Malam ini Bryan dan Shea akan tidur dengan baby El saja, karena baby Al sudah berada di rumahnya sendiri. Walaupun merasa aneh karena hanya bertiga saja, tapi mereka mencoba untuk beradaptasi kembali.
Setelah makan malam, baby El terbangun. Kini mata kecilnya memperlihatkan binar terang. Seterang lampu di kamar Bryan dan Shea.
"Kenapa dia bangun?" gerutu Bryan yang melihat anaknya. Padahal, rencananya yang sudah disusunnya sejak lama itu, akan dia realisasikan malam ini. Karena gemas, Bryan mendaratkan kecupan bertubi-tubi.
Shea hanya tersenyum melihat wajah kesal Bryan. Dia tahu jika suaminya sudah menunggu cukup lama, dan di saat seperti ini dia harus bersabar untuk menunggu. "Tunggu aku tidur lagi ya Daddy." Shea menjawab dengan suara dibuat seperti anak kecil.
Bryan menoleh mendengar ucapan istrinya. Satu kecupan mendarat sempurna di pipi Shea. Dia benar-benar gemas melihat Shea yang seolah menggodanya. Tawa Bryan dan Shea pun terdengar, dan membuat baby El hanya menatap bingung
"Al sedang apa ya?" tanya Shea di sela-sela menemani anaknya yang masih belum tidur.
"Entah, mungkin seperti El dia juga sedang mengajak main." Bryan menjawab pertanyaan Shea seraya memainkan rattle. Mainan itu adalah mainan kesukaan El, karena suara 'krincing-krincing' membuatnya menatap terus pada mainan itu.
"Kasihan juga kak Regan, harus sendiri menjaga Al. Aku tidak bisa banyangkan jika itu kamu." Shea bergidik ngeri membayangkan itu dialami oleh dirinya dan Bryan.
"Kenapa bilang seperti itu? Itu tidak akan pernah terjadi pada kita." Tangan Bryan menarik lembut tangan Shea, seolah dia tidak akan pernah melepas istrinya. "Aku tidak bisa bayangkan dan tidak mau membayangkan!" Rasa cintanya yang teramat besar pada Shea kadang membuatnya takut kehilangan wanita yang amat berharga dalam hidupnya itu.
"Maaf, aku hanya terbawa suasana dan ketakutan saja." Sebenarnya Shea tidak bermaksud membuat suaminya itu ketakutan. Niatnya, hanya membayangkan jika kejadian seperti Regan terjadi padanya.
Bryan mengangguk dan melanjutkan bermain dengan anaknya.
Akhirnya tepat pukul sebelas malam, baby El tertidur. Penantian panjang Bryan dan Shea akhirnya sebentar lagi di depan mata.
"Kita pindah kamar sebelah saja?" ajak Bryan pada Shea.
"Apa tidak apa-apa meninggalkan El sendiri?" Shea masih sangat ragu harus meninggalkan anaknya sendirian.
"Kita hanya sebentar," bujuk Bryan.
Shea menatap Bryan. Dia tidak yakin jika suaminya benar-benar akan sebentar melakukannya. Saat hamil saja, Bryan cukup lama, apalagi sekarang. Shea tidak bisa membayangkan hal itu.
"Jangan terlalu banyak berpikir! Semakin kamu lama berpikir, El akan segera bangun." Melihat istrinya yang entah memikirkan apa, Bryan pun sedikit kesal.
"Iya." Shea hanya bisa pasrah. Dia bangun dan menuju ke kamar tamu yang berada di sebelah. Mereka sudah sepakat, tidak akan pernah melakukan di samping anak, atau ada anak mereka.
Namun, saat hendak membuka pintu kamar, Shea meminta Bryan untuk mematikan peredam suara, agar saat El menangis, suaranya bisa terdengar.
Sampai di dalam kamar, Bryan langsung menutup pintu. Dengan gerakan cepat Bryan mengendong Shea ala bridal style. "Aku benar-benar merindukanmu." Rasanya Bryan sudah tidak sabar melepaskan rasa rindunya.
"Aku juga merindukanmu," ucap Shea. Wajahnya begitu malu, seperti ini adalah hal pertama yang dilakukannya.
Meletakkan tubuh Shea di atas tempat tidur, Bryan melihat lekat wajah Shea. Dia mendaratkan kecupan-kecupan di wajah Shea, Dari dahi, turun ke mata, ke pipi, dan terakhir pada bibir manis milik Shea.
Mencium lembut, dia menyesap manisnya bibir Shea. Dengan gerakan yang sama Shea membalas ciuman suaminya. Tangan Shea yang berada di leher Bryan, membuat ciuman mereka lebih dalam. Pertemuan dua bibir itu membuat napas mereka saling memburu.
Perlahan Bryan melepas kancing piyama milik Shea. Perlahan bibirnya menyusuri ke bawah, memberikan kecupan di setiap tubuh istrinya.
Shea yang mendapatkan perlakuan itu membuat suara desahan lolos dari mulut manisnya.
Mendengar suara sexi yang begitu dia rindukan, Bryan benar-benar menggila. Melanjutkan kecupannya, dia menghentikan aksinya saat melihat garis di perut Shea.
Garis yang melintang dari sisi kanan ke sisi kiri, seolah membelah tubuh Shea, dan itu tercetak di tengah-tengah kulit putih milik Shea.
Satu kecupan mendarat di garis yang adalah bekas operasi itu. "Terima kasih, sudah melahirkan anak kita." Bryan kembali mendaratkan kembali satu kecupan. "Aku berjanji, tanda ini akan selalu mengingatkanku, jika tubuh indah ini sudah berkorban untuk nyawa kecil."
Bryan menatap Shea. Rasanya cintanya tak pernah padam untuk istrinya. Shea pun tersenyum, menatap Bryan.
Dia beralih membuka bajunya. Dia sudah tidak sabar untuk memulai merengkuh kenikmatan. "Aku akan pelan-pelan." Bryan sudah banyak membaca jika setelah melahirkan akan sangat sakit, walaupun dia sudah melakukan pemanasan.
"Iya," jawab Shea disertai anggukan.
Namun, saat Bryan sudah siap memulai penyatuannya dengan Shea, suara tangis anaknya terdengar.
"El," ucap Shea. Dengan panik Shea mendorong tubuh Bryan, hingga Bryan mundur. "Bajuku mana?" tanya Shea panik. Matanya melihat ke sekitar lantai mencari piyamanya. Meraih piyamanya, dia memakainya. Tanpa mengancingkan kancing piyamanya, dia berlalu meninggalkan Bryan.
Bryan hanya bisa terperangah melihat aksi istrinya yang meninggalkannya tanpa pamit. Menatap miliknya yang sudah siap untuk mulai permainan, dia merasakan frustrasi. "Astaga, kenapa aku harus menunggu lagi?"
Shea yang masuk ke kamar, melihat baby El yang menangis. Bersamaan dengan tangis El ternyata suara telepon juga berdering. Shea menduga, jika anaknya menangis karena suara telepon yang berdering. Mendekat pada anaknya, dia menenangkan baby El yang menangis.
Dengan menyusui baby El dia menenangkan baby El yang menangis. Seraya menyusui El, dia meraih ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya.
Mata Shea memicing saat melihat ternyata nama Regan yang tertera di layar ponselnya. Shea ingin mengangkatnya, tetapi karena Regan melakukan panggilan vidio, dia urung mengangkatnya, karena dia masih menyusui.
Dengan langkah gontai Bryan masuk ke dalam kamar. Wajahnya kesal karena baru saja dia ingin memasukan bola ke dalam gawangnya, tetapi wasit sudah meniupkan peluit berakhirnya permainan.
"Sayang, Kak Regan menghubungi, coba kamu angkat!" Shea yang melihat Bryan masuk ke dalam kamar, meminta suaminya untuk mengangkat ponsel yang dari tadi tidak berhenti berdering dan sangat menganggu El.
Bryan menghela napasnya. Belum hilang kesalnya karena harus menghentikan permainan. Dia harus mengangkat telepon kakak iparnya yang menghubungi malam-malam. "Kenapa dia menghubungi?" tanya Bryan heran.
"Mungkin terjadi sesuatu dengan Al," jawab Shea, "sudah cepat angkat!"
Karena itu adalah sambungan vidio, Bryan harus menjauhkan dari Shea yang sedang menyusui El.
.
.
.
.
.
...Jangan lupa like, koment, vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Win
Tunda lagiii... Sdh sampe ubun2
2023-02-19
0
Just Rara
kasih dady bryan,gagal masuk gawang bolanya😄😄😄
2022-10-11
0
Lek "A"
pusing kepala Daddy Mom😂😂
2022-06-15
0