Matahari kini semakin terik, jam menunjukan pukul 14 : 00 WIB, tak terasa saja mereka telah melakukan interogasi tersangka selama 1 jam penuh, kalau menginterogasi 2 tersangka aja satu jam gimana 4 tersangka lagi?.
Setelah beberapa menit mereka melajukan mobilnya, akhirnya mereka sampai di tempat praktek teman korban Almahyra namanya, yang sebelumnya telah dihubungi Elyza.
"Gue lapar," rengek Zaeem membuat yang lain mengelengkan kepalanya.
"Gue heran deh itu perut atau karet dari tadi makan mulu mintanya,"ucap Faiyaz kesal pada Zaeem.
"Gentong kali tuh perut," timpal Elyza.
Pandangan El terkunci pada sebuah mini market yang ada disebrang jalan."Hm...pantes aja bilangin lapar taunya kode aja."
semua melihat apa yang dipandang El lalu menatap geram pada Zaeem yang cengengesan,"Udah ah,lama-lama disini bikin keki nantinya, bye Fea langsung pergi ya."
Felicia keluar dari mobil sambil memakai maskernya.
"Eh Fe, sendiri aja?"tanya El.
"Iya kalau gitu bye, tunggu aja mentar Fea gak lama kok,"jawab Felicia berlalu pergi.
"Jadi yang beli makananya siapa?" pertanyaan Elyza membuat El dan Ara kompak memandang Zaeem dan Faiyaz.
Di tempat Felicia....
Felicia menunggu di kursi beberapa menit sebelum namanya dipanggil, rencananya ia berpura-pura menjadi pasien di sana dengan menggunakan nama palsu tentunya, karena di tempat prakteknya cukup ramai tak kalah dengan rumah sakit.
"Sahiya putri!"panggilan dari seorang perawat membuat Felicia bangkit dan segera memasuki ruangan orang yang dicarinya.
Ruangan yang cukup nyaman untuk memeriksa pasien memang, di kursi duduk seorang wanita dengan pakaian khas dokternya yang di mejanya terpapampang nama Almahyra Amanda, Felicia duduk di kursi yang telah disediakan setelah dipersilakan duduk oleh Almahyra.
"Baik jadi ada keluhan apa dik?"tanya Almahyra ramah.
"Maaf sebelumnya tapi saya tidak akan lama lama di sini, anda masih ingat yang menelpon anda tadi bukan?" tanya Felicia langsung.
"Oh, ya, jadi ada apa sebenarnya tadi anda menghubungi saya?" tanya Almahyra bingung.
"Baik saya tidak akan bertele-tele apa penyakit yang dialami oleh Fiona, tentu anda tidak asing dengan nama tersebut bukan?"tanya Felicia.
"haha,tentu saja pasien bernama Fiona lumayan banyak di sini, "ucap Almahyra.
"Hah, ya tentu saja anda tidak akan memberitau saya tentang data pasien anda, tapi apakah anda tidak ingin tau tentang keadaan teman baik anda semasa sekolah yang telah menghilang selama dua minggu ini?"tanya Felicia membuat Almahyra diam.
Dokter muda itu menghembuskan nafas kasar."Baiklah, saya akan memberi tau anda."
"Tapi akankah anda juga, memberi taukan saya tentang keadaan Fio?"tanya Almahyra balik memastikan.
"Tentu saja dan saya harap anda tidak akan terkejut mendengar keadaannya saat ini,"ucap Felicia.
"Fio mengalami penyakit gangguan pernapasan dan paru-paru itu semua karena dia memakai obat-obatan terlarang juga yang terakhir...," ucap Almahyra memotong ucapannya ragu ingin mengatakannya.
Felicia memandang Almahyra menunggu jawaban wanita itu, Almahyra menghembuskan nafasnya pelan."Dia terkena penyakit HIV AIDS."
"HIV AIDS?! Bukannya penyakit ini hanya dimiliki pengguna yang menggunakan suntik dan melakukan seks bebas?"tanya Felicia dengan rasa kagetnya.
"Hm...sebenarnya selain menggunakan obat-obatan dia juga mengunakan suntik juga seks bebas," jawab Almahyra memberi informasi baru bagi Felicia.
"Jadi, hm...Fiona adalah teman anda bukan? Berarti dia juga memberitau siapa yang memberikan narkoba itu padanya bukan?"tanya Felicia mencoba mengali informasi.
"Ya, tapi dia tidak menyebutkan nama orangnya dia hanya menyebutkan bahwa dia diberikan itu oleh pacarnya" jawab Almahyra.
'Aih, pacarnya yang mana sekarang, emang dia ada berapa pacar sebelumnya?'batin Felicia bingung.
"Ok terima kasih infonya,"ucap Felicia berbalik dan pergi sebelum itu Almahyra menghentikan langkahnya.
"Tunggu! Bagaimana dengan keadaan Fio?"tanya Almahyra.
"Dia sudah tiada," jawab Felicia singkat namun bisa membuat Almahyra berkaca kaca.
"A-apa m-mak-sud m-mu?" tanya Almahyra terbata dengan air mata yang tak dapat terbendung.
"Dia sudah meninggal, dia dibunuh dengan keadaan mengerikan, bagian tubuhnya terpisah, tubuhnya sudah hampir membusuk karna telah dibiarkan selama dua minggu dengan darah yang menetes juga berulat, sekarang dia sedang di periksa," jawab Felicia.
Air mata Almahyra terus menetes semakin lama ia semakin menangis dengan hiteris Felicia mengosok punggungnya pelan menenangkan wanita tersebut.
"Saya tau ini bukanlah waktu yang tepat tapi apa anda tau tentang Fiana dia pengguna juga bukan?" tanya Felicia setelah tangis Almahyra sedikit reda dan dia sudah agak tenang.
"Fiana saudara kembar Fio?"tanya Almahyra yang dijawab anggukan oleh Felicia.
"Fiana dia...,"
...* * * *...
Felicia memasuki mobil dengan menghembuskan napasnya pelan membuat El, Elyza, Ara, Faiyaz dan Zaeem memandangnya bingung.
"Jadi lo dapat info apa aja tadi Fe?" tanya El.
"Wah tau tau aja ini makanan kesukaan Fea." Dengan sigap tangan Felicia mengambil makanan yang ada di dekat Zaeem untuk mengalihkan topik.
"Fea...,"panggil El.
"Apa kak? Kita gak jalan? Masih ada 3 tersangka sama 1 Tkp yang belum di periksa loh," ucap Felicia tersenyum ceria.
"Lo kenapa sih Fe dari tadi ngalihin topik mulu!"seru El kesal.
Senyum diwajah Felicia luntur Felicia memandang kearah jendela terdiam, Ara mencubit pinggang El gemas.
"Peka ngapa? Jalan aja ayo!"seru Ara membuat El tersadar dan segera menjalankan mobilnya.
"Kak nanti kita ketoko baju dulu," ucap Felicia masih masih memandang jendela.
El menghembuskan nafas singkat. "Iya."
Tak butuh waktu lama mereka sampai di tempat tujuan setelah sebelumnya mereka pergi membeli baju untuk mengganti seragam Zaeem dan Faiyaz juga Felicia dan Elyza yang membeli jeket untuk menutupi identitas nantinya.
Mereka berenam keluar melangkah masuk kedalam gedung apertemen tempat tinggal Amy yang di duga sahabatnya Fiona belakangan ini atau mungkin Fiana ya?
Mereka segera menaiki lift dan pergi ke tempat apertemen Amy berada, sesampainya di depan pintu apertemen, Elyza mengarahkan tabnya kearah tombol password milik apertemen lantaran si Felicia yang gak mau ngapain passwordnya kalau tuh bocah mau dijamin passwordnya cepat kebuka tapi ini ya.
Felicia membuka pintu apertemen tersebut setelah Elyza berhasil membuka passwordnya.
Mereka berenam segera menerusuri tempat itu mencari petunjuk Felicia dan Elyza pergi depan satu satunya kamar yang ada disana, awalnya mereka ingin memasuki kamar itu tapi enggan setelah mendengar suara aneh dari dalam.
"Kak El, Kak Ara kalian periksa kamar itu gih, ada yang aneh di sana kayaknya," ucap Felicia angkat suara.
"Kenapa gak lo aja Fe?"tanya El.
"Gak ah malas," ucap Felicia ngeles, membuat Ara dan El mau tak mau pergi memeriksa kamar itu, Zaeem dan Faiyaz mengikuti kedua orang dewasa itu dia- diam.
Brak~
Sekali tendangan pintu itu rusak karena di dobrak El, hal itu membuat dua orang yang sedang bercumbu di dalam kaget dan menghentikan aktivitas mereka.
"Iuh, mereka menjijikkan pantes aja," ucap Faiyaz ketika melihat hal yang ada di dalam kamar itu.
"Menjijikkan, yang bernama Amy silakan keluar,"ucap El dengan dingin dan segera pergi.
"Tentu dengan baju yang sopan," ucap Ara memperingati yang lebih terdengar sebagai nada sindiran.
"Dan cepat karena kami tak punya waktu lama!" seru Ara dengan dingin.
"Gue baru tau kalau kerja mereka dingin kayak gitu," ucap Zaeem kecil.
"Udah ayo kita ke tempat Fea," ajak Faiyaz yang diangguki oleh Zaeem.
"Ok kalian siap untuk nginterogasi tersangka bukan?" tanya Felicia pada El dan Ara yang diangguki oleh dua orang itu.
"Seperti sebelumnya gunakan cara Fea yang kayak gitu tapi kayaknya kali ini kalian sepertinya tidak perlu lembut," ucap Felicia membuat kedua orang itu mengangguk paham.
Memang tak butuh waktu lama Amy datang menghampiri mereka dengan wajah angkuh.
"Tersangka yang angkuh, heh setelah kepergok tadi ini lucu," gumam Felicia kecil.
Amy duduk di sofa singel dengan gaya angkuh."Ada apa?"
"Wah, wah baru kali ini saya melihat orang seangkuh anda tapi apa wajah anda bisa seangkuh itu lagi ketika mungkin anda telah membunuh seseorang?"tanya Ara sinis, wajah Amy sedikit berubah.
"Baik nona saya yakin anda mengenal Fiona bukan?"tanya Ara lagi.
"Ada apa dengan si b*cth itu?"tanya Amy.
"B*cth ngatain b*cth lucu,"ucap El dengan datar.
"Beri tau kami semua informasi yang lo ketahui tentang Fiona!"seru El yang terkesan membentak membuat Amy takut.
"Baiklah tapi gue gak akan bisa ngasih kalian informasi lebih,"ucap Amy dengan sedikit gemetar.
"Fiona dia pengguna narkoba yang suka melakukan seks bebas, di kantor dia memang ceria tapi di merupaman wanita pecinta dunia malam," ucap Amy membuat El, Ara, Zaeem dan Elyza kaget apa lagi Faiyaz yang selaku adik yang baru mengetahui fakta ini.
Selain pergi ke klub juga menggunakan narkoba kakaknya juga melakukan seks bebas, kenyataan yang benar-benar mengejutkan baginya.
"Baik apa itu saja yang lo ketahui?" tanya Ara lagi.
"Ya, selama gue dekat sama dia hanya itu yang gue tau," ucap Amy.
"Gak berguna cuma buang buang waktu disini," ucap Felicia.
"Ayo pergi!" seru Felicia mereka berenam segera berdiri dan ingin melangkah keluar ya itu sebelum Amy menghentikan mereka.
"Tunggu bagaimana dengan pintu gue yang kalian rusakin," ucap Amy.
"Tanggung aja sendiri,"ucap El cuek membuat Amy geram.
Felicia berbalik menarik Amy dan mendekatkan bibir ketelinga wanita itu sembari berbisik membuat Amy melebarkan matanya karna kaget.
"bukannya ini lucu master dan anak buah melakukan hal tak senonoh," ucap Felicia menatap mata Amy dengan meremehkan.
"Ingat namaku Scarlett dan jangan lupa beri tau mastermu tentang pesanku tadi kalau gitu sampai jumpa lagi A-06 si pelacur," ucap Felicia diakhiri bisikan kecil.
Lalu berbalik pergi dengan smirk dibalik maskernya, El dan yang lainnya juga begitu pergi dengan tenang, sebelum keluar Felicia menendang pintu apartemen itu sampai rusak.
"Satu pintu lagi yang rusak tidak masalahkan? Kalau gitu selamat bersih-bersih nona, dapur anda sangat berantakan,"ucap Felicia lalu berlalu pergi meninggalkan Amy yang kesal.
"Argg detektif dan agent sialan!"
'Hahahaha kasian baget deh ini baru pemulaan DE liat saja nanti kalian akan hancur ditanganku'
...****...
Tak perlu waktu lama mereka berenam sampai ketempat tujuan mereka yang tak jauh dari tempat tinggal Amy.
Felicia menggunakan tudung jeketnya hingga tidak menanpakan mukannya juga menggunakan masker, begitu juga dengan Elyza, mereka berenam memasuki hotel yang merupakan salah satu hotel terkenal di sana dan pergi memasuki klub yang ada di hotel itu.
Penjaga klub tersebut meminta Ktp untuk identitas diri mereka El dan Ara sih tenang-tenang aja tapi yang mereka khawatirkan adalah keempat anak yang mereka bawa apa lagi dua diantaranya.
Tak lama kemudian Felicia, Elyza, Zaeem dan Faiyaz masuk membuat Ara dan El bingung.
"Kalian kok bisa masuk?"tanya Ara bingung.
"Senang ajakan pakai Ktp palsu sip deh siap itu lagian muka Ely sama Fea gak kelihatan juga, kalau dua terlebih yang satu diakan sering ketempat beginian," ucap Elyza yang tentu kata terakhinya ditujukan untuk Zaeem.
"Udah ayo! Aku, Eza sama kak Ara cari si Mirza selebihnya cari bukti lain disini karna ini Tkp terakhirnya!" seru Felicia diangguki mereka semua lalu segera berpencar.
Felicia,Elyza dan Ara menghampiri seorang pria yang ada di sofa sedang duduk dengan para wanita klub malam juga sebagian temannya.
"Mirza apakan saya benar?" tanya Felicia pada pria itu.
"lo benar banget liat dari tampangnya lo kayaknya manis deh suara lo juga seksi," ucap Mirza membuat Elyza Dan Ara melotot dan meratapi nasib Mirza yang kurang beruntung.
Felicia memang diam tapi tak lama setelahnya Felicia langsung memutar tangan Mirza kebelakang dan membuat badan pria itu kesakitan.
"Argg sakit b*ng*sat!"seru Mirza membuat wanita dan teman di dekatnya ngeri, untung musiknya keras jadi gak semua orang yang dengar.
"Hei apa yang lo lakuin sama teman gue!" seru salah satu teman Mirza.
"Pergi tinggalkan kami berempat atau teman kalian akan mati di tangan gue!"seru Felicia dingin membuat para wanita dan teman Mirza ketakutan lalu pergi meninggalkan Felicia, Mirza, Elyza dan Ara.
"Eh bocah lepasin sakit ba*gs*t"ucap Mirza kesakitan.
"Gue punya nama dan nama gue bukan bocah ataupun ba*gs*t,"ucap Felicia.
"Yaudah terus gue harus manggil lo apa?"tanya Mirza.
"Panggil gue Scarlett dan gue juga gak akan lepasin lo sebelum lo ngasih info yang berguna bagi gue," ucap Felicia.
"Oke, oke lo mau info apa?"tanya Mirza.
"Sejauh mana lo kenal Fiona?" tanya Felicia.
"Fiona? Dia cewek gue," ucap Mirza.
"Lalu bagaimana dengan Fella?"tanya elyza.
"Fella? Dia mantan pacar gue lagian tuh cewek gak seasik Fiona, sok aliman tuh cewek enakan sama pacar gue yang sekarang seru kalau diajak main, arg!" ucap Mirza yang diakhiri teriakan kesakitan karena tangannya tambah ditekan kebelakang oleh Felicia.
"Bagaimana hubungan lo belakangan ini dengan Fiona?"tanya Ara.
"Baik baik aja tuh cuman di sedikit aneh belakangan ini diajakin main dianya gak mau, terus ada cowok yang juga suka kesini ngehajar gue mulu untung udah gue kagi bogem tuh cowok biar tau rasa dianya,"ucap Mirza.
"Lo ngasih bogem pasti masih ada bekasnya sampai sekarangkan? Dimana lo bogem dianya?"tanya Felicia.
"Di bawah rahang, udah itu aja yang gue tau," ucap Mirza membuat Felicia melepaskan tangannya dari Mirza.
"Tapi ngomong ngomong lo cantik juga gak mau main nih sama gue?" tanya Mirza pada Ara membuatnya, Felicia juga Elyza geram pada cowok satu itu.
"Coba lo ulangi omongan lo tadi,"ucap El yang ntah sejak kapan ada disana bersama Zaeem dan Faiyaz.
"Cewek yang itu cantik juga gue mau main sama dia arg!"seru Mirza saat bahunya di pegang El.
"Coba aja kalau berani,"ucap El dingin.
"Udah ayo pergi!"seru El berbalik pergi dikuti Zaeem, Ara, Faiyaz, Felicia dan Elyza.
Mereka berenam keluar dari tempat itu pergi menuju mobil dan masuk dengan El yang kesal.
"Jadi barang bukti apa yang kalian dapat?"tanya Ara.
El memberikan kantong berisi pisau yang di penuhi darah kering juga sebuah tas.
"Senjata yang digunakan pembunuh juga tas?"tanya elyza.
"Dan lagi ini tas wanita,"ucap Felicia.
"Ya, itu tas milik korban,"ucap El.
"dan satu hal yang hilang dan itu adalah barang paling penting handphone,"tambah Zaeem.
"aku juga baru nyadar tas kak Fio yang ini,"ucap Faiyaz.
"Dan bisa jadi Handphone ini adalah bukti penting bukan?"ucap Felicia bertanya.
"Yaudah kalau gitu untuk mengakhiri interogasi dan penyelidikan hari ini kita pergi kerumah Kak Fai untuk menanyai tersangka terakhir," ucap Felicia.
"Ayo! Siap ini kita bisa istirahat tinggal yang dimarkas yang kerja," ucap El semangat lalu melajukan mobilnya pergi ke rumah Faiyaz.
Sesampainya di lokasi Felicia, Elyza, El, Zaeem dan Ara memasuki rumah Faiyaz yang tentunya setelah diizinkan masuk oleh si empuh yang punya rumah.
"Silakan masuk duduk aja dulu, Kak Fia paling di kamarnya, belakangan ini dia gak keluar-keluar," ucap Faiyaz.
"Hm kalau gitu bisa kami langsung kekamarnya aja biar cepat selesai kasus ini," ucap Felicia.
Faiyaz awalnya ragu namun karna dari awal ia telah yakin pada Felicia maka ia membawa mereka menuju kamar Fiana.
Faiyaz memandang kearah yang lain sekilas, menghembuskan nafas lalu mengetok pintu kamar. "Kak ini Fai, Fai boleh masukkan, Fai punya kejutan untuk kakak."
"Fai...," lirih orang di dalam sambil membuka sedikit pintu.
"Ayo!" ajak Faiyaz menyuruh mereka masuk.
Mereka masuk ke kamar Fiana yang memiliki cat dinding yang cerah membawakan kesan kehidupan tapi tak sesuai dengan itu aura kamar tersebut sangatlah suram.
"Kak Fia...," panggil Faiyaz.
"Fai....mereka siapa?" tanya Fiana dengan lirih.
"Hm mereka teman-teman Fai, mereka berasal dari agen WE," ucap Faiyaz membuat tubuh Fiana gemeter ketakutan.
"Kalian a-agen? Ja-jangan sakiti a-aku aku mohon, a-aku tidak tau a-apa apa hiks...Fio...hiks...," ucap Fiana gemetar ketakutan.
Mereka semua terdiam menyisahkan suara isakan tangis Fiana, Felicia memandang Fiana lekat lalu menghembuskan napasnya pelan.
"Kalian bisa keluar? Tinggalin Kak Fia sama Fea," ucap Felicia.
"Tapi Fe...," lirih Ara.
"Please....kayaknya kak Fiana terganggu jika ada banyak orang, ini demi dia juga," ucap Felicia membiat Ara juga yang lainnya memutuskan untuk keluar dan menunggu.
Clek~
Pintu kamar tertutup menyisahkan Felicia dan Fiana, Felicia memeluk wanita itu guna menenangkannya.
"Tenang, Fea gak akan nyakitin kakak kok,"ucap Felicia kembut membuat tangis Fiana perlahan reda.
Felicia membimbing Fiana untuk duduk di kasur.
"Oke sekarang kita perkenalkan diri dulu aku Scarlett," ucap Felicia.
"Kamu.... Scarlett? Apa kamu akan menyakitiku?" tanya Fiana yang menjadi gemetar kembali.
"Tidak aku tidak akan menyakiti kakak aku jusru ingin melindungi kakak, aku juga yang menangani kasus kak Fio," ucap Felicia.
"Ya oke, kamu orang baik, aku gak takut karena kamu akan menolongku dan Fio," ucap Fiana.
"Ya jadi karena aku manggil kamu kakak, kakak juga bisa manggil aku Fea itu panggilan dari orang yang dekat denganku, mereka sudah kuanggap sebagai keluargaku jadi aku juga sudah menganggap kakak keluargaku. Nama asliku Felicia dan ingat ini adalah rahasia kita jangan kasih tau siapapun tentang ini"ucap Felicia membuka maskernya memperlihatkan diri.
"Oke ini hanya rahasia kita beduakan? Sekarang kita keluarga," ucap Fiana.
"Ya kita keluarga,"ucap Felicia membuat Fiana memeluk Felicia.
"Nama kita mirip aku Fia kamu Fea cuma beda i dan e," ucap Fiana, Felicia membalas pelukan wanita tersebut dan mengosoknya pelan.
"Pelukanmu hangat, kamu masih kecil tapi seperti seorang ibu, seperti...malaikat, malaikat yang melindungi," ucap Fiana yang hanya diangguki Felicia.
"Fiana,dia mengalami gangguan jiwa jika ingin mengetahui sesuatu darinya kamu harus bisa menenangkannya karena dia mungkin saja bertingkah seperti anak kecil, apa lagi setelah kehilangan Fio pasti dia sangat ketakutan."
Ucapan dari Almahyra yang masih tergiang ditelinga Felicia, rasa simpati menghampiri hatinya mengingat betapa malang nasib Fiana tak terasa satu tetesan air mata keluar dari pelupuk matanya.
"Kamu nangis? Dan air matanya berubah jadi permata? Wah kamu hebat!" seru Fiana.
"Benarkah? Kalau gitu kakak mau permatanya?" tanya Felicia.
"Mau dong! Warnanya bagus biru campur ungu cantik ya!" seru Fiana tersenyum ceria.
Felicia memberikan permata itu pada Fiana. "Kakak tau kakak cantik loh kalau senyum kayak gitu, kakak sama kayak permata ini cantik dan harus dijaga, jadi kakak harus senyum terus ya!"
"Tapi gimana aku bisa senyum dan ceria sedangkan Fiona menderita," ucap Fiana.
"Kakak mau bantu kak Fiona?"tanya Felicia.
"Tentu saja, aku gak kuat liat dia tiap malam menangis, dia selalu meminta maaf, saat aku memeluknya tubuhnya terasa dingin," ucap Fiana.
"Kakak tau siapa yang membunuhnya?" tanya Felicia.
"Tentu saja aku juga tak akan melupakan tentang itu seumur hidupku, si br*ng*ek itu membunuh Fio tepat di depan mataku," ucap Fiana bercerita.
"Padahal aku sudah memperingatkan Fio bahwa jangan pergi tapi dia tetap pergi, dia mengabaikanku, aku mengikutinya saat itu tapi aku terlambat dia membunuh Fio tubuh Fio berumuran darah lalu dia memberikan Fio pada seorang pria sambil tersenyum jahat," ucap Fiana.
"Dia bahkan membawa tas Fio tapi Fio waktu itu menghampiriku membawaku kesana walau aku takut tapi dia menunjukanku handphonenya yang terjatuh yang ternyata ia telah merekam semuanya," tambah Fiana.
"Dia waktu itu kembali, bahkan dia hampir membunuhku tapi aku dengan cepat lari membawa handphone Fio dan meninggalkan tasku disana," ucap Fiana.
"Dia melukaiku di lengan menggunakan pisau yang sama untuk membunuh Fio," tambah Fiana.
"Apakah luka kakak sudah diobati?" tanya Felicia.
"Sudah dan kini itu tidak sakit tapi hatiku sakit dan pilu ketika mendengar tangis Fio tiap malam disini," ucap Fiana.
"Baiklah kak Fia handphone kak Fio sama kakakkan bisa berika padaku kita akan menangkapnya kita akan memasukannya dibalik jeruji besi ini semua demi kak Fio," ucap Felicia.
Fiana menganguk berjalan membuka laci dan memberikan handphone Fiona pada Felicia.
"Fea aku tau aku sekarang sakit tapi aku tidak ingin kedokter mereka menyeramkan, aku ingin kamu menyelesaikan kasus Fio supaya dia tenang," ucap Fiona.
"Ya tapi aku harap kakak tidak akan melakukan hal bodoh seperti bunuh diri misalnya, karena selain kak Fio kakak juga punya mama-papa kakak bukan, mereka kan sayang sama kakak," ucap Felicia.
"Gak mereka gak sayang sama aku mereka cuma sayang sama Fio dan Fai doang cuman Fio sama Fai yang sayang aku," ucap Fiana.
"Ya tapi tetap aja kakak masih punya kak Fai kan, aku juga ada untuk kakak jadi jangan pernah melakukan hal bodoh," ucap Felicia.
"Kamu dengar Fio, Fea juga ada sama aku aku janji aku gak akan ngelakuin hal-hal bodoh kayak gitu," ucap Fiana.
"Good deh kalau gitu Fea pergi dulu ya masih ada urusan kapan-kapan kita ketemu lagi ya Kak," ucap Felicia memeluk Fiana.
"Ingat juga jangan lupa makan jangan makan waktu Kak Fai nyuruh kakak makan doang! Kakak harus ada keinginan bukan kah kakak punya cita-cita yang ingin kakak wujudkan?"tanya Felicia.
"Iya aku punya cita-cita, aku ingin jadi pengusaha sukses aku mau dikenal sebagai orang yang berhasil," ucap Fiana.
"Jadi kalau gitu kakak harus terus belajar, makan teratur dan yang penting sekarang harus banyak istirahat udah ya kalau gitu Fea pergi dulu," ucap Felicia.
"Untuk pelajaran pertama dari Fea kakak harus jawab ya, Assalamualaikum," ucap Felicia tersenyum.
"Wa'alaikumsalam," awab Fiana.
"Good itu udah bagus kalau gitu Fea sekarang pergi ya sampai ketemu lagi," ucap Felicia berjalan keluar dan menutup pintu perlahan meninggalkan Fiana yang berbaring dengan termenung.
Felicia turun dari tangga menghampiri yang lainnya.
"Gimana tadi Fe?" tanya El yang dihirauka Felicia.
"Kak Fai, Kak Fia sedang istirahat jangan diganggu dulu kalau gitu kami pamit dulu," ucap Felicia berpamitan.
"Fea!" seru El karena pertanyaannya diabaikan.
"Nanti Fea ceritain sekarang ayo kita kembali kemarkas," ucap Felicia yang hanya diangguki oleh yang lain.
"Baiklah terima kasih untuk hari ini Fea," ucap Faiyaz ketika mengantarkan Felicia dan yang lainnya keluar rumah.
"Ya tentu saja kalau gitu kami pamit assalamualaikum," ucap Felicia.
"Wa'alaikumsalam," jawab Faiyaz.
Semua masuk kedalam mobil tak terkecuali Felicia, saat Felicia ingin memasuki mobil Fiana datang dan langsung memeluk Felicia.
"Fea aku mau sembuh, aku mau kamu jadi dokterku aku mau seperti normal kembali tidak dengan emosi yang labil dan ketakutan kayak gini," ucap Fiana.
"Boleh kok, datang aja Kemarkas WE kapan kapan ajak kak Fai ya biar kita bisa main bareng, Fea juga bisa nyari dokter yang profesional yang bisa nyembuhin kakak jadi dokter kakak nanti jadi dua," ucap Felicia.
Felicia mengambil sesuatu dalam mobil lalu mengambil permata yang dari tadi di gengam oleh Fiana, Felicia menautkan permata itu menjadi liontin lalu memakaikannya di leher Fiana walau sedikit susah karena Fiana yang tinggi darinya.
"Jangan lupa ya kapan kapan tempat Fea, biar kakak sembuh, kalau gitu Fea pamit dulu assalamualaikum," ucap Felicia memasuki mobil.
"Wa'alaikumsalam," jawab Fiana lalu El menjalankan mobil dan pergi.
"Bye Fea sampai ketemu lagi!" seru Fiana dari kejahuan.
"Aneh kenapa kakaknya Faiyaz kayak anak kecil gitu?" tanya Zaeem.
"Dia terkena gangguan jiwa juga trauma," jawab Felicia,membuat mereka semua memandangnya kaget.
"Nanti Fea ceritain dan besok kita harus menangkap pelakunya bukti kita kayaknya udah cukup," ucap Felicia.
'Walau belum cukup kuat'ucap Felicia.
...****...
Keesoka harinya....
Pagi hari yang cerah semua anggota Tim RL berkumpul di ruangan mereka menunggu kedatangan si detective kecil mereka.
"Lama amat si tuh bocah dia kemana sih, kita mau ngasih laporan juga," ucap Hanif yang kesal karena telah lama menunggu.
"Ly dia kan sama lo terus sekarang dia mana?" tanya Dylan.
"Gak tau katanya ada urusan, lagian laporan kalian udah Ely kirim sama dia," ucap Elyza.
"ya tapikan tetap aja ini udah mau siang juga," ucap Faraz.
"Ya mana Ely tau," balas Elyza cuek.
"kalau kayak gini percuma dong kita kesini," ucap Zaeem diangguki ketujuh temannya.
"Yang nyuruh kalian kesini siapa disuruh sekolah malah bolos capek gue marahin kalian mulu," ucap Arman kesal pada kedelapa remaja itu.
"Yang nyuruh marahi siapa coba?" tanya Nuri membuat Arman geram pada mereka.
Pintu ruangan itu terbuka menampakan Felicia yang datang dengan napas tak beraturan bersama Bima juga Faiyaz dan Fiana.
"Ayo beberapa ikut Fea, kita tangkap pelakunya!"
..."berjalan, mencari, menyelidiki...
...Menemukan mayat dalam keadaan ngeri...
...Aku percaya dan pasti...
...Kasus ini akan cepat selesai"...
...-Scarlett-...
BERSAMBUNG....
^^^23 September 2019^^^
26 Desember 2020
Assalamualaikum Wr. Wb
Apa kabar semua semoga kalian baik baik aja dan sehat selalu ya. Amin....
Sampai sini dulu part minggu ini ada yang bisa nebak gak siapa pelakunya selain DE pokoknya?
Silakan jawab di kolom komentar walau saya ragu apa ada yang baca cerita ini atau gak.
Dan jangan lupa Votenya karna itu sangat berguna apa lagi commen,saran serta masukannya supaya cerita bagus.
Cukup sekian minggu ini dari saya Wassalamu'alaikum sampai ketemu munggu depan
See bye~
Salam dari
Alyaciya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Aulia Nevil Isnain
bingo kak ceritany
2021-01-09
0