Bryan yang pulang, begitu sangat lelah. Matanya sudah berat, dan ingin sekali dia pejamkan. Namun, dia masih punya satu hal yang harus dia lakukan yaitu memberitahu Shea tentang keadaan Selly.
Saat Bryan memarkirkan mobilnya, dia melihat Shea yang berdiri didepan pintu. Mungkin saat mendengar suara mobil datang, istrinya itu langsung keluar. Dari wajah istrinya, Bryan sudah menebak jika dia sudah menanti kabar darinya. Keluar dari mobil, Bryan langsung menghampiri Shea.
"Bagaimana keadaan kak Selly?" Pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut Shea. Semalaman dia menunggu kabar dari suaminya, tetapi tidak ada kabar yang dikirim oleh suaminya itu.
"Kita masuk dulu!" ajak Bryan. Berbicara seraya berdiri rasanya tidak pas. Apalagi menjelaskan hal sepenting keadaan kakaknya.
Bryan dan Shea masuk ke dalam rumah. Mereka menuju ke ruang keluarga. Duduk di sofa, Bryan memijit kepalanya yang terasa pusing karena kurang tidur.
"Bagaimana keadaan kak Selly?" Shea benar-benar tidak sabar untuk menunggu jawaban dari suaminya.
Bryan menghela napasnya. Menceritakan hal ini pada istrinya sedikit membuatnya takut, akan membuat istrinya akan kaget. "Kak Selly koma." Satu kalimat yang keluar dari mulut Bryan.
Seketika tubuh Shea lemas. Dia tidak menyangka jika kakak iparnya akan menghadapi hal itu. "Bagiamana itu bisa terjadi?" Rasanya Shea masih tidak bisa percaya dengan apa yang didengarnya.
"Ternyata kak Selly memiliki penyakit jantung. Saat operasi berlangsung jantungnya sempat berhenti berdetak. Namun, akhirnya kembali berdetak setelah sepuluh menit anaknya lahir. Sayangnya, pasokan oksigen ke otaknya berkurang, dan mengakibatkan dia koma." Bryan menjelaskan semua yang tadi dia dengar dari Erik.
Shea langsung menangis. Dia tidak menyangka jika kakak iparnya akan mengalami hal itu. Padahal selama ini Shea melihat kakak iparnya itu baik-baik saja. Setiap olahraga juga dia tidak menunjukan jika dadanya sesak atau napasnya susah.
Bryan yang melihat istrinya menangis, membawanya ke dalam pelukannya. Dia tahu jika hubungan kakak dan istrinya lebih dari kakak ipar saja. Mereka begitu dekat, dan mungkin melebihi kedekatan dirinya dengan kakaknya sendiri.
"Lalu bagiamana dengan bayinya?" Satu hal yang dipikirkan Shea adalah keadaan anak kakaknya. Dalam keadaan seperti saat ini, bayi kecil itu pasti sangat terabaikan.
"Bayinya baik-baik saja, dia tampak sehat."
"Aku ingin melihat keadaan kak Selly." Dalam pelukan suaminya Shea menangis dan meminta pada suaminya untuk mempertemukannya. Dia mau melihat sendiri keadaan kakak iparnya yang begitu dia sayangi.
"Hari ini kamu akan mengecek keadaan El, bukan? Jadi kita bisa pergi sekaligus melihat keadaan kak Selly." Tangan Bryan membelai lembut rambut Shea, dia berusaha menenangkan istrinya yang sedih.
Shea mengangguk. "Baiklah."
***
Bryan menyempatkan untuk tidur sebentar sebelum kembali ke rumah sakit. Rasa kantuknya sudah tidak tertahan lagi. Apalagi dirinya yang baru saja pulang lembur, harus berlanjut ke Rumah sakit semalam. Saat Bryan sedang asik menikmati tidurnya, suara tangisan baby El membuatnya mengerjap.
Pemandangan pertama yang dilihatnya saat membuka mata adalah bayi kecil yang mengemaskan yang sedang menangis di sampingnya. "Kenapa?" tanya Bryan seraya mendaratkan kecupan di pipi yang sudah tampak berisi dari pada sebulan yang lalu itu.
"Mungkin dia haus," ucap Shea yang baru saja keluar dari kamar mandi. Shea yang mendengar suara anaknya menangis, langsung mempercepat mandinya. Dia tidak mau terlalu lama meninggalkan anaknya, apalagi dengan keadaan menangis.
Mendengar suara istrinya, Bryan menoleh. Matanya membulat saat melihat Shea hanya memakai sehelai handuk di dadanya. Dengan rambut basah yang dibungkus handuk, dia membiarkan bahunya terekspos. Bryan menelan salivanya saat melihat pemandangan yang menggoda itu.
"Kamu haus ya," ucap Shea seraya mengangkat tubuh kecil baby El. Shea duduk dan memangku tubuh kecil anaknya. Membuka handuknya sedikit dia membiarkan si kecil minum susu. Dengan lahap si kecil menyesap puncak dada milik mommy-nya.
Bryan hanya bisa menggeleng, melihat kerakusan anaknya, mirip sekali dengan dirinya.
Shea yang menyadari jika Bryan menatapnya langsung berbalik, agar Bryan tidak melihatnya. Dia tidak mau saat melihatnya sedang menyusui anaknya, justru malah membangkitkan gairah pada suaminya itu.
"Kenapa berbalik?" Bryan sedikit heran dengan apa yang dilakukan istrinya.
"Jangan melihat nanti kamu menginginkannya!"
"Aku sudah melihat, dan aku sudah ingin," ucap Bryan polos.
Shea menoleh dan menatap heran pada suaminya. Masih sempat-sempatnya suaminya itu mengatakan hal itu. "Jangan membahas itu sekarang, kita harus pergi ke Rumah sakit!"
"Iya, aku ingat." Bryan menyibak selimut, dan menuju ke kamar mandi. Namun, sebelum ke kamar mandi, dia berbalik menghampiri Shea dan anaknya. Dia mendaratkan satu kecupan di pipi anaknya, dan mencium dada Shea yang berada tepat di bibir anaknya. Dengan langkah cepat dia meninggalkan Shea dan masuk ke dalam kamar mandi.
Mata Shea membulat saat mendapati aksi Bryan yang mencuri-curi kesempatan. Di tengah anaknya menyusu, bisa-bisanya Bryan mencium dan menyesap sedikit. Melihat ke arah anaknya yang sedang menyusu, dia melihat tanda kissmark dari Bryan. Shea hanya bisa mendengus, padahal yang dilakukan Bryan tadi secepat kilat, tetapi tetap saja meninggalkan bekas.
***
Setelah semua sudah siap, Bryan, Shea, dan baby El menuju ke Rumah sakit. Bryan dan Shea sudah menyusun rencana jika akan memeriksakan baby El terlebih dahulu, dan baru menuju ke ICU menjenguk Selly.
Sesampainya di Rumah sakit, mereka langsung menuju ke dokter anak untuk memeriksakan kesehatan El. Mendapat rekomendasi dari dokter anak di Rumah sakit di puncak, mereka memeriksakan baby El pada dokter Leo.
"Sepertinya perkembangannya baik. Paru-parunya juga sudah berkembang dengan baik. Berat badannya sudah bertambah," ucap dokter Leo menjelaskan.
"Bagiamana berat badannya tidak bertambah, jika dia kuat sekali minum susu," bisik Bryan pada Shea.
Shea hanya bisa menggeleng mendengar ucapan suaminya. Dia memilih mengabaikan Bryan dan fokus pada pemeriksaan anaknya.
"Saya akan memantau dua minggu sekali sementara ini. Jadi Ibu dan Bapak bisa kemari dua minggu lagi." Dokter Leo memberikan buku perkembangan baby El pada Shea.
"Baik, Dok."
Bryan dan Shea keluar dari ruangan dokter anak setelah pemeriksaan baby El selesai. Melanjutkan langkahnya, Bryan dan Shea menuju ke ruang ICU. Di depan ruang ICU, Shea melihat mertuanya di sana. Bryan dan Shea pun menghampiri mereka.
"Ma ... " panggil Shea.
"Kamu di sini?" tanya Melisa heran. Matanya beralih pada cucunya yang berada di dalam stroller.
"Kami baru saja memeriksakan keadaan El, Ma," jelas Shea. Shea beralih menatap Selly dari balik kaca. Terlihat Regan yang duduk setiap menemaninya di sampingnya. "Bagaimana keadaan kak Selly, Ma?"
"Belum ada perubahan apa-apa." Melisa menjelaskan seraya menahan sesak di dadanya.
Saat Shea sedang melihat Selly, Regan melihat dari dalam ruang ICU. Dia pun keluar dan memberikan Shea kesempatan untuk masuk ke dalam ruangan Selly.
Melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang ICU, air mata Shea langsung menetes. Dia pikir, hanya akan dia saja yang mengalami kejadian menegangkan saat melahirkan, tetapi ternyata kakak iparnya pun juga harus mengalami hal yang sama, malah lebih parah dari dirinya.
Menarik kursi di samping ranjang kakak iparnya, Shea menatap Selly lekat. "Kak ...." Hanya kalimat itu yang bisa terucap dari mulut Shea. Air matanya tak tertahan lagi saat melihat kakak iparnya berbaring tak berdaya. "Kakak cepat sadar, kita sudah berjanji bukan akan bermain bersama dengan anak-anak kita. Kita juga akan membeli baju yang kembar untuk anak kita." Suara Shea dengan campuran Isak tangis terdengar penuh permohonan.
Shea berusaha untuk kuat. "Kita pernah berjanji untuk menjaga anak kita satu dengan yang lain, dan kali ini aku berjanji akan menjaga anak Kakak," ucap Shea, " tetapi Kakak jangan enak-enakan tidur terus. Aku pasti akan sangat kewalahan nanti. Apalagi anak Kakak laki-laki, pasti akan berat untuk aku merawat bersama dengan baby El."
Shea menghapus air mata di pipinya. "Aku akan menunggumu pulang, dan menyiapkan sambutan untukmu, cepat sadar ya." Shea mendaratkan satu kecupan di dahi Selly.
Rasanya Shea berat sekali mendapati kakak iparnya seperti itu. Baginya Selly lebih dari seorang kakak ipar. Dia adalah orang yang ada pertama memberi dukungan saat dirinya hamil. Hingga menikah dengan Bryan pun, kakak iparnya itu selalu memantaunya dari jauh melalui Regan.
.
.
.
.
...Jangan lupa masukkan rak bukumu....
...Jangan lupa juga untuk...
...Like, koment, dan vote ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Win
Wake up Kakak...
2023-02-19
1
Anonim
semoga Selly cepat sadar
2023-01-28
0
Reza Indra
Sediichhh... 😥😥
2022-12-28
0