Hari sudah gelap mentari sudah tengelam dari tadi diganti dengan rembulan yang menyinari gelapnya malam ditemani oleh bintang yang bertaburan membuat malam menjadi indah.
Di antara itu semua Elyza berjalan dengan riang memasuki rumah besar dan mewah yang ada didepannya membuka pintu rumah dengan semangat.
"Assalamualaikum Cia! I am har-" ucapan Elyza terpotong tak kala melihat 4 remaja cowok yang duduk di ruang tamu sambil makan cemilan yang kini sedang memandangnya.
"KENAPA KALIAN ADA DISINI!?" tanya Elyza berseru kesal.
"Ya suka hati kitalah," jawab salah satu dari mereka, Ray yang diangguki setujuh oleh ketiga temannya Alan, Abil dan Rafan.
"Ribut lo Ly datang kerumah orang teriak-teriak," ucap Zain yang datang dari tangga sambil mengendong Fani yang menyembunyikan wajah di tekuknya.
"Eh, Kak Ely udah datang, tunggu bentar, Kak Cia bentar lagi balik," ucap Baim yang datang sambil memainkan handphone Felicia yang sengaja di tinggal oleh si pemilik lantaran sang adik merengek ingin memainkannya.
Zain berjalan kearah sofa dan langsung duduk disamping Alan dengan Fani yang duduk di pangkuannya sambil terisak begitu juga Baim yang duduk di sofa singel sambil fokus memainkan handphone sedangkan Elyza dia duduk disamping Rafan dengan bosan.
Tak lama setelahnya Felicia datang sambil membawa dua plastik besar berisikan makanan.
"Assalamualaikum," ucap Felicia membuat semua orang menoleh.
Dua orang pembantu segera menghampirinya membantunya membawa plastik itu.
"Tolong bawa kekamar ya," ucap Felicia sambil tersenyum yang dibalas anggukan sopan oleh dua orang pembantu itu.
"Lama Ci," ucap Elyza saat Felicia berjalan menghampiri mereka.
"Baru juga beberapa menit yang lalu Lyly sampai, kalau kita yang bilang gitu mah gak apa-apa," ucap Rafan yang langsung dihadiahi pelototan dari Elyza.
"Ok, aku tau pasti kesalkan kalau duduk sama mereka? Yaudah maaf," ucap Felicia.
"Kak Cia mainin yang ini dong Aim kesusahan," ucap Baim memberikan handphone Felicia agar dimainkan oleh sang empu yang punya.
Felicia mengambil handphonenya lalu memainkan game itu dengan cepat.
"Kak Ci tadi ada pesan masuk dari Kak Arman," ucap Baim memberi tau Felicia.
Felicia keluar dari aplikasi permainan itu lalu melihat pesan dari Arman.
Kak Maman
Ci kami dapat info baru
Pesan ntah dari siapa
'dari rumah ke kantor pergi ke gudang, mencari sesuatu bercucuran darah, memberi mayat pada si penjahat, si korban hilang entah kemana, lorong sempit tempat yang sempurna.'
Maksudnya apa ya?
Begitulah pesan yang dikirim oleh Arman beberapa menit yang lalu.
'Hm sebuah petunjuk' batin Felicia.
"'Dari rumah ke kantor pergi ke gudang mencari sesuatu bercucuran darah memberi mayat pada si penjahat si korban hilang entah kemana lorong sempit tempat yang sempurna' sebuah teka teki?" tanya Elyza.
"Siapa kira-kira yang mengirimnya," gumam Felicia berpikir dan tanpa sadar melamun.
"Kak Ci udahkan sini Aim mau main lagi," ucap Baim membuat Felicia tersadar dari lamunannya.
"Gak," ucap Felicia membuat Baim cemberut.
"Yah kok gitu sih!" seru Baim kesal.
"Pr kamu udah siap?" tanya Felicia yang diangguki oleh Baim.
"Bohong," ucap Felicia.
"Ya Allah Kak, Baim jujur dibilang bo'ong, kalau bo'ong Baim di jewer gimana sih sumpah pr Baim udah Baim kerjain semua," ucap Baim.
"Gak percaya," ucap Felicia.
"Demi mata Baim yang indah bewarna kemasan yang bisa membuat semua orang terpesona, Baim jujur Kakak Cia sayang," ucap Baim dengan narsis.
"Narsis Im, narsis," ucap Abil.
"Iya bagusan mata Abang," ucap Zain.
"Tapikan mata kita sama aja Bang warnanya berarti sama bagus," ucap Baim polos membuat Zain kesal seketika.
"Baim Adik Kakak yang manis, Kakak masih gak percaya ambil pr kamu kasih sama Bang Zain!" pinta Felicia.
"Untuk apa?" tanya Baim dengan polosnya yang saking polosnya malah membuat Felicia gemas ingin menamparnya.
"Untuk diperiksa Baimmm," ucap Felicia gemas mencubit pipi Baim membuat sang adik meringis kesakitan.
"Sakit tau Kak, lagian Baim gak mau prnya di periksa sama Bang Zain," ucap Baim.
"Kenapa?" tanya Elyza penasaran.
"Nanti jawaban Aim benar disalahin lagi," ucap Baim membuat Zain kesal.
"IBRAHIM DIANDRA!!! ambil pr lo cepat biar gue benerin semua!" kesal Zain yang malah membuat Baim senang dan langsung pergi ke kamarnya mengambil pr.
Elyza, Alan, Abil, Ray dan Rafan mengelengkan kepalanya sedangkan Felicia dia pergi kedapur membuka kulkasnya dan mengambil dua buah es krim di dalamnya lalu berjalan kembali ke ruang tamu setelah membalas pesan pada dua orang yang masih menjadi misteri baginya.
'Hm bukan mereka berdua jadi siapa yang mengirimnya?' batin Felicia bertanya bingung.
Tring~
Handphone Felicia berbunyi menandakan ada pesan masuk membuat Felicia melihat dan tersenyum lalu membalasnya sambil berjalan.
Sesampainya di ruang tamu Felicia menyimpan handphonenya di saku dan berjalan menuju Zain yang memangku Fani dan juga dengan sorak kesenang Baim.
"Kak Cia kasih handphonenya pr Baim betul semua!" seru Baim senang.
"Yaudah nih," ucap Felicia mengeluarkan handphobenya membuka sandi dan memberikannya pada Baim membuat adik laki-lakinya itu girang.
Felicia tersenyum maklum lalu melihat kearah Fani yang masih menyembunyikan wajah di tekuk sang Abang dengan sedikit isakan.
"Fanfan Kakak masih marah ya? Maafin Kakak dong," ucap Felicia memohon pada sang adik yang tak di hiraukan oleh si bungsu.
"Mau es krim gak nih?" tanya Felicia memberikan es krim ke Fani yang masih tak di hiraukan oleh si bungsu dan masih memeluk erat leher zain.
"Gak mau kak cia jahat!"seru Fani membuat Felicia menghembuskan napasnya.
Felicia memberikan satu es krim pada Baim dan satu lagi pada Elyza tapi di tolak oleh gadis itu Felicia melirik kesamping Zain lebih tepatnya kearah Alan yang sedang memainkan handphonenya.
Felicia memberikan es krim itu di depan Alan membuatnya mendongak lalu mengambil es krim itu memakannya dan melanjutkan bermain handphone.
Felicia diam sejenak lalu berpikir tiba tiba sebuah ide muncul di kepalanya, Felicia mengeluarkan uang bewarna merah dari sakunya dan di coel pada pipi Fani.
"Fan mau gak? Ada 5 lembar loh ini," ucap Felicia yang membuat Alan, Abil, Ray, Rafan, Elyza, Zain dan Baim menoleh kearahnya.
"Gak mau Kak Cia jahat, Fani gak mau gak! Gak! Gak!" seru Fani tambah mengeratkan pelukan pada Zain.
"Khuk khuk Fan longar, Fan rongarkan, Abang susah napas ini," ucap Zain terbatuk, Fani melongarkan pelukannya dan memandang muka Zain.
"Abang sakit ya Fani minta maaf ya," ucap Fani.
"Iya asal ambil uang yang ada di Kak Cia kasih sama Abang," ucap Zain seketika membuat Felicia melototinya dan Fani yang memukul kepalanya.
"Au, kok kepala Abang dipukul sih Fan," ucap Zain kesal yang malah membuat semua orang tertawa kecuali Felicia dan Fani .
"Ya iyalah Abang maafin Fani gak ikhlas Abang juga jahat!" seru Fani turun dari pangkuan Zain dan duduk di pangkuan Baim.
"Fan berat Fan," ucap Baim yang membuat Fani berkaca kaca, "eh iya duduk disamping aja ya kita main," lanjut Baim diangguki oleh Fani dan langsung duduk disamping Baim membuat Baim menghembuskan napas lega.
Tiba-tiba perut Fani berbunyi karena ia belum makan sama sekali membuat semua mata tertuju kearahnya.
"Fani lapar?" tanya Baim .
"Iya Fani belum makan Fani nunggu disuapin Kak...," ucapan Fani terpotong karena hampir membuat ngambeknya sia-sia, senyum Felicia mengembang.
"Fani mau Kak Cia suapin ya?" tanya Felicia sambil tersenyum yang di jawab anggukan malu oleh Fani.
"Yaudah ayo," ajak Felicia.
"Gendong!" seru Fani manja, Felicia langsung mengendong Fani karena sebenarnya si bungsu sangat amat ringan seperti kapas, Baim aja yang lebay bilangin Fani berat.
"Baim ikut Kak, Baim mau disuapin juga tadi Baim belum makan," ucap Baim.
"Belum makan gimana sih Im lo tadikan nambah sampai tiga piring," sinis Ray.
"Ya sekarang Baim lapar lagi," ucap Baim.
"Baru juga tadi selesainya,"ucap Abil heran pada Baim.
"Kak Cia," adu Baim pada Felicia.
"Yaudah ayo!" ajak Felicia membuat senyum Baim mengembang.
"Cia jangan lupa bayarin Abang karena udah jaga Fani!" seru Zain yang membuat mata Fani berkaca-kaca.
"Baim, Im telpon Bunda sama Ayah cepat Im!" seru Felicia membuat Baim gelagap dan segera mencari nomor sang Bunda.
"Wua...hiks...Bang Zain jahat Wua...," isak Fani menangis kencang.
"Ya ampun Fani kenapa nangis sayang," suara Khaina yang terdengar di sebrang sana, Baim memberi telpon pada Fani.
"Hua...Bunda Bang...hiks...Zain hiks... jahat...hiks...mas...masa jagain Fani hiks...Yang lagi ngambek...min...minta bayar hua...," tangis Fani makin kencang.
"Shut Fani Bunda jangan nangis lagi ya diam, gak apa-apa nanti kalau Bunda pulang Bang Zainnya Bunda hukum," ucap Khaina menenangkan si bungsu.
"Harus hiks... Hua...,"ucap Fani yang kini kembali menangis.
"Fani anak Ayah yang pinter berhenti nangis dong, Fani mau apa Ayah beliin deh," suara Elam di ujung sana terdengar untuk membujuk si bungsu.
"Hiks...Fani mau coklat chocopologie Fani mau nyoba coklat itu," ucap Fani yang membuat mata Zain, Alan, Abil, Ray, Rafan dan Elyza menatap tak percaya padanya sedangkan Felicia dan Baim tersenyum licik, Felicia membisikan sesuatu pada Fani yang segera diangguki oleh si bungsu.
"Terus Fani mau teuscher chocolate, debauve & gallais's le livre dan brownie extraordinaire," ucap Fani menambahkan keinginanya ralat keinginan Felicia dan Baim.
"Iya nanti Ayah beliin ya," ucap Elam.
"Iya makasih Ayah, Fani sayang sama Ayah assalamualaikum," ucap Fani senang.
"Waalaikum salam," balas Elam dan setelahnya sambungan telpon itu terputus.
Fani, Felicia dan Baim sama sama bertos ria senang membuat Zain dan yang lain tercengang oleh tingkah mereka.
"Coklat untuk Abang apa?" tanya Zain.
"Untuk Bang Zain....,"ucap Fani sengaja di potong.
"Ya hukuman!" seru Fani, Felicia dan Baim bersamaan lalu tertawa membuat Zain kesal dan gelengan dari Alan, Abil, Ray, Rafan juga Elyza.
Tiba-tiba handphone Alan berbunyi membuat semua mata melihat kearahnya penasaran, Alan mengerutkan alisnya ketika melihat siapa yang menelponnya lalu mengangkatnya.
"Telinga gue sakit anjir!" seru Alan berteriak kesal menjauhkan telponnya dari telinga.
'.... '
"Iya, iya sabar napa," ucap Alan membalas lalu membesarkan volume hanphonnya.
"Fea" panggil suara Ryon yang ada di sebrang sana.
"Ya, ya Gemini dan Scarlett ada disini, ada yang bisa kami bantu? "tanya Elyza.
"Felicia! Awas lo ya, songong bener jadi bocah lo! Di telpon gak diangkat lagi tadi! Kalau tau, email dari siapa yang tadi ha!" seru suara Arman berteriak kesal.
"Jangan teriak-teriak ngapa Man telinga gue sakit nih," ucap El.
"Ok jadi Kak Arman dari tadi nelpon dan saat itu Fea lagi nelpon Bunda, lalu sekarang kak Arman lagi nelpon pakai handphone kak Ryon yang artinya pasti.... " ucap Felicia menjeda ucapannya.
"Saking kesalnya Kakak ngebanting handphone Kakak ya?" lanjut Felicia bertanya.
"Iya napa lo! Handphone kesayangan gue jadi rusak gara lo!" seru Arman.
"Idih yang ngebanting dia, Fea yang di salahin," ucap Felicia tak terima.
"Udah cepatan bilang email dari siapa yang tadi!" seru Arman kesal.
"Mau dikasih tau sekarang atau besok?" tanya Felicia.
"Sekarang aja bocah jangan banyak tingkah!" seru Arman .
"Ok tapi Fea jelesin dikit doang ya biar besok yang lebih detail, itu email dari salah satu anggota DE, D-01," ucap Felicia.
"Salah satu anggota muda yang jenius umurnya beberapa bulan diatas Fea dia hacker terhebat yang dimiliki DE kalau gak salah," lanjut Felicia.
"Ngapain anggota DE bantu kita?" tanya Arman bingung.
"Kan udah Fea bilang besok Fea jelasin,"ucap Felicia.
"Kak Ci ayo cepat Fani lapar! "seru Fani dengan muka memeles.
"Udah kan Kak kalau gitu Fea mau pergi ngasih tuan putri dan pangeran kecil makan dulu, assalamualaikum," ucap Felicia yang langsung pergi keruangan makan bersama Baim, Fani dan Elyza.
"Udah kak gue matiin ya," ucap Alan.
"Eh, tunggu dulu lo pada ngumpul dirumah Fea ya?" tanya Ryon di sebrang sana.
"Iya emang napa?" tanya Alan.
"Gak nanya aja kalau gitu wassalamualaikum," jawab Ryon yang langsun mematikan ponselnya, meninggalkan Alan yang kini sedang kesal.
****
"Fe beneran email tadi di kirim oleh D-01?" tanya Elyza ketika mereka berada di kamar Felicia .
"Hm iya," jawab Felicia sambil masih fokus ke laptopnya.
"Hah...sebenarnya tujuan mereka apa sih?" tanya Elyza lagi bingung.
"Cuma balas dendam," jawab Felicia masih fokus ke laptopnya.
"Ih, Cia kalau orang ngomong tuh tatap matanya dong! Kamu malah asik ke laptop," ucap Elyza cemberut.
"Hahaha iya, iya, nih aku simpan laptopnya senyum dong," ucap Felicia sambil terkekeh lalu menyimpan laptopnya.
Elyza menggulingkan tubuhnya diatas kasur empuk milik Felicia begitu juga dengan Felicia.
"Jadi, besok kita mau nyelidiki yang mana?" tanya Elyza.
"Yang pasti pertama tama kita ke kantor korban menurut pesan kurasa mayat korban ada di sekitar sana," ucap Felicia dibalas deheman paham dari Elyza .
"Aku rasa jadi seorang agen dan detektif tak buruk ini menyenangkan," ucap elyza.
"Ya Nona dan anda akan segera tau betapa serunya menjadi detektif besoknya, ok lebih baik kita tidur karena besok adalah hari besar dan kita membutuhkan tenaga yang banyak," ucap Felicia.
Tak butuh waktu lama Elyza segera tertidur tapi tidak dengan Felicia yang mengambil handphonnya dan membuka pesan.
D-01
Semoga berhasil besok
Aku harap kalian cepat menemukan mayat korban
Aku di pihak kalian
Dan tidak semua DE yang jahat
'kenapa tiga orang anggota ini mengirim pesannya padaku? Mereka membuat tanggung jawab ku makin besar' batin Felicia menutup matanya dan tak lama setelahnya ia tertidur dengan pulas.
Keesokan paginya....
Felicia, Elyza, Zain dan yang lainnya sedang bersiap-siap untuk sekolah setelah sarapan makan mewah yang dibuat oleh chef Felicia.
Felicia dan elyza sedang menunggu jemputannya sedankan Zain, Alan, Abil, Ray dan Rafan menunggu Baim dan Fani yang entah kapan siapnya.
Tin
Tin
Suara klakson dari mobil mewah itu berbunyi mobil yang siap menjemput Felicia dan Elyza.
"Eza ayo cepat itu kak El sama Teteh Ara udah datang!" seru Felicia yang menyuruh Elyza cepat lalu kedua gadis itu segera naik kemobil El bersamaan dengan Zain dan Alan yang akan pergi mengunakan mobil juga untuk mengantar Baim dan Fani.
Sedangkan Abil, Rafan dan Ray mereka pergi duluan mengunakan motor mereka.
'baiklah misi baru kami datang kawan atau lawan ayo kita tangkap sang pelaku dan buat DE kewalahan!'
Bersambung....
Senin, 26 agustus 2019
Noveltoon : Kamis 24 Desember 2020
Jangan lupa klik bintang dan juga beri komen ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments