Baginda

"Ava, pelan-pelan jalannya. Apa kaki mu tidak sakit. Aku saja capek mengejar mu." Ucap Auntum berjongkok karna kelelahan.

"Hais, banyak berolahraga lah, biar cepat sehat lima sempurna."

"Ava, apa yang kamu bicarakan?" tanya Auntum sambil mengelap keringat di dahinya.

"Entahlah aku tidak tau," Ava kembali melanjutkan langkah kakinya.

Sesampainya di istana timur, Ava langsung membaringkan tubuhnya dengan posisi tengkurap, ia memejamkan matanya, menghirup wangi bunga mawar di ruangan itu.

Auntum menuju ke sebuah laci kecil, ia mengambil obat cair lalu memolesinya ke luka Ava.

"Ava, jangan berteriak seperti itu lagi. Kamu bisa di hukum lagi." Auntum menasehati Ava dengan lembut, ia tidak ingin terulang lagi kejadian tadi.

"Halah, Permaisurinya saja yang sok kecakepan." Cerocos Ava langsung beranjak duduk. Ia melipatkan kedua tangannya di dada.

"Permaisuri seperti itu tidak bisa di pertahanin,"

"Ava !" bentak Auntum. Benar-benar, menasehati Lisa yang berada dalam raga temannya ini membuatnya pusing tujuh keliling.

"Sudahlah, aku mau keluar sumpek pula." Ucap Ava beranjak berdiri.

"Ava, istirahat luka mu belum tentu pulih. Ini sudah malam Ava," teriak Auntum tanpa di perdulikan oleh Ava.

Ava berlari kecil, ia bersembunyi di balik pot besar dekat semak-semak.

"Ava," teriak Auntum. Ia terus mencari Ava. Setelah di rasa jauh. Ava keluar dari tempat persembunyiannya.

Ava berjalan, dia tidak tau mau berjalan kemana. Asalkan bisa menghilangkan kekesalannya saat ini. Ingin berteriak tapi takut disangka orang gila. Ava menghembuskan nafasnya, tanpa sadar langkah kakinya menuju ke arah taman dekat ruang utama Kaisar Kristoffer. Ava melirik ke arah pohon rindang, ia tidak tau nama pohon itu.

"Alah masa bodoh, lebih baik aku naik ke atas pohon. Biar tau rasa si Auntum, masak mulai tadi negur terus." Ucap Ava mendonggakkan wajahnya.

Ava menaikan lengan bajunya, ia menatap fokus ke depan pohon itu, "Oke baik, kita mulai. Hiyak !" Ava menaiki pohon itu seperti cicak, dengan segala kekuatan yang ada dan kegesitannga Ava lolos menaiki pohon itu sampai dahan pertama yang tak lumayan tinggi.

"Akhirnya.." Ava membaringkan tubuhnya di dahan itu, ia melihat ke arah bulan purnama.

"Aku ingin kembali saja. Apa aku buat sakit atau kecelakaan saja ya? supaya bisa kembali." Ava menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Tapi kasian juga sama tubuh ini."

"Turun."

Seketika Ava terkejut, membuatnya badannya tak bisa menjaga keseimbangan dan membuatnya terjatuh.

"Aduh, encok ni pinggang. Wow, bisa gak sih. Gak usah teriak-teriak. Ngagetin orang aja." Cerocos Ava seraya berdiri. Ia memegang pinggangnya yang terasa sakit. Ava membalikkan badannya, saat itu juga dia membulatkkan matanya secara sempurna, laki-laki berhidung mancung, mata menatap tajam ke arahnya dengan rahang tegas yang tak lain Kaisar Kristoffer. Sedari tadi dirinya memperhatikan Ava, mulai menaiki pohon itu seperti semut sampai ia melihat Ava membaringkan tubuhnya seperti sedang memikirkan sesuatu. Karna hatinya penasaran ia langsung menuju ke arahnya.

"Ampun Yang Mulia, hamba tidak bermaksud mengganggu Yang Mulia. Hamba permisi." Ucap Ava gugup dan hendak pergi. Saat ia melangkah kan kakinya, tiba-tiba ia tidak bisa berjalan leluasa, seperti sesuatu yang sedang memegang bajunya.

Ava menoleh, benar saja Kaisar Kristoffer menarik kerah pakaian Ava.

"Aku belum selesai, se enaknya saja kamu pergi."

"Bukan begitu Baginda Kaisar, hamba harus pergi. Karna masih ada pekerjaan yang belum hamba selesaikan." Ucapnya sambil curi pandang menatap Kaisar Kristoffer.

"Seram amet." Gumam Ava.

"Apa kamu bilang? Seram,"

Ava menggeleng sambil mengayunkan kedua tangannya di dada, "Bu-bukan begitu Baginda. Baginda tampan. Jujur tidak bohong."

Sementara hatinya mengumpat sumpah serapah, bisa-bisanya ia keluar dari kandang singa dan masuk ke lubang buaya.

"Baginda," Suara itu membuat Kaisar Kristoffer dan Ava menoleh. "Adduh, kenapa aku harus melihat kuntilanak." Gumam Ava pelan.

"Baginda, apa pelayan ini membuat keributan?" tanya Permaisuri Belia dengan tatapan penuh selidik.

Apa lho liat-liat, pengen ku congkel tu mata

"Dia berani menaiki pohon di halaman ini." Balas Kaisar Kristoffer.

"Memangnya menaiki pohon ada peraturannya Baginda." Timpal Ava membuat Permaisuri Belia menarik tangan Ava dengan kasar agar menjauh dari Kaisar Kristoffer.

"Permaisuri sudah, besok aku akan menghukumnya." Ucap Kaisar Kristoffer dengan senyum menyeringai. Tanpa berfikir panjang, Kaisar Kristoffer menarik lengan Permaisuri Belia, hatinya tidak tega melihat Ava di hukum lagi.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

helehh.. lambemu Kris... lemes...

2024-02-02

0

Erna Endarwati

Erna Endarwati

Permaisuri macam apa itu😏😏

2022-06-23

0

DAVIT👁👄👁²

DAVIT👁👄👁²

ngakak aku

2022-01-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!