Part 4 : Gem Tears

TING

TONG~

"Cia ini hebat~Cia pintar...Cia anak cerdas, Cia memang yang terbaik~~" Felicia bersenandung riang melompat lompat menuju gerbang sekolah dengan hati berbunga-bunga.

"Cia perasaan hari ini kamu senang banget deh sampai ngenjawab pertanyaan Bu Ayu lagi jawabannya tepat semua lagi, padahal kemarin kemari MTK kamu paling payah deh," ucap Elyza yang menusuk hati Felicia.

Jlep~

"Za ucapanmu nusuk banget!" seru Felicia dramatis sambil memegang dada sebelah kirinya.

"Lebay Ci lebay lagian kenapa senang banget sih?" tanya Elyza bingung.

"Itu karena...pertama kemarin kita berhasil jahilin Kak Alan sama Bang Zain wajah konyol mereka itu tuh masih kebayang hingga sekarang kedua tadi pagi aku ngejahilin Kak Zain terus di sekolah jahilin Kakak kelas dengan nyiram air pel, terus ngembuat wajah Kak Tika, Kak Retno dan Kak Aming yang awalnya sinis jadi ketakutan dan yang terakhir bisa buat Bu Ayu tak berkutik ya...hm~Cia itu cerdas~," ucap Felicia diakhiri senandung sambil berjalan melompat lompat menuju gerbang sekolah.

"Hadeh, jadi, senang karena jahilin orang hah...tapi itulah Felicia," ucap Elyza sambil mengikuti Felicia dari belakang.

"Stop!" seru seorang siswa yang diikuti dua anak temannya di belakangnya menghentikan senandung dan langkah Felicia begitu pula Elyza, Felicia melihat siapa orang yang berani menghentikannya.

"Ada apasih?!" ketus Felicia pada cowok itu.

"Nih cewek gak ada sopan sopannya ya dengan kakak kelas!" ucap salah satu teman si cowok yang bernama Rizal, membuat Felicia memutar bola matanya malas.

"Yaudah Kakak-kakak kelas yang terhormat termasuk Kak...Kak...siapasih nama Kakak?" tanya Felicia pada cowok yang menghentikannya tadi dengan wajah bingung membuat cowok itu memandangnya tak percaya begitu juga para murid yang melihat kejadian itu sedangkan Elyza? dia malah nahan tawa.

"Prff- kamu gak kenal Ci?" tanya Elyza pada Felicia menahan tawa.

"Gak, emang kamu kenal?" tanya Felicia dengan tampang polos.

"Gak prff-" jawab Elyza sambil menahan tawanya.

"Parah banget nih cewek!" seru teman si cowok yang berada di samping Rizal yang bernama Fajar.

"Lo gak kenal gue?!" tanya cowok itu berseru tak percaya yang dijawab gelengan polos oleh Felicia.

"Kalau gitu kenalin nama gue Irsyad Putra Jaffar," ucap cowok bernama Irsyad itu dengan angkuh.

"Oo...nama Kakak Irsyad ya? Tapi, kayaknya saya kenal deh sama Kakak pernah ngeliat gitu tapi dimana ya?" ucap Felicia sambil berpikir sebenarnya gak.

"Ah, aku ingat Kakak yang tadi kesiram air pel kan?" tanya Felicia polos membuat Elyza tak bisa menahan tawanya lagi.

"Prff-hahahahha god job untuk kamu Ci hahahha," ucap Elyza disela tawannya.

"Siapa dulu Cia gitu loh," ucap Felicia lalu mereka bertos ria membuat Irsyad kesal.

"Eh, tapi Za Kak Irsyad nemuin aku tandannya..."ucap Felicia sengaja dipotong dan pura-pura berpikir.

"Mau balas dendam dong ya? Iya ya Kak? Tapi Kakak balas dendam itu dosa loh itu sikap tercelah," ucap Felicia membuat Irsyad tambah geram.

"Bacot lo! Hari ini lo jadi pacar gue!" seru Irsyad kesal.

"Siapa kak aku?" tanya Felicia menunjuk dirinya sendiri dengan tampang polos membuat Elyza lagi lagi menahan tawa.

"Ya iyalah emang siapa lagi?" ucap Irsyad kesal.

"Tapi aku gak mau," jawab Felicia polos.

Hal tersebut membuat Irsyad lagi-lagi kesal setengah mati, biasanya dia yang ditembak cewek dan baru pertama nembak cewek dia langsung ditolak di depan banyak murid lagi.

"Lo nolak gue!" seru Irsyad marah.

"Dih ditolak dianya ngamuk jadi taukan rasanya ditolak makanya jangan suka nolak orang dengan kasar dong!"seru Felicia.

"Ok gue gak mau basa-basi dan gak akan sopan sama lo cuma karena lo Kakak kelas, gue kasih tau ya kita ini masih smp udah mau pacaran aja ingat dosa di dunia manusia hanya sementara diakhirat selamanya sekarang akhirat adalah dongeng besok dunialah yang jadi dongeng dan akhirat nyata lagian ngapa juga gue pacaran sama lo nambah dosa aja mending beramal sama buat baik atau sekalian aja gue bangun mesjid sama memberi ilmu keorang lain lebih bermanfaat dari pacaran sama lo, hah...keluar deh sifat ustazah gue gara lo sih!"seru Felicia pada Irsyad dengan jutek membuat Irsyad, Rizal, Fajar dan yang melihat tak bisa berkutik sedangkan Elyza tertawa didalam hati melihat aksi adik sepupunya itu.

"Sana gue mau pulang jangan ngalangin buang waktu gue aja!" seru Felicia ketus.

"Eh tunggu dulu!"seru Irsyad menghentikan Felicia yang ingin melangkah pergi, "ngapa lo nolak gue? Gue kan pintar iya, ganteng iya, tajir i-" ucapan Irsyad terhenti karena tawa Elyza.

"Hahaha yakin lo yang lebih ganteng dan tajir dari lo aja dia tolak apalagi bulu kayak lo haha," ucap Elyza disela tawanya membuat Irsyad kesal, iya kali dia dibilang bulu sedangkan Felicia bingung sambil berfikir siapa orang yang ganteng+tajir yang dia tolak.

"Diam gak lo emang siapa yang lebih ganteng dari gue?!"tanya Irsyad berseru kesal.

"Nih gue tanya mana yang lebih ganteng+tajir lo atau Kak Alan dari keluarga Rafailah?" tanya Elyza .

"Ya gantengan Alan lah pakek nanya lagi," ucap Irsyad.

"Nah tuh tau Kak Alan aja dia tolak apalagi lo gue peringatin ya jangan pernah macam-macam sama adik sepupu gue selain gue ada di belakangnya, keluarga Rafailah juga ada di belakan dia apa lagi keluarga Gilbert dan keluarganya kalau yang lain mungkin gak ada yang kenal tapi lo kenalkan Abangnya Cia Bang Zainkan? Jangan macam-macam lo," ancam Elyza membuat Irsyad sedikit gemetar karena keluarga pembisnis terkenal yang ditakuti banyak orang ada dibelakang Felicia apalagi dengan fakta tentang Felicia yang merupakan adik Zain anak pertama dari pembisnis besar yang paling ditakuti.

"Prff diancam gitu aja takut, lo terlalu sombong dan narsis juga gak tau diri,"ucap Felicia tersenyum miring.

"Ck, awas aja kalian!"seru Irsyad lalu pergi diikuti dua teman baiknya begitu juga para siswa yang pada bubar karena pertunjukan sudah selesai.

"Gue suka gaya lo Fe," ucap El yang ntah sejak kapan ada di dekat kedua gadis itu, "dan untuk lo Ly ancamannya bagus."

"Dan pastinya itu semua benar," tambah Elyza.

"Dan Fea gak suka sama cowok kayak dia terlalu sombong," ucap Felicia melihat arah kepergian Irsyad tadi dengan pandangan tak suka, El memandang Felicia sejenak lalu meletakkan tangannya diatas kepala Felicia dan mengelusnya kuat membuat jilbab Felicia kusut.

"Kak El! Jilbab Fea jadi kusutkan lagian ngapain ada di sini?" tanya Felicia kesal sambil merapikan jilbabnya.

"Jemput lo," bukan El yang jawab tetapi Ryon yang juga ntah sejak kapan ada di sana juga.

"Kok kalian yang jemput Fea sih?" tanya Felicia bingung.

"Gak tau gue sih sebenarnya malas tapi ini perintah untuk bawa lo ke Markas WE dan sekarang gue gak nyesal karena gue jadi tau Alan ternyata bertepuk sebelah tangan," jawab Ryon.

"Emang Kak Alan suka sama Cia ya?" tanya Elyza.

"Dari tatapannya aja keliatan," jawab Ryon.

"Tatapan apanya yang suka, nyebelin gitu juga orangnya ganggu mulu," ucap Felicia kesal.

"Yaudah deh serah lo aja yuk pergi," ucap El sambil merangkul Felicia, "eh iya lo gimana Ly udah dijemput apa belum? Kalau belum biar sekalian kami antar," tawar El pada Elyza.

"Gak usah deh kak Ely dari tadi udah dijemput sih cuma keenakan nonton Cia tadi hehe," ucap Elyza, "kalau gitu Ely duluan ya bye Kak El bye Cia," ucap elyza lalu segera pergi begitu juga dengan Abdiel, Ryon dan Felicia.

...* * * *...

Di Markas WE...

Ruangan tim RL ramai dengan anggotanya, beberapa orang penting, kapten tim lain juga Alan dan Zain.

"Kemana sih mereka? Jemput Fea kok lama banget," gerutu Faraz kesal.

"Ah, gue bosan!" seru salah satu anggota RL.

"Mereka jemput Cia pasti banyak rintangan deh," ucap Zain.

"Rintangan apa? Macet? Macet gak selama ini kali!" seru Juna sama kesalnya.

"Lagian kalian ngapa disini?" tanya Ara pada dua remaja itu.

"Di sini adem," jawab Alan.

"Dan yang paling penting banyak cemilan," tambah Zain.

"Ngabisin cemilan gue aja kalian berdua!" seru Arman kesal.

"Hehe, ya kan enak betul gak Lan," ucap Zain.

"Iya Kak, lagian kami seruan di sini dari pada di rumah Zain digangguin Cia mulu dan di rumah gak enak," ucap Alan.

"Lah percuma dong kalian di sini bukannya Felicia mau kesini juga," ucap salah satu anggota RL.

"Lah iya juga ya Zain kok gak kepikiran ya," ucap Alan.

"Gue lupa," ucap Zain.

"Goblok dipelihara!" hina Tina membuat dua orang itu mendengus kesal.

  Tiba-tiba pintu ruangan tim itu terbuka memperlihatkan El dan Ryon berjalan dengan lesu.

"Akhirnya kalian sampai juga," ucap Arman lega dibalas deheman oleh keduanya

"Lah kalian kenapa dah?" tanya anggota RL tadi yang tak ditanggapi El dan Ryon.

"Ngomong-ngomong Cia mana? kok gak ada?" tanya Ara binggung.

"Apanya yang gak ada kan di bela- eh Fea ke mana El?" tanya Ryon panik karena tidak menemukan Felicia di belakang mereka.

"Ya Allah pergi ke mana lagi tuh anak," ucap El frustrasi sambil mengacak rambutnya lalu keluar mencari Felicia.

"Fea?!" teriak Ryon melihat keluar tapi tak nampak siapapun kecuali El yang kembali dengan wajah kusutnya.

"Shit! Bocah itu kemana lagi sih!" seru El sambil masuk ke ruangan itu dengan menarik napas ingin berteriak.

"BOC-"

"FEA" seru Felicia berteriak memotong teriakan El.

"ALLAHUAKBAR!" seru Zain dan Alan kaget karena teriakkan Felicia yang entah sejak kapan ada diantara mereka.

"Eh udah azan ya?" tanya Felicia kelewatan polosnya.

"Azan dari mananya! Orang kaget tau!" seru Zain membuat Felicia mengangguk paham.

"Lagian sejak kapan lo ada di sini dan itu makanan dapat dari mana?" tanya Alan kesal pada Felicia yang kini memakan kue lalu cemilan.

"Fea di sini dari tadi kok waktu Kak Faraz ngeluh terus kue ini Fea dapat dari kulkas dan cemilan di lemari dapur, banyak juga ya cemilan di sini,"ucap Felicia membuat Faraz dan Ryon melotot padanya.

"Eh bocah itu kue gue!" seru Faraz.

"Dan itu cemilan gue!" seru Ryon.

"Ya maaf lagian makanannya ngoda iman gitu yakan Cat,"ucap Felicia pada kucing hitam yang ada di pangkuannya

meong~

"Ini kucing juga dapat dari mana lagi dirumahkan udah ada lima kucing,"ucap Zain kaget.

"Gak dari mana-mana kok,"ucap Felicia.

"Terus namanya apa tadi Cat? Cat apa? Cat tembok? Atau Cat bahasa inggris?"tanya Zain.

"Enak aja kalau ngomong Cat itu namanya kali lagian artinya bagus juga," ucap Felicia.

"Zain gue boleh nanya gak kalian dikasih jajan sehari berapa sih?" tanya Ryon berbisik pada Zain.

"Emang napa kak?" tanya Zain balik.

"Itu katanya kucing yang dia pesan kemarin baru ngambil  harganya tujuh jutaan," bisik Ryon membuat Zain melotot.

"Cia! Lo dapat uang dari mana beli kucing itu?!" tanya Zain berseru kaget

"Kepo," jawab Felicia mencibir.

"Cia bisa ke sini sebentar?" tanya seorang pria bernama Falih ketua WE di Indonesia, Felicia berjalan ke arah Falih sambil mengendong Cat yang ada di pelukannya.

"Kenapa Om?" tanya Felicia.

"Sebelumnya apa kami menganggu waktumu?" tanya Falih balik.

"Gak kok Cia malah senang di sini enak, Cia jadi bisa ngelihat ruangan rahasia yang bagus," ucap Felicia.

"Tunggu jadi lo cepat sampai karena lewat jalan rahasia itu?" tanya Ryon dijawab anggukan Felicia.

"Bagus kalau kamu senang dan tentang tugas yang aku beri padamu kemarin?" tanya Falih lagi.

"Udah siap tunggu sebentar," ucap Felicia melatakkan Cat di lantai dan mengambil beberapa map di tasnya.

"Ini dia kalau ada masalah Om bisa bilang sama Cia biar Cia cari solusinya," ucap Felicia.

"Baiklah kalau gitu perkenalkan beberapa ketua dan kapten tim dari luar negeri. Ada John ketua dari London, Rery Paris, Aric New York, Chaow Thailand, Chul-moo dari Korea, Asker Turki dan Adlar Jerman," ucap Falih.

"Juga kapten Baek Hyeon dari Korea, Pagni India, Jiemi Tiongkok, Bram Belanda dan De Luca Italia juga laporan yang kau kerjakan itu untuk mereka," ucap Falih.

"Oh hai nama saya Felicia semoga kalian puas dengan saran saya di laporan itu,"ucap Felicia.

"Doux enfant, est-ce l'enfant que tu désignes?"tanya Rery mengunakan bahasa Prancis nya. (gadis yang manis, apakah ini anak yang Anda pilih?).

"Oui, mais le président a dit qu'il voulait toujours le tester," jawab Falih. (Ya, tapi pimpinan mengatakan masih ingin mengujinya).

"Terima kasih untuk bantuannya Cia kalau begitu kami akan ke ruang rapat dulu, come on!"ajak Falih pada para ketua dan kapten.

"Hah, ya tinggal kita deh," ucap seorang wanita.

"Oh, ya Fea perkenalkan beberapa anggota yang gak ikut kemarin-," ucapan Juna dipotong oleh pria yang memakai pakaian dokter.

"Hei, adik manis nama Kakak, Hanif," ucap pria bernama Hanif itu pada Felicia.

"Err, Kak Juna, ini tempat para agent gitu yang intinya orang baikkan?" tanya Felicia diangguki Juna yang mengangkat alisnya binggung.

"Terus kok ada penjahat di sini?" tanya Felicia menunjuk Hanif membuatnya kesal dengan yang ada di ruangan itu tertawa.

"Dari muka lo aja anak kecil tau kalau lo tuh penjahat bhahh,"ucap Ryon disela tawanya.

"Berisik!" seru Hanif kesal.

"Yaudah sekarang giliran gue perkenalkan nama Kakak Ezar posisi detektif," ucap pria berpakaian pengacara itu memperkenalkan dirinya.

"Kalau Kakak Elvina posisi sama dengan Arman," ucap wanita berpakaian wartawan.

"Kakak Nara posisi sama dengan Hanif sebagai dokter di tim ini," ucap wanita berpakaian santai bernama Nara itu.

"Kalau Kakak Alma posisi mata-mata," ucap wanita di samping Nara.

"Kalau gue Erland posisi sama dengan Alma," ucap pria di samping Arman.

"Gue Dylan posisi sama dengan Tina sebagai pelindung,"ucap pria bernama Dylan itu, Felicia memandang mata Dylan lekat lalu tersenyum membuat Zain yang melihat tingkah adiknya itu menjadi curiga.

"Kakak Dilan Milea itu ya?" tanya Felicia dengan senyum jahilnya.

"Eh bocah itu beda itu dilan pakei 'i'gue dylan pakai'y',"tekan Dylan dengan muka kesal.

"Ya, walau gitu mungkin kisah Kakak bisa jadi romantiskan walau gak seromantis cerita Dilan dan Milea karena Kakak orangnya cuek,"ucap Felicia, "Yuk Tina pilihal Ayuk lumayan,"ucap Felicia membuat pipi Tina memerah dengan orang-orang yang memandang mereka bingung.

"Sekarang Kak Arman ingat janji kemarin kan?" tanya Felicia pada Arman.

"Hm...susah Fe, gue gak tau sandinya keamanannya kuat udah dibantu Vina tapi tetap gak bisa,"ucap Arman lelah.

"Hm? Masa susah? Gitu aja gak bisa,"ucap Felicia meremehkan.

"Kalau gitu coba sendiri sana!"seru Arman kesal.

"Kalau bisa Fea dikasih apa?"tanya Felicia menantang.

"Gue traktirin lo sebulan penuh plus kalau minta apa-apa gue turutin," ucap Arman.

"Oke, kalau gitu," ucap Felicia tersenyum sambil mengeluarkan laptopnya dari dalam tas.

"Fe lo disekolah gak belajar ya?" tanya Alan bingung melihat isi yang di keluarkan dari tas Felicia.

"Belajar kok," ucap Felicia menghidupkan laptopnya dan duduk di sofa diikuti Cat yang udah nomlok dipangkuannya.

"Tadi ada 12 map sekarang laptop terus buku lo letak di mana?"tanya Alan lagi.

"Gini ya kakakku sayang kalau doraemonkan ada saku ajaib tuh kalau Fea tas ajaib," jawab Felicia sambil mengambil dan mengetik sesuatu di ponselnya, "kalau gak percaya Fea bawa buku liat aja sendiri tuh," ucap Felicia sambil mengotak atik laptopnya.

Alan, Zain, Ryon, Ezar, Hanif, Arman dan El yang penasaran segera melihat isi tas Felicia dan benar-benar ada buku pelajaran disana dengan kotak pensil, makanan ringan, mukenah dan juga bekal makan, pertanyaannya sekarang, kok bisa? Ada 12 map besar juga laptop di dalam itu semuanya muat?

"Hosh...hosh...nih...pesananya," ucap cowok seumuran Alan dan Zain masuk dan memberi plastik besar berisi cemilan.

"Makasih Rafan anak Lici yang pintar," ucap Felicia mengambil plastik itu dan meletakkannya di meja.

"Lo kok ada di sini sih Fan?" tanya Alan.

"Menurut lo?" tanya cowok bernama Rafan itu mendengus kesal.

"Lo di jadiin babu oleh Cia," ucap Zain tersenyum miring.

"Tau nanya lagi," ucap Rafan kesal duduk di samping Felicia dengan Cat yang duduk di pangkuannya.

"Lah, Bun, jadi beli kucing ini ternyata," ucap Rafan mengelus Cat.

"Jadilah, buka satu cemilannya!" pintah Felicia sambil duduk bersila dengan laptop diletakkan pahanya, Rafan membuka salah satu cemilan dan memberikan pada Felicia.

"Jadi, sekarang uang di kar-," ucapan Rafan terpotong karena mulutnya di bekap oleh tangan Felicia.

"Rafan ponakanku tersayang walau lebih tua 5 tahun dariku diam ya jangan ember," ucap Felicia memandang Rafan dengan tatapan menakutkan.

"Eh, iya Bun gak ember kok," ucap Rafan.

"Bagus deh," ucap Felicia yang kembali mengotak atik laptopnya dengan Rafan yang menyandar di bahunya.

"Bunda nge-hack data perusahaan?" tanya Rafan berbisik yang dibalas deheman oleh Felicia," dan perusahannya...DEMI APA! Bunda bercanda masak mau nge-hack perusaha-"

"Diam Fan aku mau fokus," ucap Felicia memotong ucapan Rafan.

"Kamu pandai nge-hack Ci?" tanya Zain tak percaya tapi diabaikan oleh Felicia. Zain, Alan, Arman, Alvina, Ryon, El, Ara, Juna, Faraz, Ezar, Nara, Hanif, Tina dan Dylan sama-sama duduk disofa sambil melihat Felicia penasaran.

"Bang makanan kesukaan Abang, Ayah, Bunda, Baim sama Fani dari masakan Cia apa?" tanya Felicia.

"Hm...chiken sause mira," jawab Zain.

"Angka?" tanya Felicia lagi.

"Abang 7, Baim 12, Fani 4," jawab Zain.

"Zodiak?" tanya Felicia.

"Capricorn, Taurus, Cancer," jawab Zain.

"Tanggal pernikahan Ayah Bunda?" tanya Felicia lagi.

"Tanggal...9 Februari," jawab Zain.

"Tanggal Bunda bilang suka sama Ayah?" tanya Felicia.

"Hah?! Emang ada? lagian pertanyaannya kok makin aneh sih Ci?" tanya Zain balik.

"Abang ternyata anak yang gak tau apa apa ya, Tentang orangtua sendiri aja gak tau," ucap Felicia tanpa perasaan.

"Hm...Yogyakarta ok 3, 2, 1 berhasil!" seru Felicia riang.

"Hah?! Apanya? Gak mungkin sandinyakan?" tanya Arman tak percaya.

"Gak bisa bilang gak sih karena kenyataannnya memang begitu," ucap Felicia.

"Kalau gitu ayo kita lihat apa yang menarik," ucap Felicia memperhatikan layar laptopnya sambil membuka sembarang data.

Wajah Felicia yang awalnya tersenyum berubah menjadi datar, "Gak ada yang menarik," ucapnya, "Tapi, keuangannya dari awal makin naik," gumam Felicia.

"Sebenarnya kalian ngerencanain apa sih?" tanya Adira bingung.

"Lo ingat misi untuk bongkar data perusahan permintaan dari perusahan Fischler," ucap Vina

"Ingat," jawab Adira.

"Kalian jadi nerima?!" tanya El tak percaya.

"Ya, gaklah seluruh anggota WE juga udah diperingati untuk gak nerima permintaan itu," ucap Arman.

"Lagian, kami cuma coba-coba dan ternyata keamanannya kuat,"ucap Vina.

"Dan payahnya kalian kalah dengan anak kecil yang bisa bongkar keamanannya," ucap Felicia sombong.

"Sombong bener lo Fe," ucap Alan.

"Emang permintaan untuk bongkar data perusahan mana?" tanya Zain.

"Perusahan-,"

"Jangan dibilang!" seru Juna memotong ucapan Hanif, lalu Juna berbisik pada Zain.

"Pahamkan lo, sekarang gue tanya Fea tau atau gak?" tanya Juna sedikit berbisik.

"Setau Zain sih gak tapi gak tau juga soalnya Cia itu hmm, gimana ya? dia misterius," jawab Zain juga berbisik tapi bisa didengar oleh Alan, Arman dan Ryon yang duduk di dekat mereka.

"Kalau dilihat sih yang lo bilang benar juga," ucap Arman sambil memandang Felicia.

"Ngapa lihatnya gitu amat?" tanya Felicia masih melihat ke laptopnya.

"Eh, Fe lo punya berapa mata? kok tau sih?" tanya Ryon diabaikan Felicia.

Tiba-tiba ruangan itu menjadi hening, semua terdiam dan juga Cat yang tidur di pangkuan Rafan menyisihkan suara ketikan dari laptop Felicia.

"Apa jadinya kira-kira kalau psikopat bunuh psikopat? Kayaknya seru,"ucap Felicia dengan misterius.

"Maksudnya apaan sih Bun?" tanya Rafan bingung.

"Gak bukan apa-apa," ucap Felicia lalu mengambil handphonenya dan mengetik sesuatu di sana, Alan memandang Felicia lekat lalu membuka mulutnya angkat suara.

"Fe apa yang lo rasain waktu dengar kata 'tusukan'?" tanya Alan sambil menekan kata akhirnya membuat Felicia menghentikan aktivitasnya memainkan laptopnya dengan tubuh gemetar.

"Ci?" panggil Zain tapi tak dihiraukan Felicia.

Entah mengapa kejadian itu terulang kembali, ingatan itu kembali setelah kemarin dia lupakan, airmata Felicia tiba-tiba mengalir dengan tubuh yang gemetar ketakutan.

"Hiks...," suara isakan terdengar dari mulut Felicia membuat semua yang ada diruangan itu menjadi bingung dan khawatir.

"Bun...Li...Lici!" panggil Rafan tapi tak didengarkan oleh Felicia

  airmata Felicia mengalir terjatuh dan berubah jadi sebuah permata bewarna biru membuat yang ada diruanggan itu melihat tak percaya dan membantu dengan Felicia yang membulatkan matanya mengambil permata itu dan meletakan laptopnya di meja.

"Fe...Fea permisi dulu," ucap Felicia lalu berlari keluar menuju toilet.

"Eh Fea!" seru Alan lalu mengejar Felicia.

"Tunggu tadi itu," ucap Ezar sengaja dipotong.

"Per...mata," ucap Hanif yang juga segaja dipotong.

"Dari airmata," lanjut Dylan

"Zain lo tau tentang ini?" tanya Arman masih dengan rasa kagetnya

"G-gak tau"jawab Zain.

"Orangtua lo tau?" tanya Alvina yang dijawab gelengan oleh Zain.

"Tadi Fea nangis karena kata tusukan dia fobia dengan itu juga," tanya Adira yang tersadar.

"Gak yang Zain tau dia fobia dengan darah atau tikus," jawab Zain.

"Tapi permata tadi asli?" tanya Alma

"Itu asli," jawab Rafan, "tunggu sial Licikan pakai lensa kontak apa dia gak apa-apa?" tanya Rafan

"Iya juga ya," ucap Zain ingin beranjak pergi.

"Tunggu aja Zain, tadi Alan udah ngejar," ucap Juna membuat Zain duduk kembali.

di tempat Felicia....

  Felicia berlari ke arah toilet dengan airmata yang masih mengalir dengan Alan yang mengejar dan memanggilnya yang dari tadi tak dihiraukannnya.

"Fea! Fe...Fea!"panggil Alan sambil memegang tangan Felicia.

"Lepasin Kak!" seru Felicia, Alan langsung memeluk Felicia.

"Maafin gue Fe gue gak akan ngucap kata itu lagi diam ya," ucap Alan.

"Fea mau berhen hiks...nangis tap-tapi gak...hiks...b-bisa hiks... hiks...," ucap Felicia sambil menangis.

"Ke-kemarin Fea...nangis...hiks dia gak keluar tap-tapi kok tadi."

"Udah diam sekarang coba tarik napas kamu perlahan lalu hembuskan," ucap Alan menyamakan tinggi dengan Felicia dan menghapus airmata Felicia, Felicia menuruti apa yang Alan perintahkan dengan menarik napasnya lalu menghembuskannnya.

"Huh, ok," ucap Felicia yang perlahan menjadi tenang.

"Ok, sekarang gimana?" tanya Alan

"Fea udah lebih baik," ucap Felicia.

"Fe lensa kontak kamu buka!" pinta Alan.

"Tapi," ucap Felicia ragu.

"Buka Fe!" pinta Alan, Felicia membuka lensa kontak yang ada dimatanya memperlihatkan mata bewarna amber indah yang berkilau seperti permata.

"Sekarang jawab pertanyaan Kakak air mata kamu yang berubah jadi permata itu terjadi sejak kapan?" tanya Alan

"I...itu dari kecil," jawab Felicia.

"Ayah sama Bunda kamu tau?" tanya Alan lagi yang dijawab gelengan oleh Felicia.

"Terus setiap kamu nangis permatanya kamu simpan di mana?" tanya Alan.

"Di laci meja kamar dalam kotak," jawab Felicia jujur, "Fea gak tau apa yang bisa dilakukan dengan permata itu," lanjut Felicia sambil melihat permata yang ada di tangannya tiba-tiba saja permata itu bersinar bersamaan dengan keluarnya liontin tabung kaca kosong yang dipakai Alan, permata itu tiba-tiba masuk ke dalam liontin Alan membuat kedua orang itu kaget.

"Itu tadi apa?!" tanya Alan berdiri melihat kalung liontin yang di pakainya.

Felicia memandang liontin yang dipakai Alan yang kini terisi permata birunya. 'Cantik' batin Felicia tiba-tiba Felicia merasa mual langsung menutup mulutnya, masuk ke toilet dan muntah di wastafel.

"Eh Fe!" seru Alan ikut masuk dan melihat Felicia.

"Gak mungkin," ucap Felicia menghidupkan krannya dan membuat muntahnya tersiram menyisihkan permata bewarna merah ruby lalu mengambilnya.

"Tadi permata biru topaz sekarang permata ruby kok bisa sih Fe?" tanya Alan melihat pemata itu.

"Bukan permata tadi namanya bukan topaz dan permata ini namanya juga bukan ruby permata ini namanya dimana aku pernah dengar namanya?" ucap Felicia bertanya tanya.

"Ya terus namanya apa Fe?" tanya Alan.

"Namanya aku yakin akau pernah baca kalau gak salah dibuku, dan bukunya ada disekitar sini bukunya...," ucap Felicia yang sengaja dipotongnya, lalu segera berlari kembali menuju ruangan tim RL.

"Eh Fe tunggu Fe!" seru Alan ikut berlari mengejar Felicia.

"Dimana? Dimana?" ucap Felicia mengambil handphonenya di ruangan itu lalu menghidupkan dan mencari sesuatu di sana.

"Eh, Fe, lo baik-baik aja?" tanya El yang khawatir tapi gak dihiraukan Felicia.

"Dapat!" seru Felicia lalu segera berlari pergi.

"Hei! Fea!" seru Alan mengejar Felicia.

"Mereka mau ke mana sih?" tanya Rafan bingung.

"Kejar Fan!" seru Zain yang ikut berlari begitu juga yang lain yang penasaran.

"Aku yakin di sini" ucap Felicia ketika sampai di depan dinding dekat lorong.

"Apasih yang lo cari? Itu cuma dinding loh! Lagian lari lo cepat banget," ucap Alan ketika sampai di dekat Felicia yang tak dihiraukan oleh gadis itu.

"Aku yakin ada tombol disekitar sini tapi mana?" tanya Felicia bergumam sambil meraba dinding itu.

Felicia menyentuh dinding itu pelan lalu keluar sebuah tombol persegi Felicia menekan tobol itu dan keluar sebuah tempat dengan 7 tempat dengan satu ditengah, tanpa pikir panjang Felicia mengeluarkan 5 buah permata dari sakunya bewarna merah, kuning, hijau,ungu dan putih, Felicia memasukkan satu persatu permata itu disalah satu tempat membuat tempat yang ada permatanya bercahaya.

"Kak permata biru tadi?" tanya Felicia.

"Eh, tapi Fe Kakak gak tau cara ngambilnya," ucap Alan cengengesan membuat Felicia memutar matanya malas.

"Nunduk dikit Kak!" pinta Felicia yang dipatuhi Alan ketika Alan menunduk dengan segera Felicia memegang liontin Alan dan menekan tombol kecil yang ada di liontin itu membuat satu permata terjatuh dari sana.

"Lihat selesai," ucap Felicia.

"Kok bisa sih," ucap Alan tak percaya, Felicia mengangkat bahu tak peduli lalu meletekkan permata berwarna biru itu ditempat tadi dan terakhir permata merah ruby yang diletaknya di tengah-tengah.

tiba-tiba dinding itu bercahaya bersamaan dengan terbuka sebuah pintu,  Felicia segera masuk diikuti Alan dan setelahnya pintu itu kembali tertutup Felicia berjalan masuk lebih dalam dan menemukan sebuah ruangan.

"Selamat datang silakan letakkan tangan anda dilayar monitor untuk mengetahui identitas Anda," ucap sebuah Hologram yang muncul di depan Felicia dan Alan, Felicia meletakkan tangannnya di monitor itu.

"Nona Felicia kami sudah lama menunggu Anda selamat datang dan semoga berhasil dengan apa yang Anda cari," ucap hologram itu lagi, Felicia dan Alan segera memasuki ruangan tersebut.

"Wah gue gak tau ada ruangan kayak gini di sini," ucap Alan ketika memasuki ruangan yang bisa disebut canggih karena ada berbagai tenoklogi cangih dengan fungsi yang wow, dan juga beberapa rak buku.

Felicia memegang buku-buku itu dengan takjub, sedangkan Alan memegang beberapa benda.

"Nona Felicia apa saya benar," ucapan kaku dari seorang pria tampan yang menghampiri mereka.

"Ya," jawab Felicia melihat pria itu linglung sedangkan Alan menatapnya tajam.

"Saya yakin ini milik anda" ucap pria itu memberikan permata ruby yang tadi Felicia letak di tempat untuk masuk tadi, Felicia mengambil permata itu.

"Boleh aku bertanya maaf tapi apa kamu robot?" tanya Felicia membuat Alan menatap Felicia bingung sedangkan pria itu menatap Felicia lekat.

"Anda cerdas tebakan Anda benar," jawab pria yang ternyata adalah robot.

"Nama saya Aundric silakan ikuti saya" ucap Aundric lalu berjalan pergi, Felicia dan Alan saling pandang sejenak lalu segera mengikuti Audric.

Mereka tiba di depan pintu besar dan canggih sebuah hologram muncul di depan mereka.

"Kau sudah kembali Aundric?" tanya hologram itu diangguki Aundric

"Saya ucapkan selamat datang untuk Anda Nona Felicia dan Tuan termuda Rafailah Alan kalian telah ditunggu dari tadi oleh Tuan besar,"ucap hologram itu lalu pintu tiba-tiba terbuka.

"Fe kok monitornya bisa tau nama kita ya?" tanya Alan berbisik pada Felicia.

"Kakak Kira Fea tau," balas Felicia dengan berbisik lalu mereka berjalan mengikuti Aundric.

  Aundric berhenti di depan sebuah kursi besar yang membelakangi mereka dan dipastikan di kursi itu ada orang karena dia menghadap ke layar besar nan canggih dengan kata lain jika orang itu menghadap ke arah mereka di belakangnya ada sebuah layar besar dan didepannya sebuah komputer canggih transparan dengan tanda kutip orang yang mereka temui ini adalah orang hebat yang mungkin membuat semua alat disana atau bisa jadi orang yang penting di WE karena ruangnya terdapat di dalam markas WE.

"Tuan saya telah menjalankan perintah, Nona Felicia ada di sini dia datang bersama tuan termuda Rafailah Alan Vegar Rafailah,"ucap Aundric.

"Terimakasih Aundric," ucap orang yang duduk di kursi itu sambil berbalik yang ternyata seorang pria baya yang terlihat berumur 30-an, Felicia dan Alan memandang pria itu tak percaya.

pria parubaya berumur tidak kurang 70-an yang masih terlihat tampan dan gagah itu tersenyum kearah felicia dan alan

"Selamat datang di tempatku Cia dan juga Alan," ucap pria itu.

'Apa maksudnya sih bukannya dia telah lama hilang?' batin Alan tak percaya.

'Gak mungkin dia... ini ' batin Felicia.

"Grandpa."

...**** ...

"Permata itu memang indah tapi kau tau apa yang aneh? Permata indah itu keluar dari tubuhku dan saat itu kisahku dimulai saat sebuah kebenaran memintaku untuk mencari mereka,"

^^^Bersambung....^^^

Kamis, 11 Juli 2019

Noveltoon : Selasa, 22 Desember 2020

Jangan lupa vote dan Comment nya

Terpopuler

Comments

Amalia Nanda

Amalia Nanda

makin seru dan buat penasaran..

2021-01-06

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Part 1: Misunderstanding
3 Part 2: Something Is Odd
4 Part 3 : Bully And Join
5 Part 4 : Gem Tears
6 Part 5 : Scarlett
7 Part 6 : Who Exactly Is The Protagonist?
8 Part 7 : New mission
9 Part 8 : The Secret Room In WE
10 Part 9 : Plan
11 Part 10 : Relax For A Moment Before Starting
12 Part 11 : Investigation
13 Part 12 : Get information
14 Part 13 :Interrogate The Suspect
15 Part 14 : The Last Crime Scene
16 Part 15 : Complete Friend \ Foe Case
17 Part 16 : WE And Huriya Organizations
18 Part 17 : Shoot! Shoot! And Shoot!
19 Part 18 : A Plan And A Strategy?
20 Part 19 : Fooled Or Cheated (1)
21 Part 20 : Fooled And Cheated (Last)
22 Part 21 : Mesked Women
23 Part 22 : Masked Women (2)
24 Part 23 : Maskes Women (3)
25 Part 24 : Do Not Cry anymore
26 Part 25 : Secret Of The Flower Field
27 Part 26 : Power And Start
28 Part 27 : Masked Women (Last)
29 Part 28 : Finish And Start
30 Part 29 : River Of Blood ( 1 )
31 Part 30 : River Of Blood ( 2 )
32 Part 31 : River Of Blood ( 3 )
33 Part 32 : River Of Blood ( Last )
34 Part 33 : Hallo Berlin, deutschland
35 Part 34 : Mission Mit Oma
36 Part 35 : Bienvenue En France
37 Part 36: Collana Di Pietre Preziose Rubino
38 Part 37 : The story of the past
39 Part 38 : End?
40 Part 39 : Surprise!
41 Part 40 : Treining
42 Part 41 : Matual Desier
43 Part 42 : Meeting (1)
44 Part 43 : Meeting ( Last )
45 Part 44 : Fight
46 Part 45 : Last Fight
47 Part 46 : End? Is It True
48 Epilogue
49 bonus Cerita
50 PENTING!!!
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Prologue
2
Part 1: Misunderstanding
3
Part 2: Something Is Odd
4
Part 3 : Bully And Join
5
Part 4 : Gem Tears
6
Part 5 : Scarlett
7
Part 6 : Who Exactly Is The Protagonist?
8
Part 7 : New mission
9
Part 8 : The Secret Room In WE
10
Part 9 : Plan
11
Part 10 : Relax For A Moment Before Starting
12
Part 11 : Investigation
13
Part 12 : Get information
14
Part 13 :Interrogate The Suspect
15
Part 14 : The Last Crime Scene
16
Part 15 : Complete Friend \ Foe Case
17
Part 16 : WE And Huriya Organizations
18
Part 17 : Shoot! Shoot! And Shoot!
19
Part 18 : A Plan And A Strategy?
20
Part 19 : Fooled Or Cheated (1)
21
Part 20 : Fooled And Cheated (Last)
22
Part 21 : Mesked Women
23
Part 22 : Masked Women (2)
24
Part 23 : Maskes Women (3)
25
Part 24 : Do Not Cry anymore
26
Part 25 : Secret Of The Flower Field
27
Part 26 : Power And Start
28
Part 27 : Masked Women (Last)
29
Part 28 : Finish And Start
30
Part 29 : River Of Blood ( 1 )
31
Part 30 : River Of Blood ( 2 )
32
Part 31 : River Of Blood ( 3 )
33
Part 32 : River Of Blood ( Last )
34
Part 33 : Hallo Berlin, deutschland
35
Part 34 : Mission Mit Oma
36
Part 35 : Bienvenue En France
37
Part 36: Collana Di Pietre Preziose Rubino
38
Part 37 : The story of the past
39
Part 38 : End?
40
Part 39 : Surprise!
41
Part 40 : Treining
42
Part 41 : Matual Desier
43
Part 42 : Meeting (1)
44
Part 43 : Meeting ( Last )
45
Part 44 : Fight
46
Part 45 : Last Fight
47
Part 46 : End? Is It True
48
Epilogue
49
bonus Cerita
50
PENTING!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!