Walaupun tampak tenang, sebenarnya Regan begitu cemas. Namun, dia tidak memperlihatkan kecemasan di depan istrinya. Sebelum berangkat, dia menitipkan pesan pada asisten rumah tangga untuk menghubungi Bryan dan mamanya. Regan sudah tahu, adik iparnya pasti akan menghubungi mama mertuanya, jadi dia tidak meminta asisten rumah tangga menghubungi mama mertuanya.
Di dalam mobil Regan mengingat kembali bagaimana Selly tadi membangunkannya dan memberitahunya.
Saat sedang menikmati tidurnya, dia dibangunkan oleh istrinya-Selly. Membuka matanya, dia melihat wajah istrinya yang sudah tampak cemas. "Ada apa?" tanyanya langsung bangun.
"Ada flex." Selly menjelaskan apa yang membuatnya membangunkan suaminya.
Regan sudah berkali-kali ikut kelas ibu hamil, jadi dia sudah tahu jika itu adalah tanda-tanda akan melahirkan. "Ayo, kita ke Rumah sakit sekarang!" Regan menyibak selimutnya dan bersiap membawa Selly untuk Ke Rumah sakit.
Regan yang sedang mengingat kejadian di rumah, disadarkan oleh supir saat sampai di Rumah sakit. Di depan unit gawat darurat, dia sudah di sambut oleh perawat. Perawat langsung membawa Selly ke ruang unit gawat darurat.
Regan meminta perawat untuk menghubungi dokter Lyra, karena selama ini Selly ditangani oleh dokter Lyra.
Selama menunggu dokter Lyra, Selly begitu mengeluh kesakitan. Regan sadar, proses melahirkan sangatlah menyakitkan. "Jika aku bisa mengantikan dirimu, biar aku saja yang sakit." Tangan Regan membelai lembut rambut Selly.
Selly tersenyum. "Aku akan menikmati, karena kata Shea, nikmatnya sebanding dengan saat melihat anak kita lahir." Dengan menahan rasa sakit, Selly berucap pada suaminya.
Regan merasa senang, kedatang Selly ke rumah Bryan dan Shea memberikan dampak positif, karena istrinya tidak terlalu mendrama saat melahirkan. "Iya, kita akan melihat anak kita, jadi berjuanglah!" Regan menggenggam tangan Selly.
Akhirnya dokter yang ditunggu dari tadi telah tiba. Dokter Lyra tidak datang sendiri. Dia datang dengan satu dokter laki-laki dan Erik. Para dokter itu langsung memeriksa Selly.
"Sepertinya kita harus melakukan operasi karena jika dipaksa melahirkan normal, saya takut jantung Bu Selly tidak kuat." Dokter laki-laki itu berkata pada dokter Lyra.
Regan yang mendengar ucapannya dokter laki-laki itu pun merasa sangat heran, karena setahunya istrinya tidak memilik riwayat jantung.
"Iya, kita sudah memantau sejak empat bulan yang lalu, jadi kita lakukan yang terbaik," ucap dokter Lyra pada dokter laki-laki di sampingnya.
Empat bulan? Regan semakin bingung dengan ucapan dokter.
Setelah dokter pergi untuk menyiapkan operasi, Regan memikirkan apa yang terjadi dan apa yang dia tidak tahu.
Akhirnya dia menahan Erik, dan bertanya pada Erik. "Apa kamu juga tahu?"
Erik diam dan justru menatap Selly, seolah meminta persetujuan kakak iparnya itu. Namun, belum sempat Erik menjawab, dokter lain sudah memanggilnya. "Maaf, Kak, aku harus pergi.
Dengan kekesalannya Regan membiarkan Erik untuk pergi, walaupun dia belum sempat mendapat jawaban dari sepupunya itu.
"Sayang," panggil Selly.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Akhirnya Regan pun bertanya.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya merasakan dadaku terhimpit waktu itu, dan dokter mengatakan itu penyakit jantung." Selly mengatakan seolah itu tidak terlalu berat untuk dijalani.
"Kamu bilang tidak apa!" seru Regan kesal. Dia tidak menyangka jika istrinya menyembunyikan hal sepenting ini.
"Sudahlah, aku akan baik-baik saja." Selly meraih tangan Regan dan menggenggamnya.
Regan tidak bisa marah saat ini. Apalagi kondisi Selly sedang sangat membutuhkannya. "Berjanjilah jika kamu akan berjuang!"
"Iya, aku akan berjuang." Di saat rasa sakit menderanya, dia tersenyum.
***
Bryan yang sudah sampai di Rumah sakit langsung menuju ruang unit gawat darurat. Masuk Rumah sakit, dia merasa benar-benar trauma, apa lagi kejadian Shea di Rumah sakit belum lama terjadi, dan masih terpatri di dalam ingatannya.
"Bry," panggil Erik yang baru saja keluar dari ruang unit gawat darurat.
"Kamu di sini?" tanya Bryan. Setahu dia akan ada dokter Lyra sebagai dokter kandungan yang mengurus kakaknya, tapi ternyata ada Erik juga datang.
"Iya, dokter Lyra menghubungi aku tadi," jawab Erik, "aku permisi dulu," ucap Erix menepuk bahu Bryan, dan berlalu meninggalkan Bryan.
Untuk apa Erik kemari juga?
Bryan sedikit merasa aneh, setahu Bryan, Erik adalah dokter penyakit dalam, sedangkan kakaknya sedang hamil. Namun, Bryan menyingkirkan pikiran buruknya, mungkin karena Regan adalah sepupu Erik, maka dari itu dokter Lyra menghubungi Erik.
Selang beberapa saat, Melisa dan Daniel datang. Wajah mereka tampak pucat saat mendengar jika Selly akan melahirkan. Sebagai ibu, Melisa juga ingin menemani putrinya saat sedang melahirkan.
"Bagaimana keadaan kakakmu?" Pertanyaan Daniel saat baru saja sampai.
"Aku juga belum tahu, Pa. Dari tadi kak Regan juga belum keluar." Bryan menjelaskan pada papanya. Melihat papa dan mamanya yang tampak cemas, sebenarnya Bryan tidak tega, tapi tidak mungkin dia tidak memberitahu keadaan kakaknya pada kedua orang tuanya.
Lima menit kedatangan mama dan papanya, Bryan, Melisa, dan Daniel melihat orang tua Regan yaitu Andrew dan Lana Maxton.
"Bu Melisa, bagaimana keadaan Selly?" tanya Lana pada Melisa.
"Dia masih di dalam ruang unit gawat darurat dan sejak tadi Regan juga belum keluar." Melisa menjelaskan pada besannya.
"Pa," panggil Lana pada suaminya. Dia pun sama takutnya dengan Melisa. Apalagi ini adalah cucu pertama mereka.
"Tenanglah, semua akan baik-baik saja." Andrew membawa Lana ke dalam pelukannya. Menenangkan istrinya yang begitu ketakutan.
Saat menunggu, Bryan melihat satu perawat keluar dari ruang unit gawat darurat. Dia pun menghentikan perawat tersebut. "Apa pasien atas nama Selena Selly masih dalam penanganan?" tanyanya.
"Iya, Pak, kami akan melakukan operasi caesar," jelas perawat, "maaf saya harus menyiapkan operasinya," lanjut perawat, dan berlalu meninggalkan Bryan, Melisa, dan Daniel.
Mendengar jika kakaknya akan operasi caesar, rasanya Bryan lemas. Dia tidak bisa membayangkan seberapa menegangkan proses itu. Walaupun Bryan tidak tahu seperti apa menyeramkannya proses melahirkan normal, tapi dia yakin pasti sama-sama menakutkan. Apalagi pertaruhan hidup dan mati begitu terasa.
Saat pikirannya dipenuhi dengan bayangan kejadian operasi yang dilakukan oleh Shea, dia tersadar saat melihat kedua orang tuanya yang begitu cemas. Dia pun berusaha kuat, apalagi dia melihat mamanya yang begitu kaget mendapati anaknya akan melakukan operasi caesar.
"Selly akan caesar?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Melisa. Dia benar-benar berdebar-debar membayangkan anaknya di ranjang operasi.
"Tenang, Ma, kak Selly pasti baik-baik saja, lihat saja Shea. Dia baik-baik saja setelah melahirkan." Bryan mencoba menenangkan mamanya.
Walaupun ketakutan, Melisa berusaha untuk tenang. Kini dia hanya bisa berdoa untuk keselamatan putrinya dan cucunya.
***
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya perawat membawa Selly ke ruang operasi. Saat menuju ke ruang operasi, Selly meminta untuk berhenti dan berbicara dengan mama dan mertuanya. "Ma, doakan Selly dan anak kami selamat," ucapnya.
"Tanpa kamu minta kami selalu mendoakan," ucap Melisa. Dia menahan air matanya agar tidak menetes. Dia tidak mau anaknya melihatnya yang begitu ketakutan.
"Mama kamu benar, kita semua mendoakan kamu," ucap Lana pada menantunya.
Selly merasa tenang saat semua orang mendoakannya. Dengan tenang dia melanjutkan menuju ke ruang operasi.
.
.
.
.
.
...Segini dulu, besok lagi....
...Oh ya, mau kasih tahu, sampai akhir bulan aku usahain lebih dari 1 bab karena aku belum aktif nulis di novel yang on going Januari. Setelah Januari, hanya akan ada 1 bab aja, jadi maafnya dari sekarang ya😁🥰...
...Jangan lupa like, komentar, dan vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Just Rara
semoga ibu dan bayinya baik2 aja
2022-09-28
0
SitiNur20969975
menegangkan😢
2022-08-22
0
Indahlestari
smoga Selly baik-baik saja...
2022-06-11
0