Tempat tidur ukuran king size di kamar Bryan dan Shea, kini diisi oleh empat orang. Dua dewasa dan dua bayi kecil. Bryan, Shea, baby Al dan baby El. Dua bayi kecil itu pun tidur di antar Bryan dan Shea.
Setelah makan malam, Bryan dan Shea sudah bersiap untuk tidur. Namun, sepertinya impian merengkuh mimpi indah sirna saat mata bening kedua anak bayi yang sedang asik berada di tempat tidur itu, terbuka lebar lebar. Bryan dan Shea hanya saling pandang. Tawa mereka pecah saat ternyata mereka akan menyambut malam dengan berjaga.
"Mau aku buatkan kopi?" tawar Shea. Dia tahu mata mereka harus terbuka sepanjang malam, jadi amunisi kopi untuk Bryan akan sangat membantu untuk tetap terjaga.
"Sepertinya boleh. Karena mereka sudah siap untuk berjaga sepanjang malam," ucap Bryan seraya melihat dua bayi yang saling beradu lengan seolah ingin membuktikan siapa di antara mereka yang paling kuat.
Shea pun tersenyum. Dia keluar dari kamar, dan menuju ke dapur untuk membuatkan kopi suaminya, sedangkan Bryan bermain dengan si kecil. Dengan membawa rattle di tangannya, Bryan menggoyangkan dan menciptakan suara 'krincing-krincing'. Suara yang dihasilkan rattle yang dipegangnya menstimulasi pendengaran anak-anak. Apalagi warna yang cerah membuat mata kecil penuh binar itu memandang benda yang dipegang daddy mereka.
Sesekali Bryan mengarahkan ke kanan dan ke kiri, dan membuat mata baby Al dan El mengikuti kemana daddy mereka membawa mainan yang menurut mereka menarik itu. Bryan dan Shea sepakat mengajarkan baby Al untuk memanggil mereka dengan sebutan daddy dan mommy seperti baby El.
"Ini kopinya," ucap Shea meletakkan secangkir kopi di atas nakas.
"Terima kasih." Bryan pun mengangguk dan fokus kembali pada anak-anak.
Shea menyusul merebahkan tubuhnya di samping di kecil baby El. Memiringkan tubuhnya, dia menjangkau dua bayi kecil dan satu bayi besar di hadapannya. Tangannya membelai lembut baby Al dan El, karena merasa sangat gemas.
"Aku?" tanya Bryan seraya mendekatkan pipinya minta dibelai juga oleh istrinya. Seolah dia tidak mau kalah dengan dua anak bayi di sampingnya.
"Lihat, daddy juga tidak mau kalah!" ucap Shea seraya membelai lembut pipi Bryan. Senyum tertarik di ujung bibirnya seakan menandakan seberapa bahagianya. Matanya kembali melihat dua jagoan yang entah kapan akan memejamkan mata kecil mereka. "Sampai kapan kak Selly akan koma?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Shea saat tatapan matanya jatuh pada baby Al.
"Aku tidak tahu, tapi dokter sedang berusaha."
"Apa kak Regan tidak berusaha untuk membawa ke luar negeri?" tanya Shea penasaran.
"Keluarga sudah menyarankan, tetapi sepertinya dia akan mencoba di Rumah sakit di dalam negeri dulu. Lagipula kemarin Erik sudah menghubungi temannya yang bekerja di Rumah sakit luar negeri untuk membantu mengecek kak Selly." Seraya menggoyangkan rattle, dia menjelaskan pada Shea.
"Aku harap kak Selly cepat sadar."
"Aku pun berharap seperti itu." Sebagai Adik, Bryan juga berharap kakaknya cepat sembuh.
***
Di Rumah sakit, Regan dengan setia menunggu Selly di sampingnya. Mulai besok dia akan bergantian menjaga Selly dengan mama Melisa. Sebagai CEO perusahaan besar, Regan punya tanggung jawab dengan nasib karyawan yang mengantungkan hidup padanya. Namun, sebagai suami dia juga tidak mau jauh dari istrinya yang terbaring tak berdaya. Hingga akhirnya bergantian dengan mertuanya menjaga Selly menjadi solusinya.
"Besok aku sudah mulai bekerja. Jadi saat siang kamu akan bersama mama." Regan menjelaskan pada Selly, walaupun tidak ada jawaban dari istrinya. Dia selalu berbicara dengan istrinya itu, berharap istrinya itu mendengar. Namun, tetap saja hanya dia yang berbicara, sedangkan Selly hanya diam.
Dokter bilang jika Selly masih bisa mendengar, dan mengajaknya berbicara dapat merangsang otak Selly untuk bekerja kembali.
"Sekarang anak kita tinggal bersama dengan Bryan dan Shea," ucap Regan kembali, "sepertinya kamu sengaja membuat adik-adikmu itu kewalahan." Regan tersenyum membayangkan kewalahan Bryan dan Shea menjaga anaknya dan anak mereka sendiri.
"Nanti, jika kamu sudah sembuh, kamu harus gantian menjaga anak Bryan dan Shea," godanya pada istrinya. Namun, saat tidak sama sekali ada reaksi dari istrinya, perasaan sedihnya mulai terasa kembali. Sejujurnya Regan sudah berusaha menerima, tetapi terkadang rasanya sedih saat mengingat jika wanita yang selalu tampil ceria itu, kini hanya bisa tergeletak tak berdaya.
"Cepatlah sadar, karena anak kita menunggu!" Satu kecupan mendarat di dahi Selly. Regan berdiri, dan menuju sofa bad di mana dia tidur untuk menjaga Selly. Rasa nyaman sudah bukan hal yang dibutuhkan lagi untuk Regan. Baginya, bisa bersama dengan istrinya, dia sudah sangat senang.
***
Jam yang menunjukan tepat jam dua dini hari. Mata Bryan dan Shea sudah berair menahan kantuk. Beberapa kali mereka berdua menguap saling bersahutan. Namun, sayangnya dua bayi kecil tidak sama sekali memejamkan mata. Mereka masih asik mendengarkan suara rattle yang digoyangkan oleh Bryan.
Sampai akhirnya baby El menangis karena mungkin dia sudah mengantuk. Dengan gerakan cepat, Shea mengangkat tubuh anaknya, dan menyusuinya. Namun, belum sempat dia menyusui dan menenangkan baby El, baby Al juga menangis. Sepertinya dua bayi itu punya frekuensi yang sama, hingga saat satu menangis, yang satu mulai ikut menangis juga.
Bryan dengan lembut mengangkat baby Al dan menenangkan. "Sabar ya, antri dulu, siapa yang menangis lebih dulu, dia yang duluan," ucap Bryan. Dia berharap bayi kecil itu mengerti penjelasannya.
Shea yang matanya sebenarnya setengah mengantuk akhirnya terbuka sempurna, dan tertawa kecil. Dia tidak habis pikir, bagiamana bisa suaminya menenangkan anak bayi dengan kata-kata seperti itu. Namun, dia berpikir kembali jika yang dikatakan oleh Bryan ada benarnya. Al dan El harus bergantian untuk mendapatkan susu.
Setelah baby El kenyang dan tertidur, Shea meletakkan anaknya di atas tempat tidur. Dia beralih pada baby Al yang sebenarnya sudah tenang, tetapi dia belum tidur.
"Sepertinya kamu tetap harus menyediakan satu botol susu, menghindari jika keduanya menangis seperti ini," ucap Bryan.
Karena hari ini adalah hari pertamanya bersama dua bayi, Shea memang tidak berpikir kemungkinan ini sebelumnya. "Iya, besok aku akan memompa dan menyiapkan untuk kondisi seperti ini."
Saat baby Al sudah tertidur, dia meletakkan bayi kecil itu di sebelah saudaranya. Bryan dan Shea bisa bernapas lega karena dua bayi mereka sudah tidur. Kini tinggal mereka yang akan tidur.
"Apa yang membuat mereka bisa tidur?"
Shea menoleh pada Bryan yang berada di sampingnya. Dia bingung kenapa suaminya bertanya seperti itu. "Saat mereka kenyang mereka tertidur."
"Jadi buatlah aku juga kenyang, dan tertidur seperti mereka," ucap Bryan seraya memeluk Shea dari samping.
"Sudah tidurlah! Jangan memulai jika tidak mau menuntaskan sendiri."
Mendengar ucapan istrinya, Bryan langsung melepas pelukannya. Dia tidak mau jika harus bersolo ria di jam yang sudah menjelang pagi. "Baiklah." Bryan mendaratkan satu kecupan dari pipi Shea dan beralih ke sisi ranjang. Merebahkan tubuhnya, dia tidur tepat di samping baby Al.
Senyum tertarik di bibir Shea. Dia tahu seperti apa kegelisahan suaminya. Namun, dia belum bisa berbuat banyak. Ikut merebahkan tubuhnya, Shea tidur di samping baby El. Rasa kantuknya sudah tak tertahan lagi. Apalagi sudah hampir menjelang pagi. Jadi dia tidak bisa membuang-buang kesempatan beristirahat selama baby Al dan El tidur.
.
.
.
.
...Jangan lupa like, koment, dan vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Win
Anugerah yg dibawa Shea utk klg Aidon dan klg Maxton...
2023-02-19
0
Borahe 🍉🧡
Hahaha udah kek Pom bensin aja pakai antri dlu 🤣😂😂
2023-02-18
0
Just Rara
daddy bryan juga minta dibikin kenyang😅😅
2022-10-03
0