Part 17 : Shoot! Shoot! And Shoot!

Siang hari yang cerah, matahari terik menyinari dan kepadatan kota yang tak ada hentinya dan di sini juga tempat yang akan menjadi kekacauan minggu ini.

"Bang yakin kan Baim sama Fani gak akan ngaduin kita?" tanya Felicia pada sang abang yang baru keluar dari mobil.

"Sip tenang aja deh, aman. Lagian ini nih untuk senang-senang! Enak aja Ayah sama bunda pergi seminggu honeymoon ninggalin kita gitu aja," ucap Zain.

"Iya sih kalau gitu Go! Ayo kita senang - senang seminggu ini!" seru Felicia ceria sambil berjalan, "dan tentunya melupakan dokumen yang menumpuk."

Kedua kakak beradik itu berjalan dengan cerianya kedalam salah satu mall terbesar dan tersohor di kota.

Rencananya sih mau senang-senang main sambil belanja gitu, tapi gak taulah kedepannya.

Beberapa jam setelah bermain....

Felicia dan Zain sibuk berbelanja pakaian jangan salah sangka dengan keduanya karena memang kalau lagi bosan gini mereka bakal ngabisin uang.

Tapi untuk Elam sang ayah mah gak masalah uang di kantong banyak yang tau kerjanya cuma Zain yang akan menerusi juga Felicia si anak gadis yang mau diajakin susah karena sang abang tak mau mengerjakan berkas-berkas yang ia tinggali.

"Bang bagus gak?" tanya Felicia memperlihatkan baju bewarna gelap pada abangnya itu.

"Gak tau ah Ci kamu milih bajunya gelap semua," ucap Zain.

"Ya biarin biar nampak kesan kesan misterius gitu," balas Felicia lalu kembali memilih bajunya.

Zain memutar bola matanya malas melihat keseliling dan tiba-tiba membulatkan matanya kala melihat seseorang yang tak asing olehnya.

"C-Ci, Ci! Cia! I-itu!"seru Zain membuat Felicia memandangnya kesal.

"Paan sih bang!"seru Felicia dengan kesal, memandang Zain dengan jemu lalu memanggil mbak karyawan toko itu.

"Mbak bisa cariin baju yang ini warna hitam gak?" tanya Felicia pada karyawan itu, menghiraukan Zain yang sedari tadi menepuk pundaknya.

"Mentar ya dek saya cariin dulu," ucap si karyawan tersebut berlalu pergi.

"Ci-Cia itu loh Ci! Itu!" seru Zain dengan panik membuat Felicia tambah kesal.

"Itu apa sih Bang!" seru Felicia.

"Diarah jam 2," ucap Zain yang malah memutar badan Felicia kearah jam 5.

"Salah bang, ini arah jam 5,"  ucap Felicia lalu memutar badannya kearah jam 2, "nah kalau gini betul ini, jadi kenapa di sini?"

"Lihat depat Ci!" seru Zain memegang kepala Felicia, ke atas, lebih tepatnya arah depan.

"Cia Itu! Itu Gusti kan?!" tanya Zain.

Sontak saja mata Felicia membulat kaget melihat seorang pria yang kini sedang tersenyum sambil berjalan dengan teman, tidak, tidak itu bukan temannya.

Bahkan setahu Felicia mereka belum pernah bertemu bagaimana mereka bisa bersama dan juga kenapa bisa jadi begini! Ceritanya gimana?

"Ci ayo ikutin, kayaknya ada yang mencurigakan !"seru Zain.

"Tapi Bang, Masker sama jaket Cia di mobil nanti identitas Cia ketahuan gimana?" tanya Felicia.

"Yaudah kalau gitu ayo! Kita beli masker dulu, Abang juga kalau muka abang ketahuan yang ada musuh kamu nyerang Abang lagi!" seru Zain.

Kedua kakak beradik itu berlalu pergi membeli masker lalu mengikuti pria bernama Gusti tadi. Tapi kayaknya Felicia kelupaan sesuatu apa ya?

"Loh adek sama Mas yang tadi mana ya? Terus nih baju gimana?" ucap karyawan toko baju yang kelimpungan mencari Felicia dan Zain.

Sementara itu kedua kakak beradik yang sedari tadi pergi diam diam mengikuti pria bernama Gusti tadi dan juga teman-temannya.

"Kok mereka ngumpul ya Bang? hampir semua korban yang dulu lagi," ucap Felicia bertanya-tanya.

"Mana tau lagian Ci, perasaan Abang kok gak enak ya?" tanya Zain.

Dan benar saja tak lama satelah Zain mengatakan itu muncul seorang wanita menghampiri Gusti dan yang lainnya membuat mata Zain dan Felicia membulat sempurna.

"Itu Fiona?!" seru keduanya tak percaya.

"Wah liat ada tamu yang tak diundang nih," ucap seorang pria yang tiba-tiba ada di belakang Zain dan Felicia.

Fiona, Gusti dan yang lainnya memandang ke arah kedua kakak beradik itu, sedangkan Felicia masih dengan rasa kagetnya namun sambil berpikir keras apa sebenarnya yang terjadi di sini?

Korban-korban dari kasus yang dia jalankan ada di sini dan mereka masih hidup? Apa ini nyata, tapi bagaimana mungkin.

"Yo liat ada Scarlett di sini," ucap Gusti melihat mereka berdua.

"Dan kebetulan juga misi kita membunuhnya," ucap seorang wanita yang bersama Gusti.

Wanita itu memegang sebuah pistol memutar mutarnya sambil tersenyum sinis lalu memandang tajam Felicia dan Zain.

Sontak saja Zain langsung memegang tangan adiknya itu dan kabur.

"Mau kabur heh, gak semudah itu," ucap wanita tadi sambil mengejar kedua kakak beradik itu di ikuti Gusti dan yang lain.

'Dor

Satu tembakan peluru melesat hampir mengenai Zain kalau saja Felicia tidak menangkap peluru itu.

Pengunjung Mall yang mendengar itu berteriak kaget sambil berlarian.

"Sial ini dalam mall dan mereka main nembak-nembak aja!"seru Zain kesal berlari secepat mungkin menuju keluar begitu juga Felicia.

Dor

Dor

Felicia dengan gesit menghindar dari peluru peluru yang hampir mengenainya begitupun dengan Zain.

Dor

Felicia mengeluarkan sebuah pistol dari tasnya dan menembak balas ke salah satu pria dari mereka mengenai bahunya sehingga pria tersebut berteriak kesakitan.

Gusti dan yang lain membantunya melupakan Felicia dan Zain.

"Benar dugaanku mereka masih belum sempurna," ucap Felicia masih berlari dan masuk ke mobil.

"Maksud kamu?" tanya Zain sambil menghidupkan mobil dan mengeluarkannya.

"Mereka dibuat DE, mereka hanya tiruan," jawab Felicia.

"Tapi bagaimana caranya DE membuat mereka? Sedangkan mereka tampak begitu nyata?" ucap Zain bertanya-tanya.

'Dor

Dor

Belum sempat Felicia menjawab pertanyaan dari Abangnya tersebut suara tembakan lebih dahulu terdengar.

Zain langsung melajukan mobil keluar dari area mall. Beberapa mobil mengikuti mereka sambil menembakkan peluru namun Zain bisa menghindarinya.

"Sial kok mobil yang ngikutin kita banyak bener sih Ci!" seru Zain.

"Mana Cia tau Bang," jawab Felicia lalu mengambil pistol membuka kaca jendela mobil balas menembak mobil yang mengikuti Mereka.

'Dor

Dor

Dor

Satu, dua, tiga peluru melesat menembak ban-ban mobil-mobil yang mengikuti mereka.

Tiga mobil tumbang berjalan tak seimbang karena bannya pecah. Namun, itu tak menghentikan mobil yang lain mengejar Felicia dan Zain.

"Gila aja mereka main tembak-tembakan di jalan gini!" seru Felicia masih membalas tembakannya.

"Sial mobilnya makin banyak aja!" seru Zain.

Felicia mengganti peluru pada pistol yang telah habis lalu tanpa ampun terus menembak.

"Ci, telpon Alan cepatan!" pinta Zain diangguki oleh Felicia.

Felicia mengambil Handphonenya dan segera menghubungi Alan membesarkan Volume meletakkan di antaranya dan Zain lalu kembali membalas tembakan dari mobil-mobil tadi.

'Dor

Dor

Dor

'Gila Fe gue ngangkat telpon kok muncul suara tembakan gitu sih?' tanya suara Alan yang terdengar dari sebrang sana.

"Diam aja bengkek lagian tolongin gue sama Cia kami di kejar-kejar Zombi," ucap Zain.

'Zombi apaan tuh kok kayaknya enak sih' suara Zaeem yang berseru.

"Enak palamu pe'ak Fea kewalahan nih, Bang Zain gantian peluru pistol Cia habis," rengek Felicia.

"Ya elah Ci situasi genting gini masih ngerengek juga parah kamunya,"ucap Zain.

'Dor

Dor

"Ci nunduk!" seru Zain karena peluru dari lawan menembus kaca mobil dan hampir mengenai Felicia.

"Gila mobil Cia dirusakin mereka kan mobilnya bagus gini!" seru Felicia kesal.

"Enak aja ya mulut kalau ngomong, ini mobil Abang kali!" seru Zain tak terima mobilnya diklam oleh Felicia.

"Gak ini mobil Cia kok!" seru Felicia.

"Mobil Abang!" seru Zain tak kalah lalu mereka berdua cekcok mengenai siapa pemilik mobil itu melupakan bahwa nyawa mereka berada diambang ambang kematian.

'Woi diam woi kenapa gak liat kepemilikan mobilnya aja!' seru suara Alana menghentikan petengkaran mereka.

"Iya juga ya, Ci coba liat cari sana," pinta Zain yang di turuti oleh Felicia.

"Bang bang nih," ucap Felicia melihatkan siapa kiranya yang memiliki mobil itu lalu membacanya bersama Zain.

"Ini mobil Ayah?!" seru keduanya membulatkan mata kaget.

"Mampus Ci mati kita!" seru Zain panik begitupun Felicia

'Dor

Dor

Dor

Suara peluru mengema menyadarkan mereka berdua bahwa mereka sedang berada dalam situasi genting.

"Sial, Ci gantian kamu yang nyetir!" pinta Zain diangguki Felicia.

'Zain lo gila nyuru Fea ngendarain mobil!' seru suara nuri di ujung sana.

"Gak gue masih waras dan kini dalam situasi di mana nyawa sebagai taruhan kalau lengah sedikit saja," ucap Zain.

'Tapi Fea masih umur 13 tahun o' on ngapain lo nyuruh ngendarain mobil!' seru Ray.

"Jangan remehin Fea ya kecil-kecil gini mobil mah kecil mau ngendarain yang berat pun Fea bisa!" seru Felicia, "Fea agen dan agen harus bisa melakukan apapun untuk menyelesaikan misi."

"Alan sialan, cepatan tolongin gue dong, itu mobil tambah banyak lagi yang ngejar!" seru Zain jadi kesal.

"Shit, pelurunya pakai habis segala lagi," ucap Zain.

"Bang pengangan yang erat!" pinta Felicia.

"Emang ngapa?" tanya Zain bingung.

Dan tanpa aba aba lagi Felicia mengendarai mobil dengan kecepatan maksimum, lebih malah kayaknya.

"Cia! Kamu mau mati, rendahkan kecepatannya Ci!" seru Zain.

"Gak bisa bang kita dalam situasi genting!" seru Felicia.

Felicia masih melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh meninggalkan mobil-mobil yang ada di belakangnya, Zain hanya bisa mengumpat kesal serta Alan dan yang lain di sebrang sana yang hanya diam bagai mendengarkan suara suara di film aksi yang dibayangkan Zain dan Felicia sebagai tokoh utamanya.

"ALAN!! buruan bantuin gue!" seru Zain.

'ya buruan ke sekolah biar gue bantuin disini,' balas Alan.

"Kakak bego deh masa nyuruh kami kesana sih, yang ada murid sekolah sana yang kena lagi," balas Felicia yang menohok hati.

'Yaudah kalau gitu ketempat lapang sepi biar bisa ngabisin mereka,' ucap Alan jadi ketus.

"Yaudah jangan lupa bawa pistol!" seru Zain.

"Dan jangan sampai kak Juna sama yang lain tau," tambah Felicia.

'Gimana mau ngambil pistolnya kalau kak Juna sama yang lainnya gak boleh tau kalau nanti mereka nanya gimana?' tanya Zaeem.

"Ngapain ngambil pistol sama kak Juna kalau dia sendiri punya, dalam tasnya banyak tuh peluru sama satu pistol juga benda untuk bertarung ada tuh," balas Zain.

'Lo bawa pistol di tas?!' teriak Alana juga yang lainnya di sebrang sana pada Alan.

'Di mana lokasi kalian kirimin ke gue biar gue kesana,' ucap Alan tak mempedulikan teriakan teman temannya.

"Di hutan dekat jalan xxx Fea rasa di sana aman untuk balas mereka," ucap Felicia lalu sambungan telpon dengan Alan terputus

"Ci ini gimana peluru kita dah habis, seharusnya kita bisa ngalahin mereka sedikit disini," ucap Zain sambil melihat mobil-mobil orang DE di depan mereka.

"Ini mobil Ayah kan? Kalau gak salah di sini Ayah ada nyimpan airgun, gun sama pistol deh," ucap Felicia.

"Bang, pegang setirnya!" pinta Felicia pada Zain. Lalu keduanya kembali berganti posisi.

Felicia pergi ke kursi belakang memakai jaket dan maskernya yang merupakan perlengkapan dari WE.

Felicia mencari airgun, gun dan pistol yang dia maksud juga peluru setelah menemukannya Felicia menyembunyikan dua airgun di jaketnya juga beberapa peluru.

Felicia meminta membukakan atas mobil pada Zain. Lalu setelah atas mobil terbuka Felicia keluar sambil menembakan gun pada mobil di depannya.

"Bang langsung belok bang ke hutan dekat jalan yang Cia sebut tadi!"pinta Felicia yang langsung di patuhi oleh Zain dan langsung pergi ke tempat yang di sebutkan tadi.

'Dor

Dor

Dor

  Suara tembakan berbunyi mobil-mobil tadi kembali mengikuti Felicia dan Zain.

  Sesampainya di tempat tujuan Felicia dan Zain segera pergi memasuki hutan meninggalkan mobil yang tak dipedulikan nasibnya yang penting nyawa selamat.

Handphone Zain berbunyi menandakan ada panggilan telpon, Zain mengambil telponnya, melihat tulisan 'ice friend' yang tertera pada handphonenya.

'Si br**g*ek, sebenarnya ini kan gak cocok untuk dia akhir-akhir ini karena suka senyum-senyum gak jelas dianya' batin Zain lalu mengangkat telponnya.

"Ya hallo, assalamualaikum," ucap Zain.

'Wa'alaikumsalam lokasi lo di mana sekarang? gue udah sampai nih tapi cuma nampak mobil ayah lo,' suara Alan di sebrang sana.

"Masuk aja kedalam dulu gue sama Cia di atas pohon," ucap Zain, lalu sambungan telpon langsung di putus oleh Alan.

"Teman latnat memang," gerutu Zain.

"Bang ini peluru untuk Abang," ucap Felicia menyerahkan beberapa peluru pada Zain.

"Thanks jadi gimana? kamu nemuin apa aja?" tanya Zain.

"Gak ada apa apa, tapi kalau Eza di sini pasti lebih mudah, Ciakan jadi bisa istirahat garanya," ucap Felicia.

"Enakan kamunya Ci," balas Zain.

"Biarin," ucap Felicia mencibir namun tak di pedulikan oleh Zain.

"Alan! Naik sini!" seru Zain ketika melihat Alan berjalan di ikuti dengan Elyza di belakangnya.

Alan segera menompat menaiki pohon begitu pula dengan Elyza dengan tampang kesalnya.

"Cia! Kamu mau mati atau gimana?! Aku gak diajak-ajak!" seru Elyza kesal.

"Kamu mau aku ajak mati?" tanya Felicia dengan polosnya pada Elyza.

"Ya gak lah!" seru Elyza, "lagian ada yang kayak ginian aku gak di telpon, kita tuh patner, patner tuh kemana-mana harus sama-sama mulu tau!" seru Elyza kesal.

"iya iya maaf lagian tadi situasi genting," balas Felicia.

'Dor

Dor

Suara tembakan mengema di hutan itu, menghentikan pembicaraan Elyza dan Felicia.

Alan membalas tembakan itu dengan cepat lalu seorang pria tumbang dari atas pohon dengan darah di perutnya.

"Kak jangan sampai membunuh ingat!" seru Felicia pada Alan.

"Iya, gue ingat kok Fe," balas Alan dengan malas.

Suara tembakan kembali mengema peluru melesat hampir mengenai Felicia jika saja Alan tidak menariknya.

"Bukan saatnya kita adu mulut saat ini, ayo balas!" seru Zain lalu menembakkan pelurunya kearah musuh.

"Mereka ada banyak," ucap Elyza bergumam.

"Ci kamu ada pistol lagi gak?" tanya Elyza pada sepupunya itu.

"Gak emang kenapa," jawab Felicia sambil masih Fokus menembak musuh.

"Itu anu soalnya aku gak bawa senjata apa apa nih," ucap Elyza.

Sontak saja Felicia memandangnya tak percaya melupakan musuh yang menyerangnya.

"Terus ngapa ikut sih tadi?!" seru Felicia.

"Ya maaf amarah lebih menguasai tadi," balas Elyza membuat Felicia mendengus.

"Kak Alan, kakak ada pistol lagi gak?" tanya Felicia.

"Gak gue bawa cuma satu kalau pelurunya sih banyak," jawab Alan masih Fokus dengan musuh-musuhnya.

"Huh...kalau Airgun kamu mau gak Za?" tanya Felicia sambil mengeluarkan airgun dari balik jaketnya.

"Boleh aja," jawab Elyza sambil mengambil airgun dari tangan Felicia, dan langsung menembak musuh-musuh yang menyerang membuat mereka tumbang sekaligus.

Entah berapa lama mereka menyerang, musuh bukannya berkurang malah makin banyak.

"Sial kok makin lama mereka makin banyak sih!" seru Zain geram.

"Hati-hati di belakang kalian!" seru Felicia.

Dan tepat saat itu juga beberapa orang berada di belakang mereka sambil mengacungkan senjata keleher mereka.

"Hai Scarlett akhirnya kita bertemu~" suara seorang wanita yang ada di belakang Felicia.

"Dan juga patnernya Gemini bukan begitu manis?" tanya seorang pria yang ada di belakang Elyza.

"Bukan kah ini kakak Scarlett? Aku baru tau ternyata kalian adalah anak Black Mask," ucap pria yang ada di belakang Zain.

"Juga adik Blue Fire atau gue harus manggil Blue Dragon Ice? Kok ganteng baget sih!" seru wanita di belakang Alan mencoel Dagunya, membuat Alan mendengus kesal.

Alan memegang tangan wanita itu memutar tangannya dan memojok wanita tersebut ke pohon.

"Makanya hati-hati dong tante C-07," bisik Alan menekan ucapan terakhirnya.

"Sialan lo bocah suara sexy sexy tapi nyebelin!"seru wanita bercode name C-07 tersebut.

Kini posisi berbalik Alan mencodongkan pistol di kepala C-07 begitu juga dengan Zain yang kini memegang dan meletakkan pisau di leher pria yang bercode name C-09.

"B-10 saya benar bukan?"tanya Felicia berbisik menendang kaki wanita yang di belakangnya, membuat wanita itu terjatuh dan melepaskan Felicia.

Begitu juga Elyza yang menyingkut sikunya pada pria yang di belakangnya, B-06 membuat posisi mereka benar-benar berbalik.

"Kalian tau aku benar-benar terkesan dengan permainan kalian,"ucap Felicia membuat ke empat orang itu mendesis.

B-10 melepaskan diri dari Felicia dan menyerang gadis itu dengan pisau yang ada di tangannya.

Felicia menepis pisau itu dengan pisau yang ia miliki dan melukai wajah B-10.

"Gadis sialan! Wajah cantik gue lo rusak!"seru B-10 membentak.

"Weak wajah cantik dari got udah tante tante masih narsis juga,"ucap Felicia sambil berekspresi pura pura muntah, membuat B-10 mengeram marah.

"Kalian ngapa diam serang mereka!"seru B-10 pada C-07,C-09 dan B-06 dengan marah.

B-06 ingin menenju Elyza namun dengan gesit gadis itu menghindar dan malah balas menenju dan tepat mengenai titik vital tubuh B-06.

Begitupun dengan Alan dan Zain dengan mudahnya melawan C-07 dan C-09.

"Arg sial! B-10 cepat lakukan tugasmu!"seru B-06 membentak.

"Aduh duh kalian ada rencana apa sih om kesal amat, atau karena mudah di kalahin oleh anak kecil?"tanya Elyza meremehkan dan mengejek membuat B-06 tambah mengeram kesal dan menyerang Elyza.

Begitupun dengan yang lainnya yang mulai menyerang kembali.

"Ngecewain baget sih, ternyata cuma segini kemampuan DE,"ejek Zain membuat kemarahan lawannya memuncak.

"Diam bocah!"bentak C-09 sambil menyerang Zain bruntal.

"Yes, I like it like this,"ucap Zain menyerang C-09.

Sedangkan Alan hanya santai menghadapi C-07 yang ntah mengapa menyerangnya secara bruntal padahal dia gak mancing emosi tuh.

"Sial lo benar benar ice dingin banget berhadapan dengan lo!"seru C-07 kesal yang tak tau apa penyebabnya.

Alan hanya diam memandang C-07 dengan datar dan bosan lalu menusukkan belati ke perut wanita itu membuatnya menjerit kesakitan.

"Bodoh menghadapi anak kecil aja kalah!"seru B-06 marah.

"Ngaca dong om, om sama aja,"ucap Elyza,"saya gak nyangka udah di tusuk dua kali masih gak sakit juga yakin situnya kuat atau saya tusuk sekali lagi?"

Pertanyaan Elyza membuat B-06 tambah marah dan menyerang Elyza dengan keadaan kedua lengannya berdarah karena mendapat tusukan pisau dari Elyza.

Elyza dengan gesit menghindar setiap serangan dan ketika mendapatkan celah langsung meninju perut B-06 tepat bagian vitalnya membuat B-06 terpelentang ke belakang sambil mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Sial!" seru B-10.

Yah beda Elyza, Zain dan Alan beda juga Felicia yang melawan B-10.

Felicia dari tadi hanya menghindar dan mengkis menyerang sedikit dan darah langsung bercucuran di tubuh B-10 yang kini penuh goresan luka.

"Sudah cukup main mainnya!"seru B-10 langsung melukai lengan Felicia ketika melihat kesempatan yang sengaja gadis itu berikan. Namun, tentu itu tak di ketahui oleh B-10 sepatutnya wanita itu ingat lawannya kini bukanlah hanya anak kecil biasa melainkan Scarlett si gadis misterius yang licik yang memiliki beribu rencana tak terduga.

"Ayo semua mundur!"seru B-10 langsung pergi begitu juga dengan B-06, C-09 dan C-07 yang berjalan dengan susah payah karena luka di perutnya.

"Cih, mereka kabur,"ucap Alan.

"Cemen memang mereka,"ucap Zain.

"Sudalah ayo kita pergi setidaknya luka kecil harus di sembuhkan bukan?"tanya Felicia.

"Iya nih Ci liat muka aku lecet nih,"ucap Elyza.

"Cuma sedikit kok tuh Ly,"ucap Zain.

"Ya terserah deh,"balas Elyza cuek.

"Sebenarnya mereka menyerang mau apa sih?"tanya Alan.

"Mau ini, nih,"ucap Felicia memperlihatkan pisau berdarah juga sebuah botol kecil.

"Darah?"tanya Alan.

"Iya darah Fea mereka pasti ingin membuat tiruan Fea sama kayak tiruan korban-korban itu,"jawab Felicia.

"Oh jadi mereka menggunakan darah korban untuk membuat tiruannya?"tanya Zain,diangguki sang adik.

"Kalau ini ada sama kamu berarti yang sama mereka apa?"tanya Elyza membuat Felicia tersenyum miring di balik maskernya.

"Liat aja nanti sekarang ayo pergi kita obati luka dulu,"ajak Felicia diangguki Alan, Zain dan Elyza.

Sementara itu di markas DE....

"Hahahha apa apaan ini kalian terluka karena melawan 4 anak kecil hahahha ini benar benar lelucon yang seru hahahha,"ucap B-07 menertawakan B-10,B-06, C-07 dan C-09.

"Diamlah dan B-09 ini pesananmu setidaknya kami membawakannya untukmu,"ucap B-10 memberikan pisau dan botol kecil terisi darah seperti yang di pegang Felicia namun yang ini ntah darah siapa.

"Kerja bagus dengan ini rencanaku akan sempurna,"ucap B-09 berlalu pergi mengurung diri di laboratorium miliknya.

"Setidaknya kalian harus lebih waspada,"ucap B-02 dingin.

'Ini benar benar kejutan Master S aku benar-benar tak sabar bertemu dan bergabung denganmu'batin B-05.

^^^Bersambung....^^^

14 Oktober 2019

27 Desember 2020

Next part ya....

Episodes
1 Prologue
2 Part 1: Misunderstanding
3 Part 2: Something Is Odd
4 Part 3 : Bully And Join
5 Part 4 : Gem Tears
6 Part 5 : Scarlett
7 Part 6 : Who Exactly Is The Protagonist?
8 Part 7 : New mission
9 Part 8 : The Secret Room In WE
10 Part 9 : Plan
11 Part 10 : Relax For A Moment Before Starting
12 Part 11 : Investigation
13 Part 12 : Get information
14 Part 13 :Interrogate The Suspect
15 Part 14 : The Last Crime Scene
16 Part 15 : Complete Friend \ Foe Case
17 Part 16 : WE And Huriya Organizations
18 Part 17 : Shoot! Shoot! And Shoot!
19 Part 18 : A Plan And A Strategy?
20 Part 19 : Fooled Or Cheated (1)
21 Part 20 : Fooled And Cheated (Last)
22 Part 21 : Mesked Women
23 Part 22 : Masked Women (2)
24 Part 23 : Maskes Women (3)
25 Part 24 : Do Not Cry anymore
26 Part 25 : Secret Of The Flower Field
27 Part 26 : Power And Start
28 Part 27 : Masked Women (Last)
29 Part 28 : Finish And Start
30 Part 29 : River Of Blood ( 1 )
31 Part 30 : River Of Blood ( 2 )
32 Part 31 : River Of Blood ( 3 )
33 Part 32 : River Of Blood ( Last )
34 Part 33 : Hallo Berlin, deutschland
35 Part 34 : Mission Mit Oma
36 Part 35 : Bienvenue En France
37 Part 36: Collana Di Pietre Preziose Rubino
38 Part 37 : The story of the past
39 Part 38 : End?
40 Part 39 : Surprise!
41 Part 40 : Treining
42 Part 41 : Matual Desier
43 Part 42 : Meeting (1)
44 Part 43 : Meeting ( Last )
45 Part 44 : Fight
46 Part 45 : Last Fight
47 Part 46 : End? Is It True
48 Epilogue
49 bonus Cerita
50 PENTING!!!
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Prologue
2
Part 1: Misunderstanding
3
Part 2: Something Is Odd
4
Part 3 : Bully And Join
5
Part 4 : Gem Tears
6
Part 5 : Scarlett
7
Part 6 : Who Exactly Is The Protagonist?
8
Part 7 : New mission
9
Part 8 : The Secret Room In WE
10
Part 9 : Plan
11
Part 10 : Relax For A Moment Before Starting
12
Part 11 : Investigation
13
Part 12 : Get information
14
Part 13 :Interrogate The Suspect
15
Part 14 : The Last Crime Scene
16
Part 15 : Complete Friend \ Foe Case
17
Part 16 : WE And Huriya Organizations
18
Part 17 : Shoot! Shoot! And Shoot!
19
Part 18 : A Plan And A Strategy?
20
Part 19 : Fooled Or Cheated (1)
21
Part 20 : Fooled And Cheated (Last)
22
Part 21 : Mesked Women
23
Part 22 : Masked Women (2)
24
Part 23 : Maskes Women (3)
25
Part 24 : Do Not Cry anymore
26
Part 25 : Secret Of The Flower Field
27
Part 26 : Power And Start
28
Part 27 : Masked Women (Last)
29
Part 28 : Finish And Start
30
Part 29 : River Of Blood ( 1 )
31
Part 30 : River Of Blood ( 2 )
32
Part 31 : River Of Blood ( 3 )
33
Part 32 : River Of Blood ( Last )
34
Part 33 : Hallo Berlin, deutschland
35
Part 34 : Mission Mit Oma
36
Part 35 : Bienvenue En France
37
Part 36: Collana Di Pietre Preziose Rubino
38
Part 37 : The story of the past
39
Part 38 : End?
40
Part 39 : Surprise!
41
Part 40 : Treining
42
Part 41 : Matual Desier
43
Part 42 : Meeting (1)
44
Part 43 : Meeting ( Last )
45
Part 44 : Fight
46
Part 45 : Last Fight
47
Part 46 : End? Is It True
48
Epilogue
49
bonus Cerita
50
PENTING!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!