Seminggu setelahnya...
TING TONG~
TING~
.
.
.
JRENG~
Bel sekolah berbunyi menandakan jam pulang telah tiba anak-anak merapikan peralatan sekolahnya dan berbondong bondong untuk pulang tak terkecuali anak kelas VIII-A1 kelas di mana Felicia berada.
"Baiklah anak-anak ibu tutup pembelajaran kita pada hari ini jangan lupa dengan tugas kalian, kalian boleh pulang," ucap seorang guru lalu pergi.
"Ci yuk jangan nulis mulu napa? Beres-beres cepat," ucap Elyza pada Felicia yang sedang asik menulis.
"Iya, iya sabar," ucap Felicia sambil menutup bukunya, Felicia membereskan barang-barangnya memasukkan kedalam tas lalu menyandangnya.
"Udah yuk!" seru Felicia lalu kedua gadis itu keluar dari kelas menuju gerbang menunggu jemputan masing-masing.
"Ci, kamu udah dapat informasi yang lain?" tanya Elyza.
"Belum, aku belum mau menyelidiki apapun saat ini," jawab Felicia.
"Kalau tawaran itu gimana? Walau, mereka belum bilang sih tapi kamu udah mikirin kan?" tanya Elyza lagi.
"Hmm...ya dan jawabannya mungkin nanti," jawab Felicia dengan senyum misterius yang terbit di wajahnya.
Sesampainya di dekat gerbang mereka melihat para murid berkumpul yang cewek pada berbisik juga berteriak kecil dan yang cowok ada yang melihat iri entah apa yang mereka lihat.
Felicia dan elyza mendekati kumpulan itu melihat apa yang sedang dilihat para murid dan bertapa terkejutnya mereka.
'jadi yang membuat mereka berkumpul itu ini?!' batin Felicia dan Elyza tak percaya.
Mereka melihat cowok SMA berambut hitam dengan mata keemasan, memiliki hidung mancung kulit langsat agak kecoklatan,mata tajam yang dingin, datar dan badan atletis. Cowok itu duduk di motornya dengan muka datar dan dingin dengan lelah karena menunggu seseorang.
"Ci kok mereka ngumpul cuma karena Kak Zain ya?" tanya Elyza berbisik pada Felicia sambil melihat cowok tadi yang merupakan abangnya siapa lagi kalau bukan Zain.
"Iya, padahal Bang Zain jelek gitu kan," balas Felicia berbisik lalu mereka berdua terkekeh bersama membuat Zain yang pendengarannya tajam juga mengenali suara mereka menoleh melihat keduannya dengan kesal.
"Hoi, Cia! Dari tadi gue disini kepanasan capek nunggu kamunya malah enakkan berdua sama Ely di sana ketawa ketiwi!" seru Zain kesal pada adiknya itu.
Felicia berjalan ke arah Zain dengan santai diikuti Elyza dibelakangnya tak mempedulikan jika kini mereka menjadi pusat perhatian.
"Yang nyuruh nunggu siapa?" tanya Felicia ketika sampai di dekat Zain.
"Gak ada sih," jawab Zain.
"Nah terus kok Kakak marah sama Cia pantasnya tuh Kakak marah pada diri Kakak sendiri dong!" seru Elyza pada Zain.
"Nah, betul tuh Bang," ucap Felicia membenarkan perkataan Elyza.
"Iya juga ya eh-" gumam Zain membuat Felicia dan Elyza menahan tawa.
"LO BERDUA MAU BODOHI GUE!" seru Zain berteriak kesal membuat Felicia dan Elyza tak bisa menahan tawanya lagi.
"Hahaha slow dong masnya jangan ngegas Hahaha," ucap Felicia tertawa membuat Zain makin kesal.
"Udah ketawanya cepatan naik pulang!" seru Zain kesal.
"Gak mau Cia sama Ayah aja nanti," balas Felicia santai.
"Cia Adek Abang yang paling manis bahkan melebihi gula," ucap Zain tersenyum menahan kekesalan.
"Iya, Abangnya Cia yang paling ganteng, ngalahin para artis k-pop," balas Felicia membuat Elyza menahan tawa dan Zain tambah kesal.
"Ayah tadi nyuruh jemput kamu sekarang pulang ya," ucap Zain sangat menahan kekesalannya.
"Gak mau, kalau Ayah gak jemput Cia bisa sama Eza kok yakan Za," ucap Felicia pada Elyza.
"Yap dengan senang hati," ucap Elyza.
"W-what?! Oke fine, fine silahkan pulang dengan Ely Abang pergi dulu," ucap Zain menyalahkan motornya ingin beranjak pergi tapi dia kembali mematikannya.
"Hmm...kenapa? Gak jadi balik?" tanya Felicia mengangkat satu alisnya bingung.
"Gak sebelum kamu naik," tegas Zain.
"Gak mau," balas Felicia dengan keras kepala, Zain menghembuskan napasnya frustrasi kalau bukan ancaman dari ayahnya yang akan memotong uang jajannya ia tak akan menjemput Felicia si manis degil yang bikin emosi tapi mau bagaimana lagi dari beberapa pilihan yang ayahnya berikan, menjemput Felicialah yang paling mudah.
"Ayo dong Ci Abang capek minggu depan juga ada lomba nanti kamu rindu lagi," ucap Zain Felicia terdiam pura-pura berpikir.
"Hmm perasaan kalau Abang ada lomba, biasanya Abang yang rindu Cia, Cia mah happy aja kalau Abang gak ada," ucap Felicia dengan entengnya.
"Emang bener ya Ci?"tanya Elyza pura-pura penasaran.
"Iya pernah sekali ya Za Bang Zain nangis cuma karena rindu aku,"ucap Felicia.
"Cia...," lirih Zain dengan memeles karena ia benar benar capek setelah latihan basket tadi di sekolahnya.
"Prff-," Felicia dan Elyza tak lagi bisa menahan tawa mereka hingga tawa itu menjadi lepas dan puas.
"Cia!" seru Zain kesal melihat Adiknya tertawa lepas sedangkan ia kecapean dia berpikir apa Felicia benar-benar tidak tau kalau dia capek, Zain sedikit heran biasanya adiknya itulah yang paling pengertian karena di keluarganya Felicia adalah orang yang sangat peka.
"Hahaha iya iya, tapi satu samakan?" tanya Felicia membuat Zain melongo saat tau maksudnya.
"Jadi tadi kalian balas dendam?!" tanya Zain berseru kesal.
"Iya," jawab Elyza polos.
"Udah ah cepat naik!" pinta Zain kesal pada Felicia .
"iya iya, cup, cup Abangnya Cia capek ya siap latihan tadi?" tanya Felicia .
"Tau nanya," ucap Zain kesal yang hanya dibalas kekehan oleh Felicia.
Felicia baru ingin naik kemotor Zain sebelum ia merasakan sesuatu, Felicia dengan muka paniknya turun dari motor.
"Bang cepat Bang ke rooftop kunci pintunya terus balik sini," ucap Felicia panik.
"Hah! Kamu lagi ngeramal Ci?" tanya Zain bingung karena kalau Felicia sudah begitu berarti sesuatu akan terjadi nantinya.
"Ih cepat Bang! nanti Cia doain Abang lombanya lancar banyak rezeki terus laku-"
"Laku-laku emang kamu kira Abang apaan!" seru Zain kesal.
"Manusia masa setan, udah cepatan Bang!" pinta Felicia panik yang mau tak mau harus dituruti Zain.
Zain turun dari motornya dan segera berlari ke rooftop tepat beberapa saat setelahnya seseorang jatuh dari atas rooftop sambil berteriak kencang, membuat semua orang memandang ke sana.
"KYYYAAAAA!"
'BAKK
Tubuh Felicia bergetar matanya membulat bau darah tercium diindra penciumannya perlahan air matanya turun, gadis itu ketakutan, fobianya kambuh.
Zain yang baru turun dari rooftop segera memeluknya serta Elyza yang panik segera mencari air.
"Tenang Dek semua akan baik-baik aja oke, jadi jangan nangis," ucap Zain menenangkan sambil menghapus air matanya dan kembali mendekap Felicia.
Felicia masih gemetar ketakutan mencium bau darah itu membuatnya mengingat kejadian itu lagi kejadian di mana ia melihat kakeknya terbunuh dan sampai saat ini ia masih menyembunyikan kalau ia tau tentang kebenaran itu dengan fobia barunya fobia akan darah baunya juga tubuh yang terluka.
"Hiks...hiks Kakek...," isak Felicia yang membuat Zain hingga saat ini binggung karena jika fobia Felicia kambuh dia akan menyebut kakek mereka yang telah meninggal 8 thn lalu.
"Shutt jangan nangis dong Ci semua baik-baik aja kok," ucap Zain yang menenangkan Felicia. Namun, bukannya tenang Felicia malah tambah menangis kencang membuat semua orang memandang mereka.
tak lama setelah kejadian itu dan masih dengan Felicia yang menangis di dekapan Zain juga Elyza yang belum kembali dan tambahan baru mobil ambulan dan polisi yang baru datang dan dari dalam mobil itu keluar Juna, Ryon, Abdiel, Adira, Arman dan dua orang dari mobil ambulan pria dan wanita juga petugas kesehatan yang segera membawa korban kerumah sakit.
Adira yang baru keluar dari mobil langsung berlari merebut Felicia dari dekapan Zain dan berganti ia yang memeluk Felicia.
"Adik kesayangan gue habis lo apain sih Zain sampai nangis gini!"seru Adira kesal pada Zain.
"Lah ngapa nyalihin gue sih Teh lagian Cia itu Adik gue juga," protes Zain kesal.
"Kalau bukan gara lo terus ngapain Cia nangis coba?" tanya Adira.
"Mana tau fobianya kambuh,"jawab Zain.
"Fobia? Cia ada fobia lain selain tikus dan bangkainya?" tanya Adira membuat Felicia menangis kecang dengan Adira gelagapan.
"Ish ngapa ngomong itu sih Teh! udah tau itu kata terlarang," seru Zain kesal.
"Lebay banget si Zain pakai kata terlarang segala," komentar Juna yang mendengar ucapan Zain sedangkan Adira masih sibuk nenangin Felicia.
"Eh, Ci gak ada apa-apa kok sayang diam ya shut shut," ucap Adira menenangkan Felicia .
"Teteh nenangin Cia hiks...kok kayak gitu banget hiks... Teteh kira...Ci-Cia bayi hiks huwa..." ucap Felicia terisak isak lalu menangis kencang membuat Adira tambah gelagapan sedangkan yang lain menepuk jidatnya.
"Hadeh yang ini salah yang itu salah yang benar apa sih cah bocah," ucap Ryon membuat Felicia tambah menangis, Adira menatap tajam Ryon.
"Ya Allah, Zain sebenarnya Cia fobia apa sih?" tanya Adira bingung melihat Felicia menangis tak henti-hentinya.
"Bukan urusan Teteh, Cia Adik Zain jadi cuma Zain sama keluarga yang boleh tau Teteh cuma orang luar!" seru Zain.
"Eh, bocah gue nanya baik-baik kok lo malah jawab gitu sih lagian dari bayi juga gue udah pernah jagain Cia jangan ngangap gue asing gitu ngapa?" ucap Adira membuat nyali Zain ciut seketika.
"Hosh...Hosh...Ci minum Ci nih cepatan," pinta Elyza yang baru datang membuka botol aqua dan memberikannya pada Felicia.
Felicia meneguk air itu hingga setengah perlahan ingatan tentang kakeknya menjadi pudar membuat Felicia berhenti menangis dan hanya terisak kecil.
"Udah Ci sekarang tarik napas terus hembusin," ucap Elyza yang langsung dilakukan oleh Felicia.
"Eh, Ly lo kira Adik gue lagi sakit asma apa disuruh gituan," tengur Zain pada Elyza.
"Yaelah Kak yang kayak gini banyak manfaat nya salah satunya mengurangi stres,ce-"
"Terus lo pikir Adik gue stress gitu?" protes Zain memotong ucapan Elyza.
"Ya gaklah Cia itu cuma cemas, lagian kalau orang ngomong jangan dipotong dong! Dan ini salah satu cara ngilangin cemas tau! Satu lagi Cia itu juga Adik Ely," ucap Elyza.
"Cuma sepupu lagian kalian itu cuma beda beberapa bulan," ucap Zain yang tidak dipedulikan Elyza.
"Ok, Cia sekali lagi tarik napas lalu hembuskan," ucap Elyza yang dituruti Felicia, "lupakan semuanya sekarang tenang dan jangan ingat kejadian itu lagi."
"Oke," ucap Felicia menarik napasnya dan membuangnya hingga ia benar-benar tenang.
"Are you ok now?" tanya Elyza.
"Yes, i feel better thank you Eza," ucap Felicia dengan senyum membuat yang melihatnya juga tersenyum dengan lega.
"Tunggu kok bahasa inggris kamu lancar sih Ci?" tanya Zain binggung.
"lagi koneks," jawab Felicia acuh sambil meminum air aquanya hingga habis.
"Jun gue dapat kabar katanya anak tadi jatuh dari rooftop," ucap pria yang tadi keluar bersama Juna dan yang lainnya, Felicia menepuk jidatnya membuat semua mata memandang kearahnya.
"Cia lupa kayaknya ada orang di rooftop deh," ucap Felicia .
"Yaudah Ar, El, sama lo Yon periksa sana!" pinta Juna pada Arman, Abdiel dan Ryon.
"Kok kita mulu sih Jun, sekali-kali lo dong! Sukanya merintah doang!" protes Arman.
"Ya harus, gue kan kaptennya jadi harus, lagian mager," balas Juna santai
"Ngomong gitu, gayanya juga santai tapi sebenarnya ada masalah sama Shintakan?" Tanya Abdiel membuat mimik wajah juna menjadi suram.
"Wah lo benar El lihat wajah berubah gitu," ucap Ryon.
"Pasti, Aldo, Bayu periksa ke atas sana!" pinta Abdiel pada dua anak buahnya yang dipatuh oleh mereka dan segera pergi ke atas.
"Heran deh Kak Lyna sama Kak Hazm mah masalahnya Cia tau lah Kak Juna sama Kak Shinta masalahnya apaan?" tanya Felicia.
"Sok tau lo bocah," ucap Abdiel pada Felicia.
"Nama saya bukan bocah tapi Felicia," protes Felicia kesal pada Abdiel.
"Tapi Ci kamu tau dari mana masalah mereka?" tanya Adira.
"Ya pasti dong ya! Felicia itu tau semuanya Kak Lyna sama Kak Shinta sering curhat juga sama Cia,"jawab Felicia sombong.
"Emang Shinta curhat apa sama lo?" tanya Juna penasaran.
"Nah kan? pasti kalian ada masalah nih," ucap Abdiel.
"Diam aja!" seru Juna kesal pada Abdiel.
"Mau tau atau mau tau banget?" tanya Felicia membuat Juna kesal
"kasih tau aja cepat napa?" tanya Juna kesal.
"Cepek dulu dong!" seru Felicia.
"Yaelah nih anak,"ucap Juna sambil merongo sakunya.
"Eh, Kak Jun gak usah deh Cia takutnya dosa biar Cia kasih tau aja ya," ucap Felicia
"Gitu dong dari tadi," ucap Juna
"Jadi...," ucap Felicia sengaja dipotong.
"Ya jadi...cepetan dong gak usah potong-potong gitu," sebal Juna.
"Jadi...curhatan Kak Shinta sama Cia itu rahasia gak boleh ada yang tau kecuali Kak Shinta ngizinin," ucap Felicia tertawa bersama dengan Elyza karena Elyza sudah mendapat code kalau itu cuma kejahilan Felicia, mana mau Felicia ngumbar rahasia orang.
"Tau gitu gak usah bikin penasaran," ucap Juna kesal setengah mati sedang yang lain hanya mengelengkan kepalanya.
"Gue kasihan sama Kak Juna," gumam Zain.
Tak lama setelahnya Aldo dan Bayu datang sambil membawa tiga siswi yang tadi terkunci di rooftop.
"Bingung gue mau jadi apa tiga bocah ini kalau besar nanti," ujur Ryon melihat tiga siswi smp itu.
"Cia kira-kira kok mereka bisa kayak gini ya?" tanya Elyza pura-pura berpikir.
"Oh, aku tau ceritanya nih mereka pasti bully Kak Sasa tadi karena kemarin Kak Sasa kita bantuin jadi mereka gagal ngebully Kak Sasa deh, padahal dari keluarga yang terhormat tapi sifatnya tidak mencerminkan hal yang semestinya kira-kira seberapa malunya Tuan Cou, Tuan Kumala dan Tuan Dikra melihat masing-masing Putri kebanggaan mereka di kantor polisi ya," ucap Felicia memandang sinis pada ketiga siswi dan balas dipandang marah oleh ketiga siswi itu.
"Ya kasian ya memang, orangtua mereka nanggung malu karena anak hampir bunuh anak orang," sinis Elyza
"Putri dari orang besar ternyata dan salah satunya anak pejabat," ucap Arman datar.
"Sialan lo berdua! lo kalau bukan anak pebisnis besar hancur lo sama gue!" ucap siswa yang tengah bernama Tika sambil mengepalkan tangannya (anak tuan Kumala salah satu pebisnis besar) pada Elyza.
"Dan lo bukan siapa-siapa lo cuma siswi beruntung yang sekolah di sini," ucap Tika pada Felicia.
"Lo juga bukan anak orang kayakan?lo cuma anak orang miskin!" ucap siswi disamping Tika bernama Retno dan kalau mungkin gak ada Juna dan yang lain pasti mereka langsung menghajar Felicia, Felicia mengerjapkan matanya polos lalu memandang kearah Zain.
"Bang emang Cia anak miskin dan biasa-biasa aja ya?" tanya Felicia polos.
"Gak kok dek kamu tuh istemewah dan kaya kok," ucap Zain merangkul Felicia dan memandang tajam ketiga siswi itu membuat ketiga siswi itu kaget ketika mengenali Zain.
Wajah ketiga siswi itu memucat seketika melihat Zain bukan hanya karena tatapan Zain saja namun juga saat mengetahui status Felicia yang sebenarnya.
Felicia memandang mereka sinis dengan senyum liciknya sedangkan ketiga siswi itu memandangnya takut.
"Klasik menilai orang dari derajat keluarga jadi sekarang 'menghancurkan atau dihancurkan'," ucap Felicia menekan ucapan terakhirnya dengan misterius yang jelas bagi ketiga siswi itu bahwa itu adalah sebuah ancaman.
"Bawa mereka ke kantor polisi telpon orangtuanya kami akan bicara dengan kepala sekolah," ucap Juna pada Bayu dan Aldo yang diangguki keduanya lalu keduanya pergi.
"Yap selesai sudah tinggal bilang ke kepala sekolah lalu segera istirahat," ucap Abdiel.
"Belum deh, gue juga gak tau kenapa ini harus tapi Fe lo diundang untuk bergabung dengan WE gue rasa lo tau apa maksud gue kan?" tanya Juna pada Felicia.
"Yap Cia ngerti kok jadi gimana ya Cia ikut aja deh kayaknya seru jadi kayak kalian," ucap Felicia.
"Bagus deh kayaknya benar-benar mudah buat lo mau, lo akan ikut ke tim gue," ucap Juna.
"Jadi sekarang gimana kalau kita perkenalan dengan cara yang profesional," ucap Felicia.
"Ide bagus, sifat lo ternyata gak sesuai dengan umur lo, lo memang gak pantes dipanggil bocah," ucap Ryon.
"Memang yang bilang pantes siapa?" ucap Felicia sombong.
"Sombong lo Fe," ucap Abdiel, Felicia hanya terkekeh kecil mendengarnya.
"Baiklah perkenalkan nama saya Felicia Amira Lashira kalian bisa manggil Fea," ucap Felicia memajukan tangannya yang dibalas Juna lalu mereka menjabat tangan.
"Arjuna Kenzi Azraqi Rafailah kayak biasa aja Kak Juna sebagai kapten di tim RL," ucap Juna.
"Abdiel Justin Gilbert posisi penyerang panggil Kak El jangan Kakek apa lagi Om," canda El dengan menjabat tangan Felicia.
"Ryondi Alferezi panggil ajak Kak Ryon atau Kak Ion juga boleh posisi gue sama dengan Abdiel," ucap Ryon menjabat tangan Felicia.
"Arman Afriansyah posisi hecker pangilan terserah lo aja," ucap Arman.
"Hecker ya Kak? boleh diajarin juga dong sambil...," ucap Felicia segaja dipotongnya lalu berbisik pada Arman membuat Arman tersenyum kecil.
"Boleh tuh besok kalau bisa datang aja biar langsung mulai," ucap Arman lalu bertos dengan Felicia seperti orang yang sudah lama kenal.
"Faraz Fahman Fauzan panggil Kak Faraz aja posisi wakil kapten," ucap Faraz.
"Kalau Kak F3 boleh gak Kak?"tanya Felicia jahil.
"Nama apaan tuh? jangan ngikutin yang lain ngolok gue ngapa?" tanya Faraz kesal.
"Yakan nama Kakak F nya tiga tuh," ucap Felicia.
"Ide bagus tuh Fe," ucap Ryon setuju.
"Jadi Faraz tuh panggilannya sekarang tuan F3," ucap Arman sambil tertawa bersama Abdiel dan Ryon membuat Faraz kesal setengah mati.
"Tina windana posisi pelindung panggil aja Ayuk Tina," ucap Tina.
"Oh kalau gitu ayuk juga panggil Cia aja sama dengan Teteh Ara," ucap Felicia.
"Dapat giliran terakhir ya? yaudah kita perlu kenalan juga Ci?" tanya Adira.
"Harus Teh," ucap Felicia membuat Adira menghebuskan nafasnya.
"Adira Azzahra posisi detektif panggil aja kayak biasa Teteh Ara," ucap Ara.
"Eh, Ci aku pulang duluan ya udah di jemput soalnya," ucap Elyza diangguki Felicia lalu Elyza segera menghampiri jemputannya dan pergi.
"Yah udah deh kayaknya kita juga harus pulang kan Bang," ucap Felicia pada Zain.
"Kenapa Bang?" tanya Felicia melihat Zain memandangnya curiga.
"Gak kok yuk nanti kamu yang masak ya," ucap Zain.
"Lah kok? kan ada Kakak-kakak maid tuh, kok Cia yang masak sih," protes Felicia .
"Mau nyobak es krim sama kue juga coklat di sweet cafe yang baru buka itu gak?" tanya Zain.
"Mau tapi Abang yang bayarin kan?" tanya Felicia.
"Iya ayo cepet makannya," ucap Zain.
"Yes, coklat-coklat," ucap Felicia senang sambil naik ke motor Zain.
"Dah Kakak-kakak kami duluan,"ucap Felicia lalu motor Zain melaju pergi.
"Yah tinggal kita dong ya,"ucap Tina.
"Ya udah yuk Raz kawanin gue ke kepseknya yuk," ajak Juna.
"Kok gue sih?" tanya Faraz.
"Udah ayo lokan wakil gue," ucap Juna berjalan duluan sambil menarik tangan Faraz.
"Yaudah lepas dulu tangan gue ngapa," ucap Faraz, Juna melepaskan tangannnya lalu mereka pergi.
"Terus kita mau ngapa sekarang?" tanya arman.
"Balik yuk!" ajak El.
"Kuncinya sama Juna, gimana caranya kita balik?" tanya Ara.
"Hei, hei ingat bukan Abdiel namanya kalau gak ada persiapan," ucap El memperlihatkan kunci mobilnya pada Ara, Ryon, Arman dan Tina.
"Tunggu apa lagi balik yuk tinggal aja mereka berdua," ucap Ryon lalu ke 5 orang itu pergi meninggalkan Juna dan Faraz.
"Dasar gak sabaran mereka, padahal dekat juga," dumel Faraz melihat kepergian mobil El dengan kesal.
"Yaudah kita balik juga yuk!" ajak Juna lalu mereka pergi meninggalkan sekolah yang kosang melompong.
ups gak juga sih masih ada beberapa guru di ruangan guru dan seseorang di salah satu kelas yang sepi.
"Menarik mereka mengajak seorang gadis kecil bergabung prff hahahaha, lelucon yang lucu jika Master mendengarnya dia pasti akan tebahak," ucap orang itu lalu dia selalu pergi.
Di Sweet Cafe...
"Nyam enak banget besok ke sini lagi ya Bang," ucap Felicia pada Zain
"Iya, iya tapi jangan lupa nanti kamu yang masak," ucap Zain diangguki Felicia yang sedang menyantap kue coklatnya.
"Ci kamu nerima permintaan Kak Juna pasti ada tujuannya kan?" tanya Zain sambil melihat Felicia makan.
"Menurut Abang ?" tanya Felicia menghentikan makannya dan memandang Zain misterius.
"Sepertinya iya, lagian kamu masih mau balik ke Yogyakartakan," ucap Zain.
"Yap dan bergabung dengan WE adalah salah satu jalannya lagian gak ada ruginya WE itu termasuk ke dalam agen terkenal jadi apa salah menjadi sejarah yang namanya dikenal sebagai agent termuda WE," ucap Felicia.
"Tujuan Cia ikut gabung bukan cuma untuk balik ke Yogyakarta kok ada sesuatu yang ingin Cia pastiin dan seperti yang mereka katakan Cia akan tunggu tanggal mainnya," ucap Felicia misterius membuat Zain binggung.
"Maksudnya ?" tanya Zain.
"Gak kok," jawab Felicia lalu kembali makan makananya sampai suara notif di handphonenya menghentikan sedikit aktifitasnya, Felicia melihat pesan itu sambil memakan makanannya.
protagonis misterius
Kakak harus lebih berhati hati mereka tau Kakak bergabung dengan WE
tapi tidak dengan kemampuan kakak aku berharap kakak baik baik saja
me
tenang saja aku tau apa yang aku lakukan
juga semua kebenaran itu aku mengetahuinya
dan jika mereka tau itulah tujuan utamanya memperdaya mereka
karena aku akan selalu satu langkah di depan musuh
'protagonis? apa dia benar-benar pratogonis yang baik hati atau akan berkhianat dan menjadi antogonis yang jahat kita lihat saja nanti'
Bersambung....
Rabu, 3 Juli 2019
Noveltoon : Selasa, 22 Desember 2020
Jangan lupa vote dengan menekan tombol 🌟 dan Comment ya.
Vote dan saran kalian sangat di butuhkan 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Rahimah Dilla
sedikit bingung
tapi seru, nyimak lagi thor
2021-04-14
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
terlalu banyak nama tokoh... pusing. Chapter panjang tp kayanya banyak dialog yg membosankan..
2021-03-17
0
Amalia Nanda
seru thor ceritanya...q suka banget..
2021-01-06
0