"Halo, Bry," ucap Regan saat sambungan telepon terlihat wajah Bryan.
Suara Regan yang bercampur suara tangis terdengar membingungkan. "Al kenapa, Kak?" tanya Bryan dari sambungan telepon.
"Iya, dia menangis dari tadi. Aku bingung bagaimana menenangkannya." Regan yang dari tadi sudah berusaha untuk memberikan susu pada baby Al begitu dibuat bingung saat anaknya tidak mau minum dan justru menangis.
"Hai, Sayang, anak Daddy kenapa?" Bryan memanggil baby Al dari sambungan telepon.
Suara Bryan yang biasa baby Al dengar membuat bayi kecil itu mencari suara berasal. Sejenak tangisnya berhenti saat mencari suara.
Terbiasa digendong oleh Bryan, Al sudah tahu jika suara Bryan terdengar, tangan kokoh Bryan akan menggendongnya. Namun, saat tidak merasakan gendongan Bryan, dia kembali menangis.
Regan menghela napasnya. Sejak anaknya lahir, dia memang sibuk dengan Selly. Ditambah lagi saat mengunjungi anaknya, dia hanya bisa sebentar, jadi wajar saja jika anaknya itu menangis saat bersama dengannya.
"Kenapa?" tanya Shea saat sudah selesai menyusui anaknya.
"Al menangis." Bryan menjawab pertanyaan Shea.
Shea pun ikut berbicara di sambungan vidio, berusaha menenangkan keponakannya itu. Dia menjelaskan pada Regan kenapa baby Al biasanya menangis. Shea juga meminta untuk Regan bersabar karena baby Al masih beradaptasi dengan tempat baru.
Regan pun mematikan sambungan vidio, dan melanjutkan menenangkan anaknya, sesuai yang diajarkan Shea.
Memangku tubuh kecil anaknya, Regan duduk di kursi dekat dengan tempat tidur Selly. "Lihatlah, Sayang! Apa kamu tidak mau membantuku untuk menenangkannya?" Regan yang memberikan susu pada anaknya seraya berkata pada Selly.
"Aku yakin, aku akan benar-benar kelelahan menjaganya," keluh Regan. Matanya sudah sangat mengantuk, tetapi anaknya belum juga ingin tidur.
"Nanti saat kamu sadar, aku akan membalasmu. Aku akan tidur dan membiarkanmu untuk menjaga anak kita." Regan terus saja berceloteh menceritakan rencananya.
Sayangnya tidak ada respon dari Selly, dan membuat Regan merasa sedih. Namun, dia berusaha untuk kuat. Apalagi anaknya sangat membutuhkannya.
Akhirnya Regan kembali membawa anaknya ke kamar bayi yang berada tepat di samping kamarnya. Kamar yang terhubung dengan kamarnya itu, memudahkan dia untuk mengecek Selly juga.
Di kamar, Regan menemani anaknya yang masih terjaga. Dengan cara yang diberikan oleh Shea, akhirnya bayi kecil itu berhenti menangis. Namun, tetap saja mata kecilnya terus berjaga, dia justru asik mengajak daddy-nya untuk bermain.
Hingga menjelang pagi, akhirnya baby Al bisa tidur juga. Regan yang lelah pun akhirnya tidur tepat berada di sampingnya. Dia ingin memanfaatkan waktu yang tinggal sebentar sebelum dia berangkat berkerja.
***
Baru saja Regan merasakan tidur nyenyaknya, suara baby Al kembali terdengar. Matanya yang masih mengantuk, terpaksa harus segera dia buka. Dia mengecek ternyata popok yang dipakai anaknya sudah penuh. Dia pun menggantinya, agar bayi kecil itu nyaman, dan benar saja bayi kecil itu pun tidur kembali, saat sudah merasakan kenyamanan.
"Waktunya pagi Daddy berangkat bekerja, kamu tidur." Regan hanya tertawa melihat aksi anaknya. Semalaman bayi kecilnya tidak membuat tidur, kini saat pagi dia enak menikmati tidurnya.
Walaupun dengan tubuh yang terasa lelah. Regan harus melanjutkan aktifitasnya. Pertama hal yang dia lakukan adalah membersihkan tubuh Selly. Jadwal rutinnya di Rumah sakit tetap dia kerjakan saat di rumah. Dia tidak mau istrinya disentuh oleh siapapun termasuk dengan perawat. Jadi dia sendiri yang selalu membersihkan istrinya.
Selesai membersihkan Selly dan menitipkan pada perawat, Regan beralih pada anaknya. Karena anaknya harus berjemur terlebih dahulu sebelum mandi, dia pun menemani anaknya untuk berjemur.
Tepat pukul sembilan, Regan sudah selesai dan merapikan anaknya. Dia tinggal mengantarkan baby Al ke rumah Shea.
"Hai, anak mommy sudah ganteng," ucap Shea yang melihat baby Al diantar Regan ke rumahnya. Dia langsung meraih tubuh kecil Al. "Apa dia semalam menangis?" tanya Shea pada Regan.
"Seperti cara yang kamu berikan, dia berhenti menangis. Namun, dia tetap tidak tidur dan mengajakku bermain," jelas Regan tersenyum tipis.
"Wah, kamu mengajak Daddy main ya?" Shea mendaratkan kecupan karena begitu gemas dengan baby Al.
"Apa Bryan sudah berangkat?" Regan yang tidak melihat Bryan.
"Kakak lupa jika ini sudah jam sembilan, tentu saja Bryan sudah berangkat dari jam delapan tadi." Shea tertawa mendengar ucapan Regan.
Bryan memang terbiasa berangkat jam delapan pagi. Kegiatan paginya hanya bersiap ke kantor dan setelah itu menemani anaknya berjemur. Jadi dia tidak terlalu siang ke kantor. Apalagi sekarang hanya ada satu anak, jadi kerepotan tidak terlalu dirasa.
"Iya, ini sudah jam sembilan," jawab Regan. Saat di Rumah sakit kegiatannya memang hanya menjaga Selly, dan itu tidak membutuhkan waktu yang banyak. Namun, kini dia harus menjaga Al dan merawatnya jadi wajar saja hingga jam sembilan dia baru bisa berangkat bekerja.
"Ya sudah, Kak Regan berangkat saja, biar Al denganku."
"Terima kasih, Se."
Regan berpamitan dan melanjutkan kegiatannya ke kantor, sedangkan Shea masuk ke dalam rumah dengan membawa baby Al dan meletakkannya bersama dengan baby El.
***
Di kantor wajah Bryan terlihat sangat muram. Semalam dia sudah gagal melakukan penyatuan dengan istrinya, karena anaknya menangis di tengah-tengah permainannya.
Namun, lebih parahnya lagi saat dia akan mengulang kembali setelah anaknya tidur, suara tangis terdengar kembali, dan menggagalkan kegiatannya lagi.
Cukup lama Bryan menunggu anaknya tidur kembali, tetapi sayangnya bayi kecil itu justru mengajak bermain malam-malam. Mata kecilnya terus berjaga dan tidak mau terpejam.
Bryan yang lelah menunggu akhirnya justru ketiduran dan membiarkan Shea yang menemani anaknya.
"Kenapa wajahmu?" tanya Felix yang melihat wajah kusut atasannya itu.
Bryan hanya menatap malas pada Felix. Dia juga malas membahas mengenai kegagalannya, karena pasti hanya akan menjadi bahan ledekan Felix.
"Pasti gagal lagi," tebak Felix tertawa. Mengenal Bryan bertahun-tahun sudah sangat membuat Felix hapal bagaimana saat temannya itu tidak dapat sebuah kenikmatan.
"El menangis," jawab Bryan seraya menghela napas.
Tawa Felix pun pecah. Dugaannya tepat jika temannya itu gagal melakukan kegiatan malamnya dengan istrinya.
"Akan sulit jika sudah punya anak, jadi putarlah otakmu itu memikirkan cara tepat."
"Kamu belum merasakan, jadi jangan seperti orang yang sudah mengerti!" Bryan meraih berkas yang bawa Felix dan mengeceknya.
"Aku memang belum bisa menjalaninya, tapi aku tahu banyak," jawab Felix dengan sombong.
Bryan hanya berdecih mendengar ucapan sombong Felix.
"Mau aku beritahu caranya?" tanya Felix dengan menaikan alisnya dan senyum mengembang di wajahnya.
Bryan hanya menatap tajam pada Felix. Selama ini banyak saran Felix yang dia pakai. Jadi dia yakin kali ini sarannya pasti akan menguntungkan dirinya. "Apa?" tanyanya ingin tahu.
.
.
.
.
.
...Jangan lupa like, koment, dan vote....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Just Rara
pasti saran felix aneh2 ni 😜
2022-10-11
0
Lek "A"
Felix jail banget
2022-06-15
0
Suhaila Azhar
kalau felix yang kasih idea mahh sesat semua tapi dia kasih saran ke brayan engak papa jugak udah halal tuh sama shea
2021-10-27
1