Pagi ini dengan membawa baby Al dan El, Bryan dan Shea ke Rumah sakit untuk mengantarkan dua bayi mereka untuk mengecek kesehatan. Sesuai rencana juga Bryan dan Shea akan mempertemukan baby Al dengan Selly.
Dengan mengunakan stroller khusus dua bayi, Bryan mendorong menuju ke ruang dokter anak.
Di dalam ruangan dokter Leo, baby El lebih dulu diperiksa. Perkembangan baby El terlihat sangat bagus, karena berat badannya semakin bertambah. Untuk masalah pernapasan yang biasa terjadi pada bayi-bayi prematur juga tidak terlihat, karena paru-parunya sudah tubuh sempurna.
Mendengar penjelasan dari dokter, Bryan dan Shea merasa senang. Mereka menyadari jika akan banyak kekurangan yang terjadi pada bayi prematur, dan mereka berusaha untuk merawat baby El dengan baik.
Untuk kondisi baby Al, tidak ada masalah. Semua tampak baik saat dilakukan pemeriksaan. Al yang terlahir normal memang tidak memiliki kendala kesehatan apa-apa. Ditambah pemberikan air susu ibu secara eklusif dari Shea membuat berat badannya bertambah.
Setelah melakukan pemeriksaan pada dokter anak, Shea melanjutkan pemeriksaan pada dokter Lyra. Dia yang sudah tidak tega melihat Bryan pun ingin menanyakan kondisinya pada doker Lyra.
Bryan memilih bersama bayi-bayi di depan ruang bayi sedangkan Shea masuk sendiri ke dalam ruangan dokter Lyra untuk berkonsultasi.
"Pagi, Bu Shea," sapa dokter Lyra.
"Pagi, Dok." Shea membalas sapaan dokter Lyra.
"Bagaimana keadaan si kecil, apa baik-baik saja." Dokter Lyra yang sudah tahu jika Shea melahirkan prematur pun bertanya
"Kami baru saja memeriksakan keadaan anak kami, dan kondisinya baik-baik saja," jawab Shea.
"Syukurlah," jawab dokter Lyra, "sekarang apa yang membuat Bu Shea kemari."
"Saya ingin konsultasi." Shea memulai mengatakan niatannya pada dokter Lyra. "Apakah saya dan suami sudah boleh melakukan hubungan suami istri, Dok?" tanya Shea ragu-ragu. Dia sebenarnya sedikit malu menanyakan akan hal itu, tapi dia tidak tega pada Bryan.
"Kapan Anda melahirkan?" tanya dokter Lyra.
"Sekitar enam minggu yang lalu, Dok."
"Umumnya hubungan suami istri bisa dilakukan setelah enam minggu pasca melahirkan. Di dalam masa itu leher lahir sudah kembali menutup dan pendarahan sudah berhenti. Namun, saya akan melakukan pemeriksaan di bekas operasi untuk melihat kondisinya terlebih dahulu." Doker Lyra menjelaskan pada Shea.
Shea mengangguk dan menuju ke ranjang periksa untuk memeriksakan bekas operasinya.
"Sepertinya sudah bagus bekas operasinya," ucap dokter Lyra pada Shea.
"Jadi saya sudah boleh, Dok?" tanya Shea malu-malu.
"Sudah, Bu, tapi ibu harus pastikan dulu ingin mencegah kehamilan dengan apa. Karena dengan keadaan ibu yang operasi, diharapkan terjadinya kehamilan lagi dengan jarak minimal dua tahun."
Dokter pun menjelaskan jika sebenarnya menyusui juga dapat mencegah kehamilan, tetapi untuk lebih aman dokter memberikan suntikan untuk mencegah kehamilan, dan prosedur ini ada diulang setiap tiga bulan sekali.
Setelah melakukan pemeriksaan dan prosedur pencegahan kehamilan, Shea keluar dari ruangan dokter Lyra untuk menemui Bryan yang sudah menunggu Shea di luar.
"Bagiamana, bisa?"
Saat Shea keluar dari ruangan dokter kandungan, Bryan sudah mencecar dengan pertanyaan. Shea pun hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan dari suaminya. Senyum mengembang saat mendengar jawaban dari istrinya. Rasanya dia sudah tidak sabar menanti menghabiskan malam dengan Shea.
Selesai melakukan pemeriksaan, Bryan dan Shea langsung menuju ke ruang ICU. Di sana Regan sudah menunggu Bryan dan Shea. Dia yang sengaja meluangkan waktu untuk anaknya, menunggu anaknya datang dan mempertemukan anaknya dengan Selly.
Dengan lembut Regan langsung mengendong anaknya dan membawanya menuju ke ruang ICU, untuk menemui istrinya.
"Hai, mommy, lihat siapa yang datang," ucap Regan pada Selly. Dia mendekatkan tubuh baby Al pada Selly. Walaupun Selly tidak melihat, dia berharap istrinya dapat merasakan. "Anak mommy datang khusus karena merindukan mommy." Regan terus berusaha tetap berbicara walaupun tidak ada satu jawaban pun dari mulut Selly.
"Bangun, Sayang! Lihatlah anak kita ingin digendong." Regan berusaha untuk menahan air matanya menetes lagi. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri, jika dia akan membuat dirinya semangat dan menyalurkan semangat pada istrinya.
"Lihatlah! Dia sangat mirip denganku, tapi orang-orang bilang dia mirip denganmu." Regan terus saja bercerita. Hingga akhirnya suara tangisan Al terdengar di dalam ruangan.
Regan membiarkan suara tangisan anaknya terdengar, agar istrinya mendengar dan tergerak untuk bangun. "Lihat, Sayang! Dia menangis, dia ingin digendong mommy-nya."
Namun, semakin kencang Al menangis, Regan menjadi tidak tega. Akhirnya dia memutuskan untuk mengajak baby Al untuk keluar, dan memberikan pada Shea.
Saat di luar Shea sudah langsung meminta baby Al dari gendongan Regan. Dengan lembut Shea memberikan susu yang sudah dia siapkan di botol. Suara tangis yang terdengar dari mulut kecil Al, akhirnya berhenti.
"Apa ada pergerakan?" tanya mama Melisa.
Regan menggeleng menjawab pertanyaan mertuanya.
"Sabar, Kak, ini baru permulaan." Bryan mencoba menenangkan Regan.
Setelah Al tenang, akhirnya Bryan dan Shea meminta izin untuk pulang. Berlama-lama di Rumah sakit sangat tidak baik untuk anak-anak, jadi setelah urusan mereka selesai, mereka memilih segera pulang.
Regan yang kembali ke ruang ICU hanya bisa pasrah saat usaha pertamanya belum berhasil.
Duduk tepat di samping Selly dia memandangi wajah istrinya. Saat menatap istrinya, Regan melihat ada yang berbeda. Pelipis Selly tampak basah.
Tangan regan mengusap permukaan kulit Selly yang basah. "Kamu menangis?" tanya Regan. Suaranya terdengar bergetar. Dia pikir tidak ada kemajuan apa pun saat anaknya datang, tetapi ternyata dia salah.
Regan langsung menekan tombol panggilan dokter, meminta dokter untuk mengecek keadaan Selly.
"Ada apa, Pak?" tanya dokter yang masuk ke dalam ruangan.
"Istri saya menangis, tolong cek lagi keadaannya!" Regan pun menjelaskan pada dokter apa yang sudah dilihatnya.
Dokter langsung memeriksa keadaan Selly, dan Regan menunggu di samping Selly dengan setia.
"Tidak ada apa-apa, Pak. Keadaan ibu Selly masih sama dengan kemarin."
Seketika tubuh Regan lemas mendengar penjelasan dokter. Padahal dia sudah sangat senang karena istrinya ada perkembangan. Namun, harapannya sirna saat mendengar jawaban dokter.
Regan duduk kembali, setelah dokter keluar. "Aku masih berharap air matamu karena melihat baby Al tadi."
Namun, saat melihat istrinya, terlintas satu pikiran. Dia meraih ponselnya dan menghubungi Erik. "Aku ingin membawa pulang Selly."
"Apa Kakak bercanda?" Di seberang sana Erik merasa kaget dengan ucapan kakak sepupunya.
"Aku tidak bercanda. Datanglah ke Rumah sakit! Aku ingin membicarakan semuanya." Suara Regan terdengar memerintahkan sepupunya.
"Baiklah." Erik memilih untuk datang karena dia ingin tahu apa yang diinginkan kakaknya.
Regan mematikan sambungan telepon dengan Erik. Matanya menatap Selly. "Kita akan pulang," ucapnya pada Selly.
.
.
.
.
.
...Jangan lupa like, koment dan vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Just Rara
semoga aja dgn dirawat drmh sellynya cpt sadar dr komanya
2022-10-08
0
Indahlestari
knp hrus di bwa plg thorrrrr kk Selly...
kn blm ada perubahan...
2022-06-11
0
Siti Solikah
ayo cepet sadar Selly,baby Al menunggu
2022-03-11
0