Shea dan Selly yang masuk ke dalam rumah, langsung menuju ke kamar bayi. Kamar bayi dengan dekor dinominasi warna biru itu terlihat sangat teduh. Wallpaper dengan gambar mobil pun juga menghiasi bagian bawah dinding, dan menandakan jika pemiliknya adalah seorang bayi laki-laki.
Sehari setelah kepulangan baby El, Bryan langsung dengan cekatan meminta orang untuk mendekor kamar bayi agar sesuai dengan anak laki-lakinya. Karena memang Bryan dan Shea sengaja menunggu anak mereka lahir terlebih dahulu.
Sampai di kamar bayi, Shea menyusui si kecil terlebih dahulu, karena dari tadi bayi kecil itu tampak mengendus-endus, mencari sumber air susu. Dengan rakus baby El minum air susu langsung dari mommy-nya, dan mengisi perutnya yang mungkin sudah begitu terasa lapar.
"Kamu rakus sekali," ucap Selly yang gemas melihat pria kecil itu menyusu.
"Iya, mungkin karena dia anak laki-laki jadi kuat sekali minum." Shea tertawa kecil saat menceritakan bagaimana jagoan kecilnya itu minum. Shea pun terkadang dibuat heran dengan anaknya yang memang kuat sekali minum.
"Untung hanya satu, jika kamu memiliki bayi kembar dua, aku rasa badanmu akan kurus!" Selly pun tertawa meledek Shea.
"Tidak sampai kurus, Kak, tapi seketika aku akan pingsan." Shea pun membalas ucapan Selly. Namun, seketika tawa mereka langsung terhenti saat melihat ternyata baby El sudah tertidur.
Saat memastikan jagoan kecilnya tidur, Shea berdiri dan menuju ke box bayi. Dengan perlahan dia membaringkan tubuh kecil itu di atas tempat tidur. Dia melakukan dengan hati-hati agar si kecil tidak terbangun.
"Kakak, sudah periksa lagi?" tanya Shea yang kembali duduk di sofa tepat di samping Selly.
"Besok aku akan memeriksakan kandungan." Selly sudah tidak sabar untuk menanti besok. Bagaimana tidak, sudah memasuki tiga puluh delapan minggu, tapi dia belum merasakan apapun. Padahal saat kelas ibu hamil sudah banyak dengan mendengar tanda-tanda melahirkan. Namun, sayangnya tidak ada satu tanda-tanda yang Selly rasakan.
Sampai kapan aku menunggu? Mata Selly melihat ke arah perutnya.
Dari raut wajah kakak iparnya, Shea menangkap wajah cemas dari Selly. "Kakak baik-baik saja?" tanya Shea.
"Iya, hanya takut saja."
"Aku sudah jelaskan berkali-kali, jangan cemas dan jangan takut." Sebagai wanita hamil, kecemasan itu memang biasa, dan Shea memahami perasaan kakak iparnya
"Iya." Selly tersenyum dan menenangkan adik iparnya.
Mereka berdua pun saling bercerita seraya menunggu baby El yang asik tertidur. Saat mereka sedang asik bercerita, pintu kamar bayi terbuka. Dari balik pintu, sang mama-Melisa terlihat mengintip.
"Mama," panggil Shea.
"Apa cucu mama tidur?" tanya Melisa seraya melebarkan pintu. Dia melangkah masuk ke dalam kamar. Tempat pertama yang ditujunya adalah box bayi. Dia ingin mengecek seperti apa cucunya tertidur.
"Iya, baru saja, Ma," jelas Shea.
"Mama dengan siapa kemari?" Selly yang melihat mamanya sendiri pun bertanya.
"Dengan papa, tapi papa sedang dibawah." Melisa menjelaskan pada Selly. Matanya beralih pada Shea. "Mama buatkan kamu masakan," ucapnya memberitahu.
Shea merasa sangat senang. Sejak di rumah sakit sampai sudah di rumah, mertuanya itu tak pernah absen membuatkan masakan. Hingga terkadang Shea meminta asisten rumah tangganya untuk menunggu mertuanya terlebih dahulu saat akan memasak, karena dia merasa sangat sayang jika harus membuang-buang makanan.
Terbiasa hidup biasa-biasa saja, Shea tidak suka membuang-buang makanan. Dia selalu mengingat pesan kedua orang tuanya untuk sewajarnya saja hidup dan jangan berlebihan, karena di luar sana masih banyak orang yang membutuhkan. Ayahnya selalu menjelaskan, jika kamu tidak bisa memberi maka jangan kamu membuang-buang.
"Terima kasih, Ma," ucap Shea tersenyum.
"Mama juga membuatkan untuk Bryan," imbuh Melisa
"Mama masak untuk Bryan?" tanya Shea memastikan.
"Iya, biar dia tidak merasa anak tiri," jawab Selly sebelum Shea menjawab.
Shea tersenyum saat mendengar ucapan kakak iparnya. Bryan memang selalu menggerutu jika sebenarnya anak mamanya itu adalah Shea, bukan dirinya. Dia berkata seperti itu karena mamanya lebih menyayangi Shea dari pada Bryan. Shea tidak pernah tersinggung dengan ucapan suaminya itu. Karena dia tahu, ucapan Bryan itu hanya candaan saja.
"Semua anak mama, tidak ada anak tiri." Melisa melirik tajam pada Selly.
"Kalau begitu Selly juga dapat masakan?" Pertanyaan menggoda itu Selly tujukan pada mamanya.
Melisa hanya melirik malas mendengar pertanyaan putrinya.
"Iya-iya." Selly tertawa. Padahal dia sudah tahu jika mamanya juga memasak untuknya, tapi rasanya Selly lebih senang menggoda mamanya.
Melihat aksi kakak iparnya yang menggoda mertuanya, Shea pun ikut tertawa. Menjadi bagian dari keluarga Adion, membuatnya mendapatkan dua wanita hebat sekaligus. Mertua yang begitu menyayanginya dan kakak ipar yang sudah seperti sahabat sendiri.
***
"Apa Shea sudah tidur, Bi?" tanya Bryan pada asisten rumah tangga yang baru saja membukakan pintu untuknya.
"Sepertinya sudah, Pak, setelah makan malam, Bu Shea masuk ke dalam kamar."
"Baiklah, terimakasih." Bryan masuk ke dalam rumah. Menaiki anak tangga, tangannya meraih dasi yang melingkar di kerah kemeja dan melonggarkannya. Rasanya dia lelah sekali, setelah seharian disibukan dengan kegiatan mengecek laporan tahap awal pembangun hotel. Rencananya, laporan tahap awal pembangunan hotel milik Davis akan dia berikan pada Helena lusa.
Membuka pintu kamar, dia melihat anak dan istrinya sedang terlelap di atas tempat tidur. Bryan sadar, jika sekarang sudah jam dua belas malam, jadi wajar saja anak dan istrinya sudah tidur. Melangkah mendekat ke arah tempat tidur, dia mengecek anak dan istrinya.
Senyum tertarik di ujung bibir Bryan saat melihat anaknya. Wajah polos begitu terlihat, dan tampak teduh saat melihatnya. Seketika lelah yang Bryan rasakan menghilang dengan perlahan saat melihat anaknya.
Karena tidak sabar ingin segera menciumi dan memeluk anaknya, Bryan berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia sudah tidak sabar menyusul Shea dan baby El yang sudah nyaman di balik selimut.
Saat selesai mandi, Bryan sudah disambut oleh Shea yang ternyata terbangun. Istrinya itu sedang sibuk berdiri di depan lemari, untuk mengambilkan baju untuknya. Melangkah menghampiri istrinya, Bryan memeluk Shea dari belakang. "Kamu bangun?" ucapnya seraya mendaratkan kecupan di leher Shea.
"Aku mendengar suara air gemericik," jelas Shea. Dia menoleh sedikit dan membuat wajahnya menempel dengan wajah basah Bryan. "Badanmu basah," keluh Shea yang merasakan bajunya basah karena meresap air dari tubuh Bryan.
"Aku akan mengantikan bajumu," ucap Bryan. Tangan Bryan yang berada di perut Shea mulai naik ke atas dan meraih kancing kimono yang dipakai Shea.
Tangan Shea langsung menghentikan tangan Bryan. "Aku sendiri saja yang buka," elak Shea.
"Sampai kapan aku harus menunggu?" Suara Bryan sudah tampak berat, karena menahan hasratnya. Sudah sebulan Bryan tidak menyentuh Shea. Terakhir kali, dia menuntaskan hasratnya, yaitu sebelum pergi ke puncak. Dengan alasan bekal, dia mendapatkan kenikmatan tubuh istrinya itu.
"Aku belum tahu."
Bryan mendesah frustrasi. Mungkin dia pernah menunggu Shea berbulan-bulan, saat Shea belum mencintainya. Lagipula waktu dulu dia baru melakukannya sekali di saat memperkosa istrinya. Jadi hal itu belum menjadi candu untuknya. Namun, saat sudah berkali-kali melakukannya dengan istrinya, dia sudah seperti kecanduan, dan menunggu lebih lama, rasanya Bryan tidak yakin.
"Besok aku akan konsultasi, sekaligus memeriksakan El." Shea mencoba menenangkan suaminya. Dia tahu, suaminya sedang sangat ingin, tapi dirinya belum yakin melakukan hal itu sebelum berkonsultasi pada dokter.
"Baiklah." Bryan hanya bisa pasrah. Satu kecupan mendarat di pipi Shea. Tangan Bryan melepas pelukannya dan langsung meraih baju yang berada di tangan Shea dari tadi
"Apa kamu sudah makan?" tanya Shea berbalik.
"Sudah." Bryan memakai bajunya dan berlanjut memakai celananya.
"Padahal tadi mama membawakan masakan untukmu?"
"Mama memasak untukku?" tanyanya memastikan pada istrinya. Dia seolah tidak percaya mamanya memasak makanan untuknya. Setahunya mamanya selalu membawakan masakan hanya untuk Shea.
"Sepertinya mama baru ingat jika dia punya anak laki-laki." Shea tertawa saat menjawab pertanyaan Bryan. Dalam hatinya, dia berharap mertuanya tidak akan marah saat dijadikan bahan untuk menggoda Bryan.
"Sepertinya begitu." Bryan membalas tawa Shea.
Suara tawa mereka berdua, mengisi keheningan malam. Mungkin, jika ada yang mendengar, mereka akan takut, karena suara terdengar di tengah malam.
Saat sedang asik bercanda, ponsel milik Bryan berdering. Bryan dan Shea saling padang. Mereka memikirkan siapa yang menghubungi malam-malam, atau lebih tepatnya menjelang dini hari.
Melangkah ke arah nakas, Bryan meraih ponselnya. Matanya memicing saat melihat nomer siapa yang menghubungi di jam satu dini hari.
"Siapa?" tanya Shea pada Bryan.
"Nomer telepon rumah kak Selly."
Mata Shea membulat saat mendengar jika nomer itu adalah nomer rumah kakak iparnya. "Cepat angkat! siapa tahu penting."
Bryan mengangguk dan mengusap layar ponselnya. Menempelkan ponselnya, dia mendengar suara asisten rumah tangga Selly memanggil namanya. Dari nada suaranya yang terdengar ketakutan, Bryan menebak jika sedang terjadi sesuatu. "Ada apa?" tanyanya.
"Bu Selly di bawa ke Rumah sakit, Pak."
Satu kalimat yang Bryan dengar. "Baiklah, aku akan segera kesana." Bryan langsung mematikan sambungan telepon.
"Ada apa?" tanya Shea yang melihat Bryan tampak panik.
"Sepertinya kak Selly akan melahirkan."
Melahirkan? Shea bertanya pada dirinya sendiri. Padahal tadi pagi kaka iparnya itu baru saja mengatakan akan ke dokter hari ini. Namun, sepertinya bayinya sudah tidak sabar untuk keluar.
"Aku harus pergi, kak Regan pasti sedang membutuhkan bantuan." Bryan membuka lemari, dan mengambil baju hangat.
"Baiklah, kabari aku keadaan kak Selly." Shea tidak bisa ikut Bryan ke Rumah sakit, karena anaknya tidak bisa ditinggal sendiri.
"Aku akan mengabari kamu." Bryan langsung buru-buru pergi menuju Rumah sakit. Seraya melangkah dia menyempatkan untuk menghubungi mamanya, untuk mengabari jika kakaknya di Rumah sakit.
.
.
.
.
.
...Jangan lupa like, koment dan vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Win
Menunggu juga bentuk pengorbanan dr Bryan... 👍 cakep!
2023-02-19
0
Just Rara
semoga gak terjadi sesuatu sm selly
2022-09-28
0
SitiNur20969975
semoga lancar melahirkan nya😍
2022-08-22
0