Masuk ruang operasi, Regan melihat dokter dan perawat sudah siap dengan segala alat-alat operasi. Dalam hidup Regan ini kali pertamanya masuk ke dalam ruang operasi. Dinginnya ruangan membuat hati Regan semakin tidak menentu. Rasa takut dan cemas bercampur menjadi satu.
"Tenanglah!" Disela-sela menahan rasa sakit Selly justru menenangkan suaminya. Dia yang sudah banyak mendengar cerita dari Shea, sudah tidak merasa takut lagi. Shea selalu menceritakan hal-hal positif pada Selly, hingga saat sekarang dihadapkan dengan hal yang sama yaitu operasi caesar, dia sudah siap.
Regan hanya tersenyum mendengar istrinya yang justru menenangkannya. Tangannya meraih tangan Selly. Mendaratkan kecupan di punggung tangannya, dan berkata. "Aku akan tenang." Helaan napas terdengar berat, tetapi dia berusaha untuk kuat seperti yang diminta istrinya.
Selly merasa lega saat suaminya sudah tenang. Kini dia hanya bisa berdoa, jika semua akan berjalan dengan lancar, seperti yang terjadi pada Shea.
Dokter mulai melakukan tindakan. Dengan membius Selly terlebih dahulu di paha kiri dan tulang belakang. Saat obat bius sudah mulai bekerja, dokter memulai operasinya. Sayatan demi sayatan mulai digoreskan di perut Selly.
Namun, di tengah-tengah operasi, Regan merasa genggaman tangan Selly mulai melemah. Mata Regan yang tertuju pada tirai pembatas pun beralih pada istrinya. Saat melihat istrinya, Regan mendapati mata Selly yang terpejam.
"Dokter, jantungnya berhenti berdetak."
Suara perawat yang memberitahu dokter seperti sambaran petir bagi Regan. Tangannya gemetar, mendapati jantung Selly yang tiba-tiba berhenti berdetak. "Sayang," ucapnya mencoba memanggil istrinya. Ketakutan akan kehilangan istrinya semakin besar dirasa oleh Regan. "Dokter, lakukan sesuatu!" seru Regan pada para dokter.
Erik yang kebetulan ikut di dalam pun mencoba menenangkan kakak sepupunya. "Kak, bersikaplah tenang! Jangan mengangguk konsentrasi dokter." Erik tahu, kakak sepupunya itu sedang dalam kegalauan yang luar biasa. Namun, kepanikan Regan akan sangat menganggu jalannya operasi.
Di dalam kepanikan Regan, pikirannya masih berjalan dengan sadar. Mencoba menenangkan dirinya sendiri, dia menutup mulutnya rapat-rapat, dan membiarkan dokter bekerja. Dokter dan perawat langsung bergerak. Perawat meminta Regan untuk menyingkir terlebih dahulu, karena mereka akan melakukan beberapa tindakan pada Selly.
Memundurkan tubuhnya, Regan melihat Selly dari kejauhan. Rasanya Regan benar-benar hancur. Dulu dia pernah kehilangan Selly sekali, tetapi dia berusaha untuk mendapatkannya kembali. Namun, jika kali ini Tuhan yang mengambilnya, apakah bisa dia memintanya kembali?
Sampai akhirnya suara tangis anaknya terdengar memecah kepanikan perawat dan dokter. Suara merdu anaknya, membuat Regan sejenak beralih pada anaknya.
"Anak Bapak laki-laki," ucap dokter. Dokter langsung memberikan bayi yang masih berlumur darah itu pada perawat untuk dibersihkan.
Regan bingung harus merasakan perasaan yang mana terlebih dahulu. Rasa bahagianya atas kelahiran anak laki-lakinya atau rasa sedihnya melihat istrinya yang berjuang karena jantungnya berhenti berdetak. Air mata Regan yang sudah menetes dari tadi, memperlihatkan seberapa rapuh dirinya.
Sepuluh menit berlalu, dokter terus berupaya membuat jantung Selly berdetak kembali. Sampai akhirnya suara dokter memecah kepanikan di dalam ruang operasi. "Detak jantungnya kembali berdetak," ucap dokter.
Mendengar itu semua, rasanya Regan benar-benar seperti mendapatkan keajaiban dari Tuhan. Tuhan seolah masih mengizinkan Selly kembali padanya. Menjalani hidup bersama dengan anaknya di masa depan.
Perawat yang selesai, membersihkan bayi Regan dan Selly, langsung menempelkan tubuh mungil itu dia atas dada Selly. Regan pun membantu untuk memegangi anaknya. Selly yang belum sadarkan diri tidak bisa memeluk tubuh mungil yang berada di atas dadanya.
"Sayang, lihatlah anak kita!" ucap Regan pada Selly. Tangan kecil bayinya mencoba meraba tubuh Selly. Mulut kecilnya mencari puncak dada milik Selly, mencari sumber air susu milik ibunya.
Namun, sayangnya Selly tidak sama sekali membuka mata. Tidak sama sekali ada pergerakan. Mendapati hal itu Regan menatap Erik, seolah dia meminta jawaban tentang apa yang sedang terjadi pada istrinya. Erik pun langsung menemui dokter lainnya, yang memang masih di dalam ruang operasi memantau keadaan Selly.
"Kami akan melakukan pemeriksaan lanjutan," ucap salah satu dokter pada Regan. Perawat langsung mengambil anak Regan dan Selly untuk dibawa ke ruang anak, untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya, sedangkan pada dokter mulai memeriksa Selly kembali.
Regan hanya bisa pasrah, saat mendapati Selly yang tidak sadarkan diri. Dengan setia dia masih berdiri di ruang operasi menunggu dokter memeriksa keadaan Selly. Sampai akhirnya Erik dan dokter Lyra mendekatinya.
"Karena tadi sempat berhenti jantung kak Selly, jadi suplai oksigen ke otak berkurang," jelas Erik, "jadi kak Selly mengalami koma," lanjutnya.
Regan pikir Tuhan mengembalikan Selly seutuhnya, tapi ternyata Tuhan masih menahannya sedikit. Dia mengusap wajahnya kasar. Merasakan kekacauan yang begitu dirasanya.
"Kakak, jangan khawatir para dokter akan melakukan yang terbaik. Berdoalah jika kak Selly akan segera kembali sadar." Erik tahu perasaan kakak sepupunya itu pasti sangat hancur, saat melihat istrinya tidak sadarkan diri. "Ayo, setelah ini kak Selly akan dipindahkan." Erik pun mengajak Regan untuk keluar dari ruang operasi.
Di luar ruang operasi, semua orang menunggu Regan keluar. Namun, saat mendapati Regan yang terlihat sangat kacau. Mereka bertanya-tanya dalam hati. Mata Regan yang sembab, menandakan jika dia baru saja menangis.
"Re, bagaimana keadaan Selly?" Melisa pun tidak sabar mendengar kabar tentang putrinya.
"Re, kenapa kamu diam?" Seperti Melisa, Lana juga langsung mencecar pertanyaan pada putranya.
"Ma ... " panggil Regan. Air matanya kembali mengalir di pipinya.
"Re, apa yang terjadi pada Selly?" Suara Melisa bercampur tangis terdengar begitu meninggi. Tangan Melisa menarik-naik lengan Regan meminta jawaban pada menantunya.
"Selly koma, Ma." Suara Regan terdengar lirih.
Melisa, Lana, Daniel, Andrew, dan Bryan benar-benar terkejut dengan jawaban Regan. Mereka yang tadi melihat anak Regan dan Selly yang keluar dari ruang operasi, sudah sangat merasa senang, karena ternyata anak laki-laki Regan dan Selly itu tampak Sehat.
"Pa ...." Melisa langsung memeluk suaminya. Dia merasakan hancur mendengar jika anak perempuannya koma.
Lana yang melihat putranya menangis langsung memeluknya. Dia tahu putranya pasti sangat hancur. Sebagai ibu, Lana tahu anak laki-lakinya adalah anak yang kuat. Namun, saat dihadapkan dengan kenyataan seperti ini, pasti dia akan lemah. "Berdoalah, jika Selly akan sadar kembali," ucap Lana seraya membelai kepala Regan.
Regan hanya bisa terisak dipelukan mamanya. Baru kali ini dia merasa sangat lemah. Orang yang begitu dicintainya berbaring tak berdaya dan tak sadarkan diri. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa untuk segera mengembalikan istrinya seperti semula.
"Kakak harus kuat, jika Kakak lemah, kak Selly pasti akan sedih." Bryan menepuk bahu Regan, memberikan semangat untuk kakak iparnya. Sebenarnya Bryan sama dengan yang lain. Dia merasa terkejut mendengar jika kakaknya tidak sadarkan diri. Namun, dia berusaha kuat apalagi mamanya begitu hancur.
"Bryan, benar, Re," ucap Lana, "apalagi anak kamu butuh kamu." Tangan Lana mencoba membelai kembali punggung Regan.
Regan terdiam. Dia memahami setiap kata yang diucap oleh mama dan adik iparnya. Dia membenarkan dalam hatinya, jika Selly pasti akan sedih dengan dirinya yang lemah. Apalagi anaknya sangat membutuhkan dirinya.
Saat mereka semua sedang dalam keadaan sedih. Perawat membawa Selly keluar dari ruang operasi. Mata mereka semua tertuju pada Selly. Mereka semua mengikuti perawat yang memindahkan Selly ke ruang ICU.
Dari balik kaca mereka semua melihat bagaimana dokter dan perawat sibuk dengan memasang alat penunjang di tubuh Selly. Terlihat jelas Selly yang tak berdaya dan hanya diam saja. Semua itu membuat orang-orang di balik kaca yang melihat hanya bisa menangis.
Hari bahagianya seketika sirna karena harus menerima kenyataan jika Selly harus koma setelah melahirkan.
***
Saat dokter dan perawat selesai, dokter mengizinkan satu orang untuk masuk ke dalam, dan pastinya Regan lah orang yang pertama masuk. Dia ingin melihat dari dekat istrinya itu.
Masuk dan duduk di samping ranjang, Regan memandangi wajah cantik Selly yang tampak sedikit pucat. "Apa kamu akan membiarkan pangeranmu ini sendiri?" tanyanya pada Selly, "sekarang kita bukan pangeran dan putri lagi, sekarang kita menjadi ratu dan raja, karena sekarang kita punya pangerang kecil." Air mata Regan tak berhenti mengalir. "Apa kamu tega melihat pangeran kecil kita sendiri?" Dalam hidup Regan, baru kali ini dia merasa selemah ini.
"Kamu harus lihat seberapa tampan anak kita. Dia persis seperti diriku. Kamu selalu bilang bukan, ingin anak kita mirip denganku, sekarang semua itu terwujud, jadi bangunlah!" Regan menundukkan kepalanya. Membiarkan air mata mengalir deras di wajahnya.
Semua orang yang melihat Regan dari balik kaca, hanya bisa ikut menangis. Mereka semua merasakan apa yang dirasakan oleh Regan. Mereka semua juga tahu sebesar apa cinta Regan pada Selly.
"Ma ... " panggil Bryan. Dia membawa mamanya ke dalam pelukannya. Selain Regan, orang yang paling rapuh di sini adalah mamanya. Sebagai seorang ibu yang melahirkan Selly, wajar dia merasa sangat sedih. "Percayalah, pasti akan ada keajaiban." Bryan hanya bisa memberi semangat untuk mamanya.
Mamanya hanya bisa menyerahkan semua pada Tuhan. Semua yang terjadi memang sudah sesuai dengan yang sudah digariskan.
***
Jam menunjukan pukul enam pagi. Wajah-wajah lelah begitu terlihat dari semua orang, mulai dari Melisa, Daniel, Lana, Andrew dan Bryan. Semalaman tidak ada satu pun yang tidur. Semua berjaga, menunggu proses operasi hingga Selly masuk ke ruang ICU.
"Sebaiknya Bibi Lana, Paman Andrew, mama dan papa bisa pulang, kalian butuh istirahat." Suara Bryan memecah keheningan. Dia tidak tega melihat wajah tua mereka yang tampak lelah.
"Mama akan tetap di sini!" ucap Melisa tegas.
Bryan sudah hapal betul jika mamanya keras kepala, jadi dia tidak akan memaksa. "Sebaiknya paman dan bibi pulang saja! Nanti kalian bisa kembali kemari, jika tubuh kalian lebih segar," ucap Bryan pada Lana dan Andrew.
"Yang dibilang Bryan benar, kita pulang lebih dulu, nanti kita kembali lagi." Andrew menatap Lana dan memintanya untuk pulang.
Sebenarnya Lana tidak tega meninggalkan putranya sediri, tetapi tubuhnya juga lelah setelah semalam menunggu proses operasi Selly. "Baiklah."
Akhirnya Lana dan Andrew berpamitan untuk pulang terlebih dahulu. Mereka berjanji akan kembali lagi setelah nanti cukup beristirahat.
Setelah orang tua Regan pulang, Bryan pun memutuskan untuk pulang juga. Dia memikirkan Shea yang mungkin sangat cemas menunggu kabar darinya. Sebenarnya Bryan bisa saja mengabarinya, tapi dia sadar Shea akan kaget, jadi memberitahu secara langsung akan lebih baik.
.
.
.
.
...Jangan lupa like, koment dan vote....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Win
Penuh perjuangan... 💪💪💪
2023-02-19
1
。.。:∞♡*♥
🅱🅸🅺🅸🅽 🅼🅴🆆🅴🅺 🤧🤧🤧🆂🅴🅼🅾🅶🅰 🅰🅹🅰 🆂🅴🅻🅻🆈 🅱🅸🆂🅰 🆂🅴🅻🅰🅼🅰🆃 🅳🅰🅽 🅱🅰🅸🅺2 🅰🅹🅰
2022-10-28
0
LENY
JGN SMP SELLY YG BAIK MENINGGAL KASIHAN REGAN DAN ANSKNYA
2022-10-02
0