Part 2: Something Is Odd

"Menurut saya di mulai dari pemerkosaan yang sebenarnya bukan pemerkosaan," jawab Felicia dengan serius.

"Maksud lo apaan?" tanya Ryon bingung.

"Pemerkosaan yang bukan pemerkosaan?" gumam Juna yang ikut bingung.

"Hmm.. gini dari catatan juga bisa di pastikan awal kejadian ini di mulai dari Jasmine anak Pak Suprianto dan Rian anak Pak Arkara, seperti yang kita ketahui Pak Suprianto dan Pak Arkara adalah musuh dan intinya kasus ini perang perusahaan yang artinya penjahat sebenarnya adalah salah satu dari dua pebisnis ini," jawab Felicia lalu melihat kesekitar.

"Maksudnya?" tanya Abdiel bingung.

"Kalian tidak mengerti?!" tanya Felicia kaget.

"Bisa jelaskan lebih detail lagi!" pintah Juna.

"Ya Allah apa dosa hambamu sehingga dihadapi dengan polisi, agen dan detektif bodoh kayak gini, ini kasus mudah gak rumit loh," ucap Felicia yang membuat Arman, Juna, Adira, Ryon, Abdiel,dan beberapa orang polisi yang ada disana melotot tak terima.

"EH BOCAH KALAU NGOMONG SOPAN DIKIT!" bentak Juna kesal.

"Idih kak gak usah ngebentak juga, saya nangis nih," ucap Felicia dengan raut sedih membuat orang yakin kalau dia benaran mau nangis.

"Kamu lebih cocok jadi aktor aja sana gak usah nguris kasus," ucap Juna datar karena tau kalau Felicia cuma akting.

"Wah kakak lumayan juga, tau saya akting doang nah kakak saya lepas deh kakak memang cerdas yang lainnya bodoh," ucap Felicia.

"Nah kalau itu benar," balas Juna membuat yang lain kesal.

"Hei!-"

"Udahlah mau di jelasin gak?" tanya Felicia memotong ucapan Ryon membuatnya kesal setengah mati.

"Yaudah jelasin cepat!" seru Abdiel kesal.

"Tapi ingat nanti jangan ada yang menyela sebelum saya suruh berbicara," ucap Felicia memberi peringatan.

"Begini awalnya Jasmine dan Rian adalah sepasang kekasih bukan?" tanya Felicia yang dibalas anggukan oleh orang orang disana.

"Hubungan Jasmine dan Rian tidak direstui lantaran karena kedua keluarga adalah musuh bebuyutan, " lanjut Felicia.

"Ya terus intinya," tanya Ryon membuat semua orang menatapnya tajam ( Felicia,Fani&Baim).

"Karena hubungan mereka berdua tidak direstui, Rian memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan jasmine. Tapi Jasmine yang tak terima dengan alasan Rian memutuskannya waktu itu memberi Rian obat sehingga Rian menidurinya. Tapi paginya ketika Rian terbangun dia menjadi panik dan saat itu dia mengambil pisau lipat yang ada di meja di dekatnya dan menusukkannya ke Jasmine lalu ia segera pergi dari situ, tapi, sebelumnya kalian menduga Jasmine bunuh dirikan?" tanya Felicia.

"Ya, karena saat itu kami menemukan Jasmine dengan ada bekas irisan. Jadi, kami menyimpulkan Jasmine mengiris tanganya dulu sebelum menusukkan pisau ke jantungnya untuk membunuh dirinya," jelas Abdiel.

"Dan kami jadi yakin itu bunuh diri karena di pisau hanya ada sidik jari Jasmine," tambah Ryon.

"Tapi ketika korban dianalisis kami menemukan bahwa korban awalnya ditiduri seseorang sehingga kami menyimpulkan itu pemerkosaan," ungkap Adira.

"Pelaku terlampau pintar sehingga bisa menyembunyikan jejaknya, walaupun dengan keadaan panik, sepertinya," tambah Arman.

"Hmm...dan saat kami ingin menangkap pelaku, ia sudah terbunuh bukan bunuh diri tapi dibunuh," tambah Juna.

"Hm...dan kalian tau siapa pembunuhnya?" tanya Felicia dengan smikr kecil di wajah manisnya, semua orang di ruangan itu hanya mengelangkan kepalanya tanda tak tau.

"Ok, baiklah sebelum saya kasih tau siapa pelaku yang membunuhny-"

"Lo tau siapa pelaku pembunuhan itu?! Kok bisa?" potong Ryon bertanya dengan kaget.

"Ya, dan tentu saja bisa karena di antara kasusnya juga sudah jelas siapa pelaku utamanya," ucap Felicia santai.

"Tapi gue masih bingung kok Rian dan Jasmine itu mudah banget putusnya, masa cuma gak direstui doang! Apa ada alasan lain?" ucap Abdiel bertanya tanya.

"Nah itu gue juga bingung kalau benaran cinta pasti di pertahaninnyakan," ucap Arman menambah.

"Iya, bisa aja kalau benaran cintakan mereka bisa kawin lari atau apa gitu kaya di n-"

"Kayak novel-novel gitu," potong Felicia memotong ucapan Adira.

"Iya kok tau?" tanya Adira balik.

"Tau dong cerita kayak gitu klasik udah banyak gak unik lagi, Cia juga udah pernah bac...a," ucap Felicia yang diakhiri dengan tingkah gelagap karena ia telah dipandang tajam oleh Elam dan Khaina.

'Mampus kecoplosan kalau baca novel kayak gituan, gimana nasibku siap ini ya Allah lindungi hambamu yang manis ini' batin Felicia.

"Eh hmm...tentang alasan Rian mutusin Jasmine ya simpel aja sebenarnya dia gak cinta lagi sama Jasmine, alias dia udah punya yang lain," ucap Felicia gelagapan, Juna dan yang lain memandangnya aneh sedangkan Elam dan Khaina masih menatap tajam Felicia.

"Ah iya! tentang pelaku utamanya!" seru Felicia membuat tatapan tajam Elam dan Khaina menghilang di ganti dengan tatapan penasaran.

"Siapa pelaku utamanya?"tanya Juna, Felicia menghembuskan napasnya lega.

"Sebelum saya menjawab siapa pelakunya bisa saya jelaskan dengan terkaitan semua kasus?" tanya Felicia.

"Ya, sihlakan saja biar lebih jelas," jawab Juna.

"Setelah kasus tadi yang berikutnya ada kasus korupsi Amathacorp oleh Pak Upto yang merupakan manejer di Amathacorp sekaligus mata-mata dari Anantaragroup, "ucap Felicia.

"Kok bis-"

"Shtt dengar dulu," potong Felicia .

"Gini Karna Pak Upto kayaknya mata duitan dia mengkhianati Anantaragroup dan beralih berpihak pada pak Suprianto yang mengetahui bahwa Pak Upto sebelumnya adalah mata-mata Anantaragroup sehingga ia menawarkan uang yang amat banyak tapi Pak Upto harus mengikuti rencananya untuk mencuri bank Anantara, Pak Upto langsung menyetujuinya dan memerintahkan Amanga untuk mencuri bank tersebut dengan bantuan Ihsan dan Sandi dengan upah yang dijanjikan sangat besar tapi saat selesai mencuri Amanga memberi upah lebih besar pada Ihsan membuat Sandi marah dan terjadi petengkaran antara Ihsan dan Sandi yang awalnya adalah kawan," ucap Felicia langsung dan jelas dengan satu tarikan napas.

"Seperti yang ditulis disini hari senin kemarin terjadi pembunuhan yang terjadi pada Ihsan dan bekas tembakan. Pelaku sangat ceroboh dengan meninggalkan jejak sehingga kepolisian sangat mudah menyimpulkan itu adalah pembunuhan, tapi ketika pelaku ingin ditangkap ia ditemukan telah tewas, pertanyaannya kini siapa pembunuh Rian dan Sandi?" tanya Felicia membuat semua orang berpikir.

"Hehe...sadar atau engak pembunuh sandi ada disini," ucap Felicia terkekeh kecil.

"Hm...tapi mari kita buka pelaku utamanya dulu," ucap Felicia lagi membuat semua orang penasaran.

"Urutkan dari pelaku pembunuhan, Sandi ambil 's'," ucap Felicia sambil menulis huruf 's'disebuah kertas.

"Lalu Upto 'up' kemudian Rian 'rian' lalu tambah lagi Upto 'to'," ucap Felicia menyelesaikan tulisannya yang dilihat semua orang.

"Suprianto?" gumam semua orang.

"Yap, pelakunya pak Suprianto Amatha, pemilik Amathacorp yang kini berada di Singapura sudah tiga bulan lebih katanya melakukan bisnis kesepakatan tapi mana ada bisnis kesepakatan selama itu pasti kalau lamapun dia bisa pulang ke Indonesia sekali atau dua kali kan? Tapi ini gak ada sama sekali," ucap Felicia.

"Dan yang membunuh Sandi....,"ucap Felicia sengaja memberi jeda.

"Amanga yang ada di dekat pintu," ucap Felicia sambil menunjuk orang mencurigakan tadi yang baru ingin menelpon bosnya.

"Mau ngapa Om? Mau nelpon ketua kejahatan?"tanya Felicia menyeringai kecil.

"Baim! Fani!" seru Felicia pada kedua adiknya yang entah sejak kapan ada di dekat Amanga dan langsung menepuk tangan Amanga sehingga menjatuhkan handphonenya.

   Amanga yang panik langsung ingin berlari tapi setelah melangkah satu langkah dia terjatuh dan langsung pingsan.

   Fani dan Baim bertos'ria sedangkan Felicia mendekat kearah Amanga dan yang lain hanya diam mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Ck,cemen baget sih jatuh dikit aja langsung pingsan," ucap Felicia.

"ngomong-ngomong kalian dapat borgol dari mana?" tanya Felicia tersenyum pada kedua adiknya sambil menunjuk borgol yang ada pada kaki Amanga yang menyebabkan dia jatuh tadi.

"Gak tau, tadi kami dapat di ruangan sebelah," jawab Fani polos.

   Abdiel yang mendengar ucapan Fani berpikir sejenak lalu membelalakan matanya.

"Itukan borgol punya gue!" seru Abdiel kaget.

"Ya terus? Tapi, ini gak di tangkap?" tanya Felicia yang menyadarkan semua orang.

    Juna melihat kearah dua orang anak buahnya seraya memberikan kode yang bisa ditangkap oleh mereka dan dan langsung menangkap Amanga.

"Kak, Kak! Bukannya masih ada dua orang lagi ya?" tanya Baim pada Felicia.

"Iya ya om t-"

"Kakak!" seru semua agen, polisi dan detektif yang ada disana kompak.

"Iya Kakak maksudnya," ucap Felicia.

"Sensi amat dah," ucap Baim.

"Gak ingat umur," tambah Fani.

"Iya Kak, Kak, Kakak-Kakak yang dua gak di tangkap?" tanya Felicia membuat semua orang tersadar.

"Oh ya, Arman ajak anak buahmu untuk menangkap pak Suprianto dan El perintahkan beberapa anak buahmu untuk nangkap pak Upto!" pinta Juna tegas.

"Ya, Pak!" balas Abdiel dan Arman bersamaan.

   Abdiel memerintahkan pada anak buahnya yang ada di ruangan untuk memanggil beberapa orang untuk mengkap Upto.

"Eh tunggu Kak Arman," ucap Felicia pada Arman membuat Arman berhenti.

"Lebih baik kalian telpon aja si Suprianto itu, bilang penjahatnya sudah ditangkap dan bilang kalian butuh penjelasan darinya, karena ini ada kaitannya dengan anaknya lalu bawa beberapa orang ke bandara dan tangkap dia" ucap Felicia, Arman memandang Juna meminta persetujuannya yang hanya diangguki Juna tanda dia setuju.

   Arman lalu pergi menjalankan usulan yang Felicia katakan tadi. Elam berjalan kearah Felicia lalu mengelus kepala putrinya sayang, Felicia memandang kearah Elam dengan muka cemberut.

"Kenapa cemberut gitu?" tanya Elam pada putrinya itu.

"Jangan bilang Ayah tadi kesini niat bantu tapi jadi tertuduh iyakan?" tanya Felicia membuat Elam tertawa.

"Hahaha iya selalu peka ya, anak Ayah yang satu ini," ucap Elam sambil memeluk Felicia.

"Kan, Ayah yang ngajarin," ucap Felicia yang memeluk ayahnya.

"Masih ingat?" tanya Elam lagi.

"Ingat dong! cermati, pahami lalu simpulkan juga ikuti selalu insting dan firasatmu," ucap Felicia tersenyum membuat Elam juga ikut tersenyum.

"Dan licik dikit gak masalah kan?" tanya Felicia membuat Elam lagi lagi tertawa, sedangkan Khaina hanya tersenyum.

"Kamu udah ngertikan? Kalau cermati pahami dan simpulkan kata kata Ayah kalau kamu apa?" tanya Elam.

"Nanti Cia pikirin, " jawab Felicia.

"Nah sekarang Cia mau minta apa?" tanya Elam lagi.

Felicia berpikir sejenak lalu tiba - iba raut wajahnya berubah sendu membuat orang yang melihat menjadi bingung.

"C-Cia mau balik ke Yogya mau ketemu Nenek, Cia ngerasa satu tahun lebih kedepan akan ada kesedihan," ucap Felicia membuat wajah Khaina jadi ikut sendu.

"Cia...."

"Cia kemarin kita udah sepakatkan? Ayah janji sesudah kerja Ayah disini selesai kita langsung pulang ke Yogya ya!" seru Elam menyamakan tingginya dengan Felicia.

  Felicia hanya tersenyum mengiyakan menutupi kesedihan dan airmata yang mau menetes, Elam yang melihat putrinya tersenyum ikut terseyum juga.

"Nah sekarang tuan putri Ayah mau apa?"tanya Elam pada Felicia.

"Cia boleh minta sesuatu tanpa ada larangan?" tanya Felicia yang diangguki Elam.

"Cia mau beli novel boleh?" tanya Felicia lagi dengan mata bebinar.

"Huh, kali ini boleh deh tapi jangan yang romence ya, "ucap Elam memperingati, Felicia hanya senyum cengegesan.

"Sip," ucap Felicia.

"Yaudah Cia mau uang berapa?"tanya Elam.

   Felicia menunjukan lima jarinya di depan Elam sambil tersenyum manis membuat Elam dan yang lain bingung.

"Segini boleh? Yang merah ya!" seru Felicia tersenyum Elam menghela napas pasrah lalu tersenyum mengiyakan lagi pula anak kedua atau putri pertamanya ini jarang meminta sesuatu padanya.

"Ya, boleh," ucap Elam mengeluarkan uang lima lembar bewarna merah dari dompetnya lalu diberikan pada Felicia.

"Terima kasih Ayahnya Cia yang ganteng," ucap Felicia senang.

Abdiel, Adira, Juna dan Ryon yang melihat itu tercengang, berpikir sebanyak apa uang yang dihabisi Elam untuk bocah licik bernama Felicia tersebut.

"Yaudah, Cia pergi dulu!" seru Felicia mencium pipi Elam lalu melangkah ingin pergi.

"Mau kemana?"tanya Khaina.

"Ke Granmed beli buku, Bunda nanti gak usah masakin Cia makan malam, Cia gak bakal makan, bye Bunda!" seru Felicia mencium pipi Khaina.

"Tapi Cia, ini Jakarta bukan Yogyakarta yang mana daerahnya belum kamu kenal kali," ucap Khaina khawatir.

"Iya, Bunda, bye Cia pergi dulu," ucap Felicia membuka pintu lalu...

'BRUK

"Aduh!" seru Felicia terjatuh sambil memegang kepalanya karena menabrak seorang cowok tampan yang kini memegang perut di bawah dadanya karna tabrakan tadi.

"Prff-" Abdiel, Juna dan Ryon menahan tawa mereka.

"Makanya kalau di kasih tau orang tua itu nurut toh ndokkk," ucap Ryon.

"Iya, ini tuh Jakarta yang tempatnya masih asing oleh orang yang pindah dua hari yang lalu," ucap Abdiel.

"Dan lihat belum apa apa udah ketimpa sial," tambah Juna lalu mereka bertiga tertawa sedangkan Adira hanya memandang mereka kesal karna bukannya membantu Felicianya tersayang mereka bertiga malah tertawa.

"DIAM!BERISIK TAU!" Bentak Felicia sontak membuat ketiga pria itu menghentikan tawanya dan hanya menahan.

Felicia menatap Juna, Ryon dan Abdiel kesal dan beralih menatap orang yang ditabraknya tadi dengan tatapan tajam yang dibalas tatapan sama olehnya.

"Eh Cia ngapain kamu di lantai?" tanya cowok lain yang ada di belakang cowok tadi membuat Felicia mendengus kesal sedangkan Ryon, Juna dan Abdiel mati-matian menahan tawa.

"Gak ada nyaman aja disini, emang napa nanya? Mau ikut duduk di lantai juga!" seru Felicia jutek.

"Ya Allah, Dek, jutek amat sama Abang sendiri dosa loh!" ucap cowok itu yang notabenya adalah abang Felicia yang bernama Zain.

"Tapi ngomong-ngomong kamu jatuh ya?" tanya Zain sok polos.

"Tau nanya," ketus Felicia.

Abdiel, Juna dan Ryon lagi-lagi tertawa mendengarnya.

"DIAM!! Nyebelin amat deh jadi orang kalian bertiga, Om-Om gak ingat umur!" seru Felicia membuat Juna, Abdiel dan Ryon menghentikan tawanya dan berubah menjadi suram.

"Hei! Bo-"

"Apa! Mau protes iya?! Lagian siapa yang nyuru ketawa kayak gitu!" seru Felicia galak, membuat Juna, Abdiel, Ryon, Adira, cowok yang ditabraknya tadi, Zain dan juga beberapa orang lagi mengelidik ngeri melihat kemarahan Felicia.

"Gila! singa tidur bangun," gumam Zain kecil.

  Felicia berdiri dengan kesal dan menatap cowok tampan di dekat abangnya dengan tatapan tajam membunuh. Zain memandang adik dan dan temannya itu bergantian dengan bingung.

'Adik gue masih normalkan kok gak terpesona sama Alan yang di gilai semua cewek,' batin Zain bingung.

"Udah ah, sana Cia mau keluar," ucap Felicia ketus membuka jalannya untuk keluar tapi tangannya tiba-tiba ditahan Zain.

"Eitss uang dari mana nih? lima lembar merah semua lagi, "ucap Zain mangambil uang yang ada di tangan Felicia.

"Eh, balikin gak!" seru Felicia melompat mengambil uangnya yang ada di tangan Zain dengan susah karena tingginya hanya sebatas perut bawah dada sang Kakak.

"Lah, gak nyampai? Ambil nih cepat! Lagian dapat dari mana sih?" tanya Zain membuat Felicia berhenti dan pura-pura berfikir.

"Dari Kak Juna, Kak El, Teteh Ara, Kak Ryon, Kak Arman masing-masing ngasih selembar, digabungin dan jadilah lima lembar," jawab Felicia membuat orang-orang tercengan sedangkan Elam dan Khaina hanya mengelengkan kepalanya melihat tingkah jahil anak gadisnya yang satu itu.

"Masa sih?" tanya Zain tak percaya.

"Ya gaklah, baik banget mereka mau ngasih Cia uang segitu dari mukanya aja udah kelihatan kelima limanya pelit semua, uang itu tuh dari Ayah," ucap Felicia membuat Juna, Abdiel, Ryon dan Adira kesal sedangkan Arman? ia sudah pergi dari tadi, ingatkan?

"Kok bisa sih kamu dapat uang sebanyak ini dari Ayah emang Cia habis ngapain?" tanya Zain.

"Cerewet!" seru Felicia kesal sambil menendang lutut Zain membuat Zain mengadu kesakitan.

"Gini dong dari tadi, makasih Abangnya Cia yang ganteng," ucap Felicia tersenyum ketika dapat mengambil uangnya dari Zain.

"Bang Zai, Bang Zain liat nih Fani sama Bang Aim dapat uang masing-masing satu lembar,"ucap Fani.

"Yang merah loh,"t ambah Baim memperliahatkan uang merah satu lembar dihadapan Zain begitu juga dengan Fani.

"Kok bisa kalian habis ngapain sih sebenarnya?" tanya Zain bingung.

"Abis nangkap penjahat!" jawab Baim dan Fani kompak.

"Nyelesain kasus yang gak selesai selasai oleh mereka yang hampir setengah tahun padahal itu kasus mudah," sindir Felicia pada anggota agen, polisi dan dektektif.

"Cia, Cia Abang baru tau selain licik kamu tuh sombong juga ternyata," ucap Zain membuat Felicia melotot kesal.

"Ban*sa* mati aja sana!" seru Felicia mengumpat sambil menginjak kaki Zain.

"Cia ngucap kamu!" seru Khaina.

"Iya Bunda maaf Cia khilaf, makannya ayo balik ke Yogya di Jakarta pergaulan Cia jadi gak baik,"ucap Felicia.

"C-Cia...," ucap Khaina lirih.

"Eh, hmm...jam berapa sekarang?" tanya Felicia gelagap melihat bundanya yang kini tampak sedih.

"Jam 16:00 emang kamu mau kemana?" tanya Zain

"Mau pergi beli novel yang telah lama di incar," ucap Felicia.

"Novel lagi, novel lagi, kayak situnya cerdas amat," sindir Zain.

"Abangnya Cia tersayang, cerdas seseorang tidak diukur dari nilai tapi bagaimana pola pikir seseorang," ucap Felicia dengan bijak.

"Tumben bijak," ucap Zain.

"Ya emang seperti situnya badan aja besar tubuh berbentuk tapi otak kosong melompong dan penakut!" seru Felicia lalu pergi.

"CIA!! !BALIK SINI GAK LO!!" seru Zain kesal.

"Ogah! Cia yang manis pergi dulu dan untuk Kakak-Kakak kepolisian, agen dan detektif sekalian semoga kita gak ketemu lagi karena saya malas ngeladenin orang lemot+bodoh yang gak bisa nyelesain kasus gampil!" seru Felicia.

"FELICIA!!!!" seru Abdiel, Juna, Adira dan Ryon berteriak kesal.

"SOPAN DIKIT NGAPA LO!" seru Abdiel berteriak kesal.

"GAK PERNAH DIAJARIN SOPAN SANTUN APA!" seru Ryon.

"CIA BALIK SINI GAK!!" seru Adira.

"AWAS KALAU KETEMU!" seru Juna.

"IYA KALAU KETEMU KALAU ALLAH NGIZININ! Bye!" balas Felicia tiba-tiba sesuatu benda berdering disaku Felicia mebuatnya melihat siapa yang membuat benda itu berbunyi.

"YA ALLAH EZA kesayanganku!" seru Felicia berlari lalu menghilang.

"Lihat aja tuh bocah nanti," ucap Juna kesal.

"Awas aja," ucap Abdiel dan Ryon kompak.

"Awas aja kalau ketemu gue pastiin nangis tuh bocah," ucap Adira dengan muka menyeramkan membuat Abdiel, Ryon, Zain, temannya yang bernama Alan dan Juna mengelidik ngeri.

"Gue jadi merinding," gumam Abdiel, Juna dan Ryon.

"Bun, sebenarnya waktu ngandung Cia bunda ngidam apa sih?" tanya Zain pada Khaina.

"Gak tau makan coklat sama permen mungkin makanya dia jadi manis gitu," jawab Khaina.

"Ck, bukan itu bun, tapi kelicikannya," ucap Zain.

"Tapi kalau kamu pikirin lagi apa kebaikan adik kamu yang picik itu?" tanya Elam.

"Hmm...apa ya dia tuh peka, pintar tapi pemalas dan kalau masak Cia itu jagonya, masakannya enak banget, " ucap Zain.

"Udah kerekam Bang," ucap Fani pada Baim, membuat semua mata tertuju pada mereka berdua.

'Hmm apa ya dia tuh peka, pintar tapi pemalas dan kalau masak cia itu jagonya,masaknnya enak banget' suara Zain yang terdengar dari benda cangih yang di pegang Baim.

"Wih Fan, ternyata gengsi Bang Ain udah hilang," sindir Baim.

"Iya bang harus lapor sama kak Cia nih," ucap Fani lalu mereka cekikikan berdua.

"Woi, bocah hapus gak rekamannya!" seru Zain kesal.

"Gak mau," ucap Baim lalu terjadilah perdebatan kecil antara kakak beradik itu membuat semua orang mengelengkan kepala.

"Dirumah Om pasti ramai terus ya," ucap Abdiel pada Elam.

"Iya tuh gak kalah dengan rumah Juna iya gak Jun," ucap Elam pada Juna sambil terkekeh.

"Iya Om tapi sayang kami dirumah cuma 6 orang dua lagi pergi kerumah masing masing, Juna jadi dapat ponakan ponakan 3 lagi," ucap Juna.

"Dari Alvin dan Ayla?" tanya Elam.

"Iya, kak Alvin satu sedangkan Ayla udah mau tiga,"j awab Juna.

"What?! Ayla hamil lagi?!" tanya Adira kaget yang dijawab anggukan Juna.

"Oh, ya, Alan sini dulu!" seru Juna pada Alan, Alan berjalan menghampiri Juna dengan wajah bingung.

"Masih ingat Om Elamkan?"tanya Juna, Alan terdiam mengingat lalu mengangguk dan menyalami Elam.

"Ini Alan om, adik Juna yang ke dua anak kelimanya Papa-Mama, Om ingat kan?" tanya Juna.

"Ah, iya yang sering kelahi dan dijahili Cia dulukan? Waktu Cia umur 4 tahun yang punya saudara kembar itu ya?" tanya Elam yang diangguki Alan.

"Tunggu Om jadi yang tadi anak Om yang suka jahil itu?!" tanya Abdiel kaget.

"Iya bego lo kira si manis yang mana lagi anak Om Elam yang cewek yang jahil cuma dia sedangkan yang itu masih bayi," ucap Adira menunjuk Fani.

"Wah kakak kenal Fani dari dulu," ucap Fani yang datang tiba-tiba disamping Abdiel.

"Eh, copot-copot sejak kapan lo ada di sini bukannya tadi di sana," ucap Abdiel.

"Hehehe dari tadi kak," ucap Fani cengengesan.

  Tiba-tiba handphone juna berbunyi, Juna mengangkat telponya dan sedikit menjauh dari yang lain.

"Tunggu dulu kira-kira Cia pergi sama siapa ya?" tanya Zain yang tiba tiba ada di dekat Abdiel bersama dengan Baim.

"Ya Allah Om, kok anak Om pada suka buat orang jantungan sih," ucap Abdiel pada Elam membuat Adira menyingkut lengannya.

"Kata kak Cia dia pergi dengan temannya," ucap baim.

"Teman atau pacarnya?" tanya Zain membuat semua orang binggung.

"Maksud Abang?" tanya Baim tidak mengerti.

"Tadikan dia manggil Eza tuh,Eza bukannya nama cowok ya?" tanya Zain.

"Bukan, tapi itu nama panggilan Cia ke Elyza," ucap Khaina menjawab.

"Eh, Ely di sini juga?" tanya Zain.

"Iya kan rumah kak Ely sama kita dekat," ucap Fani

"Kak Zain goblok sih," ucap Baim membuat Zain kesal setengah mati.

"Tapi ngomong-ngomong kamu tau dari mana Cia pergi sama Ely?" tanya Zain lagi menghilangkan kekesalannnya.

"Ya, Aim sms," jawab Baim.

"Dapat nomor dari mana tuh? pakai handphone siapa?"tanya Zain lagi dan lagi.

"Pakai handphone kak Cia sendiri yang baru dibelinya menggunakan uang dari lomba nulisnya dan juga novelnya yang baru terbit dia bilang kami berdua gak boleh kasih tau siapa-siapa," jawab Baim.

"Tapi bang Aim, bang Aim baru nagasih tau rahasia kita sama kak Cia," ucap Fani.

"Iyaya kok mulut gue ember sih," gerutu Baim.

"Sip, kerekam," ucap Zain membuat Baim panik.

"Bang hapus dong bang!" pintah baim, "Abang taukan gimana ganasnya Kak Cia waktu marah lebih ngeri dari ngaungan singa dan hantu seram."

"Kalau Cia tau kamu ngomong gitu mati kamu," ucap zain.

"Eh, makannya hapus dong dan jangan kasih tau yang tadi," ucap Baim.

"Boleh, boleh tapi jangan kasih tau Cia rekaman tadi dan kirimin aksi Cia tadi, kamu rekamkan tadi? deal," ucap Zain.

"Ok deal Aim kirim sekarang," ucap Baim.

"Siapa yang telpon?" tanya Abdiel ketika melihat Juna yang sudah selesai menelpon.

"Kepala polisi Banyu" jawab Juna.

"Pak Banyu bilang apa?" tanya Adira penasaran, Juna tak menjawab pertanyaan Adira dan melihat kearah Elam ragu.

"Hmm Om kata Pak Banyu dia dan Pak Falih ingin Felicia gabung dengan kami, kira-kira boleh gak?" tanya juna membuat semua orang kaget kecuali Elam yang masih santai dan Khaina yang khawatir.

"DEMI APA!!!" seru Abdiel, Ryon, Zain, Alan dan Baim.

"Boleh aja sih," jawab Elam membuat Khaina memandang suaminya tak percaya.

"Mas kalau Cia gabung sama aja dia dalam bahaya nantinya, kata Junakan Falih sama Banyu mau Cia gabung, itu sama aja Cia akan terlibat dengan agent," ucap Khaina pada Elam.

"Ya gak masalah, hitung-hitung dia nambah pengalaman dari pada dirumah mulu dia gak ada kerja juga kan," ucap Elam santai.

"Tapikan kalau dia kerjasama dengan agenkan bahaya, lagian dia juga masih sekolah apa ini juga merupakan firasat buruk yang dia rasakan," ucap Khaina membuat Elam memandangnya bingung.

"Kemari dia bilang pindah kesini dia merasakan firasat buruk bukan hanya tentang ibu tapi juga hal yang akan terjadi disini, firasat dia selama ini benar terus Mas apa lagi tentang Ayah yang waktu itu," jelas Khaina dengan wajah sendu.

"Kita coba percaya aja denganya lagian keputusan ada di tangan Cia dia mau atau gak," ucap Elam menenangkan Khaina.

"Tapi kalau dia memang dalam bahaya nantinya gimana, Mas masih ingat surat yang membuat kita pindah itukan," ucap Khaina.

"Ya tau, tapi apa salahnya dia mencoba lagian kalau dia dalam bahaya nantinya dia jadi bisa mengatasinya karena sudah berpengalaman dan juga ada Falih, Amin dan yang lain yang bisa ngelindunginya jadi tenang aja," ucap Elam menenangkan Khaina.

Khaina menghembuskan napasnya pelan lalu mengangguk setuju walau masih ada rasa khawatir didirinya.

"Lebih baik kalian tanyain ke Cia dulu," ucap Elam diangguki Juna dan yang lain.

"Kalau gitu Om pamit dulu kamu gimana Zain?" tanya Elam pada anak sulungnya itu.

"Zain disini aja dulu yah mau nonton aksi Cia tadi dengan Alan," jawab Zain.

"Kami gak ditanya Yah?" tanya Baim

"Gak kalian berdua ikut pulang," jawab Khaina

"Kalau gitu Om permisi dulu kapan-kapan kalian main aja kerumah Om tau alamatnyakan?" tanya Elam diangguki Juna dkk lalu Elam berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.

"Yuk Lan nonton, nih ya tadi gue kira Cia akan terpesona dengan lo eh ternyata enggak ya di lupa mungkin sama lo padahal lo rindu banget sama dia,"ucap Zain membuat Alan memutar matanya malas.

"Tapi untung dia gak ada pacar," ucap Alan.

"Hmm iya lagian Cia itu agak susah tertarik dengan lawan jenis maksud gue tuh susah suka mungkin dia belum bisa move on dari cinta pandangan pertamanya," ucap Zain yang entah mengapa membuat Alan kesal.

"Masa lagian siapa yang suka sama anak kayak dia," ucap Alan kesal.

"Ya...mana tau dan asal lo tau yang suka sama Cia tuh ganteng semua mukanya diatas rata-rata," ucap Zain.

"Udah aja ayo kita nonton diruang mereka," ucap Alan kesal berjalan pergi dari sana di ikuti Zain.

"Alan kenapa kesal gitu sih tau Felicia banyak yang suka?" tanya Ryon bingung.

"Tau ah cemburu mungkin," jawab Abdiel lalu mereka terdiam.

"ngomong-ngomong apa maksud Tante Khaina tadi tentang surat?" tanya abdiel memecahkan keheningan, Juna, Adira dan Ryon mengangkat bahu tanda tak tau.

"Yang pasti mungkin Om Elam ada dalam posisi bahaya,"ucap Adira.

"Dan sekarang gimana cara kita ngasih tau si bocah tentang berita tadi?" tanya Ryon.

"Ya seperti katanya tadi kalau takdir pasti ketemu atau kita pergi aja kerumah om Elam sekalian main," ucap Juna lalu mereka pergi keruangan mereka, sedangkan Alan dan Zain mereka udah stay diruangan mereka.

...****************...

"Surat yang menjadi alasan ayah dan Bunda memutuskan pindah kesini," gumam Felicia.

"Dan bisa jadi kalian dalam bahaya," ucap gadis yang ada disamping Felicia.

"Yah mukin ini yang merupakan firasat burukku tapi sebenarnya bahaya apa yang akan terjadi?" tanya Felicia pada gadis tadi yang merupakan teman sekaligus sepupunya yang bernama Elyza yang biasa dia panggil Eza.

"Entahlah tapi Ci kamu terima gak kira kira tawaran tadi?" tanya Elyza.

"Akan aku pikirkan," sahut Felicia, "setidaknya kita tidak salah memilih karena kita jadi mendapat info penting," gumam Felicia.

"Kamu letak dimana perekamnya tadi?" tanya Elyza.

"Di baju teteh Ara," jawab Felicia.

Yah jadi gak heran ya mereka tau percakapan itu karena mereka ngeletak perekam sehingga mendengar percakapan tadi termaksuk hilangnya gengsi Zain dan mulut bocor Baim.

'huh apa yang sebenarnya terjadi dimana kira kira aku bisa mendapatkan jawabannya termasuk tentang pesan misterius kemarin' batin Felicia melihat handphonenya yang tertulis sebuah pesan dari nomor yang tak dikenal.

08xxxxxxxxxx

Kamu dan keluargamu dalam

Bahaya.

Me

Kamu siapa?

08xxxxxxxxxxx

Untuk sekarang kamu gak usah

Tau yang penting aku sudah memberi tau, aku seseorang yang masih ada hubungan darah denganmu.

08xxxxxxxxxxx

Dan tentang musuh pertamanya

Kau harus hati hati karena berhadapan dengan B-08 si psikopat gila.

"semoga pesannya sampai padanya aku tak ingin masuk lebih dalam lagi aku mengharapkanmu"batin seseorang

"Aku masih curiga dengan kasus tadi rasanya ada yang jangal tapi apa ya?" gumam Felicia

"Kenapa Fe?" tanya Elyza

"Gak bukan apa apa kok," jawab Felicia lalu memandang kearah luar jendela.

Ditempat lain...

Di suatu ruangan yang di penuhi bau amis darah dan berbagai potongan bagian makhluk hidup yang di tempel di dinding yang memperlihatkan kesan mengerikan.

Seorang pria berpakaian seperti dokter dengan penampilan acak-acak sedang memotong-motong sesuatu ntah apa yang di potongnya.

"Du du du~ mereka sudah menyelesaikannya oke kita lihat kejutan selanjutnya," ucapnya sambil membelah sebuah kepala dengan sebuah kapak.

  Kepala ya kepala manusia, dia memotong kepala itu dengan senyum yang amat meyeramkan.

"Tenang saja Master kau akan melihat keberhasilanku," ucapnya.

"Hahhaha aku akan balas dendam atas apa yang mereka lakukan," ucapnya dengan sorot kebencian yang mendalam dan dendam.

"Akhhh-," teriak pria tersebut sambil memegang kepalanya dan mengacak rambutnya lalu tersenyum menyeramkan setelahnya dia tertawa dengan mata mengkilat tajam.

"HAHAHAHHAHAHAHAHHAHA"tawa jahat yang penuh dendam tawa mengerikan yang mengema dibagian sudut ruangan itu.

Bersambung...

Jum'at, 17 Mei 2019

Noveltoon : 22 Desember 2020

Jangan lupa Vote dan Comment nya

See you bye~

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nny🌺N⃟ʲᵃᵃ🍁❣️

🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nny🌺N⃟ʲᵃᵃ🍁❣️

kalimatnya panjang2 tapi minim koma... agak bingung jadinya.. pengungkapan kasus pertama tadi rasanya agak gimana gitu... entah... kurang puas aja... lanjut yuk

2021-03-16

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Part 1: Misunderstanding
3 Part 2: Something Is Odd
4 Part 3 : Bully And Join
5 Part 4 : Gem Tears
6 Part 5 : Scarlett
7 Part 6 : Who Exactly Is The Protagonist?
8 Part 7 : New mission
9 Part 8 : The Secret Room In WE
10 Part 9 : Plan
11 Part 10 : Relax For A Moment Before Starting
12 Part 11 : Investigation
13 Part 12 : Get information
14 Part 13 :Interrogate The Suspect
15 Part 14 : The Last Crime Scene
16 Part 15 : Complete Friend \ Foe Case
17 Part 16 : WE And Huriya Organizations
18 Part 17 : Shoot! Shoot! And Shoot!
19 Part 18 : A Plan And A Strategy?
20 Part 19 : Fooled Or Cheated (1)
21 Part 20 : Fooled And Cheated (Last)
22 Part 21 : Mesked Women
23 Part 22 : Masked Women (2)
24 Part 23 : Maskes Women (3)
25 Part 24 : Do Not Cry anymore
26 Part 25 : Secret Of The Flower Field
27 Part 26 : Power And Start
28 Part 27 : Masked Women (Last)
29 Part 28 : Finish And Start
30 Part 29 : River Of Blood ( 1 )
31 Part 30 : River Of Blood ( 2 )
32 Part 31 : River Of Blood ( 3 )
33 Part 32 : River Of Blood ( Last )
34 Part 33 : Hallo Berlin, deutschland
35 Part 34 : Mission Mit Oma
36 Part 35 : Bienvenue En France
37 Part 36: Collana Di Pietre Preziose Rubino
38 Part 37 : The story of the past
39 Part 38 : End?
40 Part 39 : Surprise!
41 Part 40 : Treining
42 Part 41 : Matual Desier
43 Part 42 : Meeting (1)
44 Part 43 : Meeting ( Last )
45 Part 44 : Fight
46 Part 45 : Last Fight
47 Part 46 : End? Is It True
48 Epilogue
49 bonus Cerita
50 PENTING!!!
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Prologue
2
Part 1: Misunderstanding
3
Part 2: Something Is Odd
4
Part 3 : Bully And Join
5
Part 4 : Gem Tears
6
Part 5 : Scarlett
7
Part 6 : Who Exactly Is The Protagonist?
8
Part 7 : New mission
9
Part 8 : The Secret Room In WE
10
Part 9 : Plan
11
Part 10 : Relax For A Moment Before Starting
12
Part 11 : Investigation
13
Part 12 : Get information
14
Part 13 :Interrogate The Suspect
15
Part 14 : The Last Crime Scene
16
Part 15 : Complete Friend \ Foe Case
17
Part 16 : WE And Huriya Organizations
18
Part 17 : Shoot! Shoot! And Shoot!
19
Part 18 : A Plan And A Strategy?
20
Part 19 : Fooled Or Cheated (1)
21
Part 20 : Fooled And Cheated (Last)
22
Part 21 : Mesked Women
23
Part 22 : Masked Women (2)
24
Part 23 : Maskes Women (3)
25
Part 24 : Do Not Cry anymore
26
Part 25 : Secret Of The Flower Field
27
Part 26 : Power And Start
28
Part 27 : Masked Women (Last)
29
Part 28 : Finish And Start
30
Part 29 : River Of Blood ( 1 )
31
Part 30 : River Of Blood ( 2 )
32
Part 31 : River Of Blood ( 3 )
33
Part 32 : River Of Blood ( Last )
34
Part 33 : Hallo Berlin, deutschland
35
Part 34 : Mission Mit Oma
36
Part 35 : Bienvenue En France
37
Part 36: Collana Di Pietre Preziose Rubino
38
Part 37 : The story of the past
39
Part 38 : End?
40
Part 39 : Surprise!
41
Part 40 : Treining
42
Part 41 : Matual Desier
43
Part 42 : Meeting (1)
44
Part 43 : Meeting ( Last )
45
Part 44 : Fight
46
Part 45 : Last Fight
47
Part 46 : End? Is It True
48
Epilogue
49
bonus Cerita
50
PENTING!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!