Berkelahi

Suara cambukan itu membuat semua orang ngeri, termasuk kedua Kesatria yang berdampingan dengan Ava. Ada rasa iba dan kasihan di hatinya. Mereka ingin meminta belas kasihan, tetapi percuma saja Permaisuri Belia tidak akan memiliki belas kasihan. Memohon pada Kaisar Kristoffer pasti lebih di abaikan. Semua perlakuan yang di lakukan oleh Permaisuri Belia, Kaisar Kristoffer pun tidak akan ikut campur asalkan membuatnya senang. Itulah yang dinamakan cinta buta.

"Masih congkak, tidak ingin memohon."

Ctar

Ava tersenyum menatap sengit Permaisuri Belia. "Sekalipun aku mati, aku tidak akan memohon jika bukan kesalahan ku. Aku akan menunduk dan bertanggung jawab jika aku salah. Dan aku akan mendonggakkan wajah ku jika aku benar." Ucapnya dengan nada menekan.

"Baginda Permaisuri, hamba mohon. Ampuni Ava." Ucap Auntum menangis tersedu-sedu

Kedua Kesatria itu saling menatap haru, baru kali ini mereka mendengarkan kalimat seperti itu. "Baginda Permaisuri berhentilah, percuma saja Baginda menyiksa pelayan sombong ini. Semua itu hanya membuang waktu Baginda Permaisuri. Akan lebih baik, jika Baginda Permaisuri menemani Baginda Kaisar saja." Ucap salah satu Kesatria.

Permaisuri Belia menghentikan cambukannya, "Benar juga, pindahkan dia ke istana bagian timur. Mulai sekarang pelayan rendahan ini tidak boleh disini." Perintah Permaisuri Belia tersenyum sinis dan berlalu pergi.

Kedua Kesatria itu bernafas lega, mereka melepaskan genggaman tangan mereka di lengan Ava.

"Ava kamu tidak apa-apa?" tanya Auntum sambil memegang kedua pipi Ava.

"Apa kamu pikir aku akan mati di tangan nenek sihir itu?" tanya balik Ava sambil melangkahkan kakinya yang bergetar kesakitan.

"Ava biarkan aku membantu mu,"

"Biarkan saja, aku tidak lemah." Ucap Ava menolak Auntum yang ingin memapahnya.

"Saya salut dengan nona yang memiliki kegigihan." Ujar salah satu Kesatria.

"Kami akan membantu nona sampai ke istana timur. Maaf kami hanya bisa menuruti perintah Baginda Permaisuri." Timpal salah satu Kesatria.

"Aku paham, Kaisar bodoh itu pasti akan menuruti semua keinginannya." Balas Ava membuat kedua Kesatria itu hanya menggelengkan kepalanya.

Ava berjalan dengan kaki gemetar, sementara Auntum mengawasinya dari arah belakang. Sesekali Auntum menghapus air matanya, hatinya ikut merasakan perih melihat luka di betis Ava. Bahkan ada noda darah di pakaiannya.

"Jangan menangis, aku Lisa bukan Ava." Ucapnya.

"Kasian si Ava kenak lagi cambukan Permaisuri. Salahnya dia, begitu sombong sama pelayan kesayangannya Permaisuri." Ucap salah satu pelayan.

"Benar, dia itu sombong. Bari beberapa bulan Permaisuri memperhatikannya. Aku kira dia akan menjadi pelayan kesayangannya Permaisuri." Balas pelayan lainnya.

Ava menghentikan langkah kakinya, ia menatap kelima pelayan yang bergerombol dan menatapnya.

"Menyedihkan." Ucap pelayan lainnya.

Ava berdecak pinggang, ia maju ke arah pelayan itu. "Apa katamu? ucapkan sekali lagi." Seru Ava dengan wajah kesal. Beruntung sekali dirinya bisa mengeluarkan kekesalannya pada yang lain.

"Menyedihkan."

Dengan cepat Ava meninju hidung pelayan itu sampai mengerang kesakitan.

"Sakit."

"Dasar jalang, apa kamu belum puas sudah di buang masih saja bersikap sombong."

"Ava berhentilah, obati luka mu dulu." Ujar Auntum memohon ke arah Ava.

"Tidak bisa, mereka harus di beri pelajaran."

Salah satu pelayan maju, ia melayangkan tangan kanannya ingin menampar pipi Ava.

Ava langsung menangkap lengannya, ia memintal lengan itu sampai tubuh pelayan sombong itu membelakanginya.

"Au, Ava sakit, lepaskan." Ucapnya merasakan sakit, ia takut tangannya patah.

"Pelayan rendahan seperti mu, di pikir aku takut apa? hah," Tidak hanya itu, tangan kiri Ava menjambak rambutnya.

"Sa-sakit Ava,"

"Jangan sekali-kali mengusikku, jika kamu tidak ingin aku botakin."

"Ava lepaskan," Ucap Auntum.

"Ava aku mohon lepaskan."

Ava mendorong pelayan itu hingga jatuh ke tanah, ia memegang tangannya yang sangat sakit.

Ava menunjuk pelayan itu satu persatu, "Ingin mengoceh atau menjelekkan ku. Langsung ke orangnya. Satu lawan satu." Ucap Ava berlalu pergi.

Sementara pelayan lainnya, hanya bergidik ngeri. Tidak bisa membayangkan kemarahan Ava jika berlanjut berdebat dengannya.

Semua perlakuan Ava tak lepas dari sosok sepasang mata yang tampa sengaja melihatnya dari teras. Tadinya ia bermaksud mencari udara, tetapi melihat penampakan luar biasa itu membuatnya tersenyum. Dulu gadis itu takut melihat ke arahnya, tetapi setelah melihat tatapannya tadi, ada rasa unik yang ia tangkap dari sifat Ava.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

heleh.. pengen tak culek itu mata criscoffe...si kaisar bucin gak nalar..

2024-02-02

0

♛┈⛧┈┈•༶ Legends Girll ༶•┈┈⛧┈♛

♛┈⛧┈┈•༶ Legends Girll ༶•┈┈⛧┈♛

lisa keren 👍

2024-01-17

0

Rethe

Rethe

anak mana nih si lisa? serlok biar nongki bareng kita

2021-08-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!