"Fe apa yang lo rasain waktu dengar kata 'tusukan'?"
"Tapi permata tadi asli?"
"Bukan permata tadi namanya bukan topaz dan permata ini namanya juga bukan ruby permata ini namanya dimana aku pernah dengar namanya?"
"Kejar Fan!"
"Aku yakin di sini,"
"Boleh aku bertanya maaf tapi apa kamu robot?"
"Selamat datang di tempatku Cia dan juga Alan,"
'Gak mungkin dia...ini,'
"Grandpa,"
...* * * *...
Dinding itu terbuka menampakan Felicia dan Alan yang keluar dari sana dengan termenung tiba-tiba dinding itu tertutup kembali menjadi dinding sebagaimana dinding biasanya yang tak mungkin bisa ada yang mengetahui bahwa di balik dinding itu ada sebuah rahasia besar.
"Fea!" seru Juna dan yang lainnya.
"Kamu baik-baik saja Princess?" tanya Elam yang entah sejak kapan ada di depan Felicia.
"Ayah kok ada disini?!" tanya Felicia berseru kaget.
"Gak tau tadi dikasih berita seorang gadis kecil menghilang setelah menangis permata," jawab Elam.
"Hehe, maaf Ayah pasti khawatir," ucap Felicia memeluk Elam.
"Ci jangan minta maaf sama Ayah doang dong sama kita iya juga," ucap Zain, Felicia memandang kearah Zain dan yang lain sambil tersenyum.
"Yaudah maaf udah bikin khawatir," ucap Felicia.
"Jadi Ci didalam kamu dapat apa?" tanya Elam.
"Gak ada apa-apa cuma barang barang canggih," jawab Felicia.
"Kamu bohong," tuduh Elam memandang putrinya tajam.
"Gak kok kalau gak percaya tanya aja Kak Juna," ucap Felicia tersenyum menyakinkan.
"Fea jujur Om suaranya jernih," jawab juna.
'Ya iyalah jujur orang tadi sebelum nemu hal luar biasa di sunggahi barang barang canggih, jadi aku gak salahkan?' batin Felicia.
"Om Falih bukannya tadi ada masalah ya saat rapat," ucap Felicia.
"Oh, iya mumpung kamu udah ketemu, Juna keruang rapat sekarang ada rapat penting!" seru Falih pada Juna yang dibalas anggukan oleh Juna.
"Dan kalian, kembali keruangan kalian!" pinta Falih pada El dan yang lain yang diangguki mereka semua.
"Elam ada waktu untuk ikut?" tanya Falih pada Elam, Elam melihat kearah jam tangannya.
"Ada, waktuku luang," jawab Elam
"Terus tadi kok minta bantu," gumam Zain yang didengar jelas oleh Elam.
"Urusannya udah selesai dari tadi oleh Ayah, gak kamu bantupun selesainya cepat, kan untuk ngajar kamu doang, tapi kamunya pergi dengan alasan kerja kelompok," ketus Elam sambil menyindir yang dijawab cengiran oleh Zain.
"Yaudah Juna, Elam ayo," ajak Falih.
"Om Falih Fea ikut ya!" seru Felicia yang diangguki Falih lalu keempat orang itu segera pergi meninggalkan El dan yang lainnya yang juga beranjak pergi keruangan tim RL dengan pikiran masing-masing.
...* * * * ...
Sementara itu...
Di ruang rapat terjadi keributan antar ketua maupun kepten tim.
'Kok ekspetasiku dari kemarin gak ada yang betul ya? Kemarin ruang interogasi, sekarang ruang rapat kirain adem diselesaiin dengan kepala dingin nah ini pakei mulut panas lagi asmosfernya' batin Felicia kecewa.
"Lam!" panggil Falih dengan suara kecil pada Elam, Elam melihat kearah Falih mengangkat satu alisnya bingung, Falih memberi kode menyuruhnya untuk memimpin.
"Yang ketuanya lo ngapa jadi gue sih," bisik Elam.
"Ayo dong Lam," bisik Falih memohon.
"Mohon perhatiannnya semua!" seru Elam membuat semua yang ada diruangan itu seketika diam.
"Maaf mengangu debat kalian tapi semuanya sudah lengkap kan? Kalau begitu lebih baik kita mulai rapatnya yang akan dipimpin oleh Mr. Falih silakan," ucap Elam membuat Falih melotot padanya.
"Kok g-," Falih memotong ucapannya ketika sadar dia sedang dimana.
"Lebih baik anda saja yang melakukannya," ucap Falih sambil tersenyum paksa pada Elam.
"Bagaimana bisa saya melakukannya, sedangkan disini anda pemimpinnya," ucap Elam yang juga tersenyum paksa pada Falih.
"Hei Avram how are you?" tanya Rery menyapa Elam, membuat Juna memandang khawatir pada Felicia sedangkan yang dipandang hanya santai.
"Oh, hi Rery i am fine. How about you?" tanya Elam balik.
"I am good," jawab Rery.
"Ngapa nengok Fea kayak gitu baget sih Kak?" tanya Felicia yang mulai risih dengan pandangan Juna.
"Kamu gak kaget atau apa gitu?" tanya Juna membuat Felicia tersenyum miring.
"Itu bukan masalah lagian aku tau lebih banyak," ucap Felicia dengan netra mata yang berubah menjadi abu-abu lalu kembali lagi menjadi amber yang ntah mengapa membuat Juna menjadi bingung juga tenang secara bersamaan.
"Jadi sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Elam setelah bertegur sapa dengan ketua negara lain.
"Pembunuhan salah satu menteri, Mandiba Pramanaya," ucap Aric.
"Sudah tahu pelakunya?" tanya Elam.
"Kalau kami tau kenapa ada di sini," ucap Asker yang membuat Elam mengangguk paham.
"Bisa ceritakan masalahnya?" tanya Elam lagi semua orang yang ada di ruang itu secara bersamaan memandang Falih membuatnya mengangkat satu alisnya bingung lalu mendengus kesal.
"Sebenarnya kami belum tau dia terbunuh atau mungkin bunuh diri, seseorang menemukannya gantung diri diruangannnya," ucap Falih.
"Dan sampai kini belum ada petunjuk yang pasti," tambah John.
"E se posso commentare questo è abbastanza difficile," ucap De Luca. (dan jika saya bisa mengomentari ini cukup sulit).
"prff...difficile? È ridicolo," ucap Felicia tertawa dalam hati membuat semua mata tertuju padanya. (sulit? Itu konyol)
"Fe jangan buat masalah dong," bisik Juna yang tentu memahami arti bahasa yang diucapkan Felicia.
"Fe, gak buat masalah tuh," ucap Felicia cuek.
"Sai cosa? Sai solo un bambino," ucap De Luca membuat Felicia memandang tajam dirinya. (kamu tahu apa? Kamu hanya anak-anak)
"So cosa non sai," ucap Felicia tajam. (saya tahu apa yang tidak anda ketahui).
"Devvero? Cosa sai?" tanya De Luca sama tajamnya dengan Felicia. (Betulkah? Apa yang Anda tahu)
"Hmm, gimana kalau aku katakan dia dibunuh dengan diracuni," ucap Felicia misterius dengan netra mata yang awalnya berwarna amber kini berubah menjadi abu-abu.
"Dari mana kamu tau dari tadikan kamu di sini juga!" seru De Luca kesal.
"Kakak pandai bahasa Indonesia toh bilang dari tadi kek jadi gak usah capek pakai bahasa asing," ucap Felicia yang membuat De Luca kesal.
"Hei bocah! kamu tuh sopan dikit ngapa ditanya ya jawab!" seru De Luca
"SORRY SIR SAYA PUNYA NAMA DAN NAMA SAYA BUKAN BOCAH!" seru Felicia menekan semua kata dengan mata berwarna merah.
"Dan lagi Anda tak pernah bertanya," tambah Felicia cuek dengan mata yang kembali berubah menjadi amber.
"Wah keren! Matamu bisa berubah warna unik ya," ucap Jiemi salah fokus membuat semua mata menatap kearahnya.
"Ji fokus Ji," ucap Beak Hyeon berbisik pada Jiemi.
"Hehe bàoqiàn (Maaf)," ucap Jiemi cengengesan.
"Ya ya," ucap De Luca sedangkan yang lain hanya mengelengkan kepalanya lalu kembali terjadi perdebatan yang tadi membuat Felicia mengelengkan kepalannya.
"Cia gimana kalau ini adalah tes untukmu?" ucap suara dari alat yang dipakai Felicia ditelinganya membuat Felicia terdiam.
"Bagaimana kau mau?" tanya suara itu lagi.
"Tapi Grandpa....," lirih Felicia.
"Jawabannya ya atau tidak?" tanya suara tadi yang merukan suara grandpa Felicia, Abra.
"Tentu saja ini sebuah tantangan bukan maka aku akan menerimanya," ucap Felicia.
"Om Falih izinin Fea yang nangani kasus ini!" seru Felicia yakin membuat semua mata memandang kaget.
"Are you kidding!" seru John tak percaya.
"Sorry Mr. John, but im not kidding," ucap Felicia dengan dingin.
"aku tak yakin, apa yang bisa dilakukan anak kecil sepertimu? Hanya menghancurkan dan membuat kasus ini teracak, lebih baik kau bermain saja," ucap Chul Moo meremehkan.
"Jika saya bisa menyelesaikan kasus ini?" tanya Felicia dingin membuat Chul-moo menatap lekat gadis itu.
"Aku akan mengakuimu," jawab Chul Moo.
"Tidak buruk kurasa. Jadi, bagaimana pendapat kalian tentang Dark Eyes?" tanya Felicia dengan senyum miring.
"Eh, bocah kamu mau nyelesain kasus atau gimana lain-lain aja tanyanya!" seru Aster kesal.
"Jawab aja ngapa sih inikan ada kaitannya," ucap Felicia sama kesalnya.
"Ada kaitan gimana?" tanya Bram.
"Ini dalang di balik pembunuhan perdana menteri itu!" seru Felicia.
"Motifnya apa?" tanya Juna
"Kakak bodoh atau gimana sih? Perdana menteri itu adalah salah satu pentinggi negara jelas itu adalah mangsa yang empuk, lagian mereka cuma mau buat rusuh," ucap Felicia sambil memainkan hpnya.
"Bikin rusuh gimanasih Fe?" tanya Juna membuat Felicia menghembuskan napasnya kasar.
"Kalian ngerasa ada masalah dengan DE gitu gak sih?" tanya Felicia.
"Masalah?" tanya semua diruangan itu bersamaan.
"Masa sih yang itu itukan udah lama," ucap Bram.
"Ya bisa jadi mereka kan penjahat," ucap Felicia cuek.
"Baiklah jadi gimana cara dia membunuh menteri itu? Diracunin gimana?" tanya Adlar.
"Jadi gini," ucap Felicia menekan sebuah tombol dimeja yang ada disana sehinga menampakan sebuah layar transparan.
"Falih kau memberi izin bocah itu untuk tombol-tombol itu?!" tanya Chul Moo berseru marah pada Falih.
"Tidak! aku tidak memberi izin memang kenapa?" tanya Falih.
"Kau tau kalau dia bocah dan dia tak pantas, kapten tim saja tak pernah diizinkan sedangkan dia aku tak terima!" seru Chul Moo marah.
'Marah sih boleh tapi jangan nginah aku dong,' batin Felicia kesal.
"Siapa yang mengizinkannya!?" seru Chul Moo.
"Aku yang memberi izin apa kau keberatan Chul Moo?" tanya suara Abra yang mengema diruangan itu membuat mereka semua kaget kecuali Felicia tentunya.
"Pimpinan!" seru mereka bersamaan.
"Lebih baik kalian hentikan perdebatan kalian dan biarkan Cia menyelesaikannya!" seru Abra dingin membuat semua yang ada diruangan itu terdiam.
"Lanjutkan penjelasanmu!" pinta Abra pada Felicia.
"Hm, oke liat ini aku rasa racun diletakkan di minumannya dan yang memberikannya dapat dipastikan orang yang sedang menyamar sebagai pelayan," ucap Felicia sambil menunjukan gambar TKP.
"Kalau gitu sebaiknya kita lihat rekaman cctvnya, pasti disana ada cctvnya kan?" usul Beak Hyeon.
"Yah bisa saja tapi mereka tidak ingin memberikannya," ucap Ezra kapten tim Wisteria.
"Ini dia!" seru Felicia girang membuat semua orang melihat kearahnya, seakan tak mempedulikan mereka Felicia menekan sesuatu di keybord layar transparan tersebut yang entah dari kapan ada di sana.
Sebuah vidio berputar seorang pelayan yang masuk keruang menteri itu sambil membawa sebuah nampan minuman dan memberikan pada menteri setelah itu tak ada kejadian istemewa selain menteri yang menyelesaikan pekerjaannya sambil meminum tehnya sedikit demi sedikit Felicia mempercepat rekamannya tepat saat sang menteri kejang secara tiba-tiba dan pingsan setelah dua jam.
Pelayan yang mengantarkan teh tadi masuk kembali keruangan itu dan segera mengunci pintu dan meletak kan tali di paku yang ada di atas lalu memeriksa napas dan denyut nadi korban dan mengangkat tubuh korban seperti mengangkat kapas meletakkan leher korban di tali dan meletakkan kursi di bawahnya sehingga membuat korban seperti benar-benar gantung diri.
Pelayan itu membersihkan ruangan itu menghilangkan jejak dan bukti. Felicia menghentikan vidionya di tempat si wajah pelayan yang tertangkap kamera cctv lalu memperbesar dan mengotak atik komputer itu membuat wajah si pelayan semakin jelas.
"Bingo dia pelakunya!" seru Felicia senang, "sekarang kita cari tau data si pelaku," ucap Felicia sibuk sendiri bahkan dia tak tau semua orang di ruangan itu mamandangnya bingung.
"Oke," gumam Felicia lalu kembali mengotak atik komputer itu lagi dan terlihat sejelas data semua pelayan serta pembantu dan lainnya berserta foto mereka setelahnya Felicia memasukan foto pelayan tadi di data itu untuk mencari orang yang sama menunggunya meloding sembentar, semua orang di ruangan itu melihat Felicia dengan tatapan tak percaya sedangkan Elam hanya tersenyum.
Setelah beberapa lama mencari datanya Felicia mengerutkan alisnya bingung, "Kenapa datanya tidak ada?" gumam Felicia, "masa sih mereka segitu amat," ucap Felicia bingung dan kembali mengotak atik komputer itu membuka beberapa sandi menampilkan data lainnya dan memasukan foto pelayan tadi dan mendapatkan hasilnya.
"Ck, apa-apan ini mereka memakai kode name nama pelakunya hanya B-1084, ini menyebalkan!" kesal Felicia.
"Hei kalian menemukan bukti apa di TKP?" tanya Felicia.
"Bagaimana mungkin kau bisa meng-hack itu semua?" tanya Adlar tak percaya.
"Dan yang terakhir bukankah itu data anggota DE! bagaimana mungkin?!" tanya Bram berseru kaget.
"Jawab pertanyaanku!" seru Felicia dingin membuat orang diruangan itu sedikit gemetar kecuali Elam dan Falih.
"Eh, hm kami tidak menemukan bukti apapun," jawab Jack kapten tim Bumilla.
"Hm...jawaban yang mengecewakan kalian agent bodoh ya," ucap Felicia membuat emosi agen diruang itu naik.
"Hei b-"
"Apa?! Mau protes? Lagian memang benar kok aku aja ketemu petunjuknya," ucap Felicia memotong ucapan De Luca.
"Petunjuk apa yang kau temukan?" tanya De Luca menahan emosinya, Felicia tidak menjawab pertanyan itu tetapi memperlihatkan sebuah kode dilayar trasparan itu.
'URYYB NYY! NLB XVGN OREZNVA FRYNZNG ZRAVXZNGV CREZNVANAXH
GGQ
1-AI 301710 424418'
"maksudnya?" tanya Juna heran.
"Kalian gak tau maksudnya?" tanya Felicia membuat semua kapten tim mengelengkan kepalanya tak tau, Felicia menepuk jidatnya.
"Heran deh kalian benaran agen atau gimana sih ini aja gak tau pelatihan kalian apa aja? Terus kok bisa jadi kapten tim?Cuma agen bodoh gini," ucap Felicia mengelengkan kepalanya.
"Jangan nginah gitu ngapa Fe!" seru Juna kesal.
"Kenyataan juga," jawab Felicia .
"Terus itu kode apa namanya? Emang kamu tau?" tanya De Luca menantang.
"Ya taulah," jawab Felicia.
"Yang huruf itu sandi atbash sedangkan kode itu, itu kode biasa ini hanya sandi dan kode sederhana," ucap Elam menjawab.
"Dan bacaannya...," ucap Falih mencoba memecahkan sandi itu.
"Hello all! Ayo kita bermain selamat menikmati permainanku ttd B-08 Dark Eyes," bukan Falih yang berucap melainkan Felicia.
"Tunggu katamu tadi pelakunya B-1084 kok jadi B-08 sih?" tanya Jiemi bingung.
"Ya enteng aja B-08 itu dalangnya yang melakukan B-1084," jawab Felicia
"Dan ini lokasi pelaku," ucap Felicia menunjukan lokasi pelakunya.
"Kok bisa sih?!" tanya De Luca berseru bingung.
"Ya bisa aja tunggu apa lagi suruh tangkap sana," ucap Felicia membuat Falih tersadar dan segera menyuruh beberapa anggota untuk menangkap pelaku.
"Dan tada akhirnya selesai," ucap Felicia.
"Kerja bagus Cia kau menyelesaikan tes terakhirmu," ucap Abra.
"Tentu saja Anda memberi saya tantangan maka saya akan menyelesaikannya," ucap Felicia santai.
"Jadi menurutmu mereka memakai racun apa untuk membunuhnya?" tanya Abra.
"Arsetik rajanya racun," jawab Felicia.
"Apa?! Mereka pakai racun arsetik!" seru Jiemi.
"Santai ngapa biasa aja juga," jawab Felicia cuek.
"Ok, little detective jadi kau ingin di juluki apa hm...identitasmu kau mengertikan?" tanya Abra membuat Felicia mengangguk lalu berpikir sejenak.
"Aku ingin identitasku sebagai scarlett," jawab Felicia.
"Scarlett? tokoh utama di novel gone with the wind hm...alasannya?" tanya Abra membuat Felicia agak terkekeh.
"Selain namanya yang cantik, Scarlett berarti merah terang aku ingin seperti itu merah memiliki aura kuat, berani, percaya diri, ambisius dan bisa jadi pertanda dan bahaya aku ingin seperti warna merah," jawab Felicia yakin.
"Hahaha jawaban yang memuaskan," ucap Abra.
"Ok, baiklah identitasmu sudah dibuat ku ucapkan selamat datang littel detective Scarlett kau akan di tempatkan di tim RL dan ku sarankan kau untuk mencari asisten kecil," ucap Abra, Felicia hanya tersenyum dalam hati.
'Persiapkan dirimu untuk membalas dendam Cia! Dark Eyes! aku datang dan selamat bermain,' batin Felicia.
^^^Bersambung....^^^
Kamis, 18 Juli 2020
Noveltoon : Selasa, 22 Desember 2020
Jangan lupa vote dan comments
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
💎hart👑
keren... bagus cerita nya..... 👍
2021-04-12
0