun si cewek selalu ada di dekatnya dan selalu mendukungnya membuat si cowok memiliki semangat untuk bertahan,
"namun itu saja tidak cukup entah karena apa si cowok mulai berteman dengan brandalan membuatnya mau tak mau menjadi terpengaruh di mulai mencoba semua hal yang terlarang mulai dari ke klub malam, mabuk-mabukan, miras, narkoba dan seks bebas semua dia lakukan demi kesenangannya," ucap Felicia memberi jeda membuat yang mendengar cerita itu entah mengapa terbawa seperti mereka berada dalam cerita tersebut, Fandi mulai mengeluarkan keringat dingin membuat Felicia menyeringai.
'membuat pelaku ngaku dengan cerita, bukan Felicia kalau gak punya kejutan,' batin Juna.
"Melihat cowoknya yang sekarang si cewek berusaha membujuk si cowok namun sayang usahanya sia-sia, si cewek frustrasi apa lagi dengan keadaan rumahnya, sang ayah dan ibunya berkelahi karena mengira ayahnya selingkuh, perusahan keluarganya sedang diambang-ambang, saudara kembarnya yang selalu jadi incaran emosi juga si bungsu yang selalu murung dan menjadi tertutup,
"Si cewek terpuruk dia menyembunyikan semuanya dari teman-teman dan orang terdekatnya menyimpan sendiri dalam hati, sampai suatu saat si cewek menceritakan semuanya pada sang cowok membuat cowoknya mengenalkannya pada dunianya yang membuat cewek itu menjadi trampemental, tak seperti dulu lagi, dia berubah, si saudara kembar cewek tersebut yang mengerti keadaan si cewek mulai membujuknya namun tak semulus itu,
"si saudara kembarnya juga terpengaruh namun hanya sebatas memakai obat-obatan untuk menenangkan dirinya, saat di kantor salah satu cowok rekan kantor cewek tersebut merasakan ada yang aneh pada cewek itu mulai mendekatinya mereka awal bertemu di klub malam saat si cewek mabuk jadi si rekan membantu dan membawanya pulang, hal itu tak lumput dari si cowok."
"Saat perjalanan mengantarkan cewek itu pulang cewek tersebut selalu merancau hingga tanpa sadar menceritakan masalahnya pada rekan kerjanya, beberapa hari setelahnya mereka menjadi dekat karena itu si rekan selalu menasehati si cewek membuat si cewek menganggapnya sebagai kakaknya, si cewek perlahan mulai berubah setelah dia di beri nasehat dan berkonsultasi pada sahabatnya lalu si cewek juga membawa saudara kembarnya dan yang terakhir si cowoknya namun tanpa ada alasan yang jelas si cowok menuduh ceweknya selingkuh saat mereka bertemu sehingga mereka bertengkar hebat dan diakhiri kata putus oleh si cewek,
"si cewek kembali frustrasi karenanya dan kembali berubah sifatnya seperti sebelumnya dia mulai melakukan seks bebas kembali dan itu terakhirkali karena dia mabuk dan berpacaran dengan cowok yang tidur bersamanya tanpa tau cowok itu adalah pacar temannya di kantor hal itu membuat pertemanan mereka retak, si cewek putus dengan si cowok dan meminta kembali pada mantan pacarnya, namun si mantan tak mau balikan membuat si cewek jadi kacau dia meminta saran pada sahabatnya dan tambah frustrasi ketika mengetahui bahwa dia terkena penyakit mematikan juga kabar saudara kembarnya. Menyesal? Tentu dia menyesal dengan perbuatan namun nasi sudah menjadi bubur,
"si cewek mengila ketika mengetahui mantan pacarnya bertunangan dia pergi keacara itu dengan amarah namun sesampai di sana dengan cepat sebelum acara pertunangan itu gagal si rekan cewek menghentikannya dan mendinginkan kepala si cewek, selang beberapa hari setelahnya muncul pesan dari si cowok mantan pacarnya menyuruhnya agar bertemu, namun ada satu pesan kertas menyuruh si cewek agar pergi kegudang kantor waktu itu, karena kenaifannya si cewek menuruti pesan tersebut tanpa curiga dan tragisnya disana ia bertemu si cowok memegang pisau membuatnya takut, cowok itu membunuh si cewek, hal itu tak lumpun dari saudara korban yang melihatnya dan entah mengapa waktu itu bagai terhipnotis atau mendapat petunjuk si kembaran cewek itu diam-diam mengambil handphone cewek yang entah kapan ada di bawah rak rak namun naas aksi si saudara kembarnya itu ketahuan si cowok melukai lengan si saudara cewek namun saudara kembarnya itu bisa kabur dibantu oleh rekan kerja cewek yang melihat kejadiannya sejak awal, si cowok tak mempedulikan mereka dia lalu membawa mayat korban pergi keseseorang dan akhir kisah malang cewek itu dia di mutilasi seluruh tubuhnya terpisah ditaruh dalam plastik dan di tempatkan di gang yang jarang di lewati orang disana kepalanya di gantung dan dibiarkan sampai membusuk, tamat...," ucap Felicia mengakhiri ceritanya membuat orang-orang mengelidik ngeri.
"Sungguh kisah tragis, si cowok tak tau bahwa dia terlalu banyak meninggalkan jejak," ucap Felicia sinis.
wajah Fandi yang tenang tadi berubah gemetar dan ketakutan dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya.
"Kita lihat apa bukti yang aku temukan, pertama sarung tangan berdarah, tisu berdarah yang menunjukan adanya tiga DNA darah si korban, pelaku, dan saksi, jepit rambut dan tas saksi, mayat korban, tas korban, senjata pembunuhan dan pisau, pesan di handphone korban, pesan dikertas, tes medis palsu dari pelaku, darah di gudang, ganja, jejak mobil SUV dan terakhir rekaman suara," ucap Felicia.
"Tunggu dulu apa Jejak mobil SUV?" tanya El bingung pasalnya saat mereka menyelidiki mereka tidak menemukan itu tadinya.
"Yap aku baru mengetahuinya setelah menyelidiki ulang Tkp," jawab Felicia.
"Dan anda tau Tuan Fandi yang membuat saya yakin anda pelakunya adalah DNA dan sidik jari pelaku cocok dengan anda, pelaku pemakai ganja, sering ke klub, dan menggunakan mobil SUV semua bukti terarah pada anda," ucap Felicia.
"Haha benarkah bisa jadi ada yang lain mirip denganku DNA-nya juga banyak orang ke klub, memakai ganja atau pun mobil SUV," ucap Fandi membantah.
"Namun tidak ada sidik jari yang sama Tuan, bahkan saudara kembar pun memiliki sidik jari yang berbeda," ucap Felicia membuat Fandi terdiam.
"Baiklah bukti terakhir dari saya ini pesan dan rekaman suara," ucap Felicia memperlihatkan sebuah pesan juga memutar rekaman suara.
'F-Fan apa yang mau kamu lakuin dengan pisau itu'
'Ouh tenanglah honey aku hanya ingin bermain.'
'F-Fan tapi itukan, bukannya kamu ingin bertemu denganku bukankah kau ingin membatalkan pertunanganmu?'
'Lo terlalu naif Fi membatalkan pertunangan gue lo bercanda ya lo memang anak keluarga Urmila tapi tunangan gue lebih kaya dari keluarga lo dan dia anak tunggal otomatis kekayaannya pasti akan di turunin kedia dan yang mengang pasti suaminya dan itu adalah gue!'
'Gak Fan ini bukan kamu, kamu gak akan serakah kayak gini, sadar Fan ini bukan kamu yang sebenarnya.'
'Gak! Ini gue, gue memang kayak gini dan lo tau pisau ini untuk apa ini untuk lo sayang gue harap lo tenang nantinya.'
'Akh- F-Fan.'
'Ini untuk lo yang ngehianati gue.'
'Akh!!'
'Ini untuk lo yang gue benci'
'Akh- F-Fan!'
'Dan ini untuk lo yang selalu jadi penghalang gue!'
'Akh!!! Khuk- F-Fan'
'Kenapa honey apa lo punya kata-kata terakhir? '
'L-liat aja L-lo pasti akan d-dapat balasan khuk hah...huh'
'heh udah mati aja.'
'Brak
Felicia menghentikan Rekaman itu disana tak melanjukannya.
"Jadi, Anda lebih baik nyerah, anda terlalu naif karena percaya dengan kata kata manis DE," ucap Felicia.
"Fire blue anda bisa membawanya pergi, dia pantas diadili dengan hukuman berat," ucap Felicia pada Juna, Juna memandang ke El memberi kode agar menelpon anak buahnya.
"Kenapa gue aja yang lo tangkap? Gimana dengan pria yang memutilasi Fio kenapa lo gak nangkap dia juga?!!" seru Fandi membentak.
"Nangkap pria itu? B-08 maksudnya diakan cuma penghasut lagian saya mau menagkap si pembunuh sedangkan B-08 saya ingin bermain main denganya sebelum menyeroboskannya ke balik jeruji besi," ucap Felicia.
Tak lama setelahnya mobil polisi datang membawa Fandi ikut serta dengan mereka Felicia menghela nafasnya lega satu kasus terselesaikan dengan lumayan punyeng sih.
"Jadi anda telah tau kan Nona siapa yang bersalah cerita saya tadi nyata sahabat anda tidak tau apa-apa mantan pacar anda itu hanyalah playboy cap badak, saya telah mengirim sebuah rekaman suara pada anda, saya harap anda melihatnya," ucap Felicia pada Fella yang sedari tadi menonton.
Fella menangis, "Y-ya terima kasih hiks...Scarlett saya, saya merasa menyesal dengan apa yang terjadi pada Fio...hiks...saya sahabat yang buruk."
"Tidak ada hal yang tak bisa di lakukan, saya yakin Kak Fio telah memaafkan anda, jika anda ingin menebus semuanya kenapa tidak menghadiri pemakamannya aja besok?" tanya Felicia membuat Fella tersenyum.
Felicia sedikit berbicara dengan teman Fella dan memintanya megantar Fella kembali guna menenagkan diri, semua penonton bubar dengan rasa yang kaget, bingung dan lega menjadi satu.
"huh...gitu aja yah ceritanya gak ada yang lebih seru apa seperti salah satu anggota DE yang datang atau apa gitu?" tanya Vina.
"Mereka tau kapan saat mereka menunjukan diri dan ini bukanlah saat yang tepat," jawab Felicia.
"Tapi gue gak nyangka loh kalau si Fandi itu pembunuhnya nampaknya dia tuh baik sama ramah gitu orangnya," ucap Ara.
"Yah gak ada yang tau, bagaimana sifat seseorang sebenarnya," ucap Erland.
"Ya karena putih bukan berarti suci dan hitam bukan berarti kotor bukan," ucap Felicia membuat mereka bingung yang putih sudah pasti di tunjukkan untuk Fandi tapi hitam?
"Udah ah ayo kembali ke markas Kak Bima sama Kak Fia ikut ya!" pinta Felicia lalu mereka segera beranjak pergi.
"huh...kali ini juga gagal tapi aku masih punya rencana berikutnya," ucap pria yang duduk di salah satu meja di kafe.
"Apa aku boleh mengambil alih untuk rencana berikutnya?" tanya pria yang ada di depan pria tersebut.
"Hehehe tentu saja silakan namun kalau gagal aku tak akan membantumu," ucap pria tadi.
"Oke tenang saja aku pasti menang," ucap pria itu percaya diri.
"Mereka kembali bergerak dengan rencana baru, tapi aku yakin padamu bayi yang di selamatkan suamiku dulu juga gadis kecil yang penuh rasa ingin tau yang ku bantu dulu dia sudah besar tapi dia terlalu kecil untuk memegang tanggung jawab ini," gumam seorang wanita sambil melihat layar lebar di depannya.
...'Semua damai dengan hembusan angin, semua damai tanpa emosi, kasus kawan atau lawan, tantangan dari musuh, permainan 1 selesai.'...
^^^Bersambung.... ^^^
30 september 2019
26 Desember 2020
Assalamualaikum Wr. Wb
Yah akhirnya kasus ini selesai ada yang nebak dalam hati dan benar gak?
Gimana pendapatmu dengan cerita ini? Apa ada yang kurang? Seru? Atau bosan?
Ada saran atau kritikan?
Sihlakan commen ya dan vote juga
Terima kasih bagi yang mau baca cerita ini semoga suka maaf kalau masih banyak typonya, dan maaf jika ada yang tersinggung dan terima kasih bagi yang dukung saya senang dengan dukungan kalian,ada yang baca syukur gak ada yang berusaha dan yang dukung bikin jadi semangat.
Baik cukup sekian part minggu ini sampai ketemu minggu besok dihari senin
Wassalamualaikum Wr. Wb
Salam dari
Penulis misterius
Alyaciya
See bye~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Aimmatul Wasilah
nggak kak bagus banget ceritanya ak auka
2021-01-09
0
Amalia Nanda
ternyata tebakan q salah thor..q pikir mirza gak tau nya fandi..hih sadisnya cm demi harta..
2021-01-06
0