penjelasan

"Ava kamu sudah bangun," ujar Auntum seraya membantu Ava duduk kembali.

Ava sejenak menoleh ke arah Auntum. "Ava bisakah kamu menjelaskan. Ingatan ku ada yang menghilang." Lirihnya.

Auntum tersenyum. "Ava apa kamu tidak ingat? kamu dan Permaisuri serta Yang Mulia Kaisar menjadikan dirimu, sebagai orang yang melahirkan penerus untuknya. Kamu adalah budak yang mereka beli Ava dan semenjak itu Permaisuri menjadikan mu pelayannya serta Ayah mu yang sedang sakit-sakitan di obati. Bahkan Permaisuri dan Yang Mulia Kaisar juga memberikan kehidupan yang layak, tapi setelah kamu menumpahkan teh ke gaun Permaisuri tanpa sengaja. Kamu di hukum cambuk." Auntum menunduk ia mengingat semua temannya di hukum oleh Permaisuri. Hanya masalah sepele saja mereka pasti di hukum.

"Lalu bagaimana dengan Yang Mulia Kaisar?" tanya Ava.

"Tentu saja Yang Mulia Kaisar menuruti semua permintaan Permaisuri. Apapun yang Permaisuri inginkan dan lakukan Yang Mulia Kaisar tidak terlalu ikut, kecuali urusan istana."

"Jadi istilah Yang Mulia Kaisar sangat mencintai Permaisuri."

Auntum mengangguk. "Benar sekali, maka dari itu lain kali kamu harus berhati-hati."

"Tunggu dulu, katamu aku di jadikan orang yang harus melahirkan seorang anak."

"Kamu memiliki sebuah kesepakatan, dimana kamu harus melahirkan seorang Putra atau Putri dengan Yang Mulia Kaisar."

"Berarti aku sudah, wik-wik?" tanya Ava membulatkan matanya.

"Maksud mu apa?" tanya Auntum tidak mengerti perkataan Ava.

"Is, berapa kali aku tidur dengan Yang Mulia Kaisar." Bisik Ava.

"Dua kali, tinggal satu kali. Jika kamu tidak melahirkan putra atau putri kamu akan di uang Ava."

Bagaikan di sambar petir, Ava membatu. Apa jiwanya tidak salah masuk orang? apa karna di kehidupannya dulu seorang wanita berkepala tiga hingga harus memasuki tubuh yang sudah pernah melakukannya dan lebih parahnya lagi, dia hanya alat untuk Yang Mulia.

"Bagaimana jika aku kabur dari sini?" tanya Ava mendekatkan wajahnya ke wajah Auntum.

Auntum mendorong pelan wajah Ava, ia merasa risih berdekatan wajah dengan Ava. "Apa kamu lupa dengan Ayah mu? sudah pasti Ayah mu di hukum Ava."

"Lalu aku harus bagaimana? aku tidak ingin berhubungan dengannya lagi." Ucap Ava dengan wajah memelas.

Auntum menepuk pelan bahu Ava. "Sabar Ava, semoga Yang Mulia Kaisar masih mengasihi mu. Kamu tenang saja." Auntum menenangkan hati Ava, ia takut Ava akan berbuat nekat. Selama berada di istana, Ava selalu mengatakan ingin pergi dari istana. Ia tidak kuat setiap harinya dimarahi oleh Permaisuri.

"Kamu tenang saja, sekarang Permaisuri sudah memindahkan dirimu ke pelayan utama. Permaisuri sudah melepaskan mu sebagai pelayan nya."

Hati Ava sedikit tenang, setidaknya ia tidak berada di dekat Permaisuri dan Yang Mulia Kaisar, tapi ia tetap saja takut. Ia ingin secepatnya pergi dan membawa ayah pemilik tubuh aslinya.

"Bagaimana jika aku mengatakan, aku bukan Ava yang kamu maksud?"

Auntum melepaskan pelukannya, ia menatap heran ke arah Ava. Apa karna dia demam? sehingga berbicara mengelantur. "Kamu bicara apa? kamu itu Ava, teman ku."

"Ava mu sudah mati, aku jiwa lain yang masuk ke tubuh Ava. Makanya aku tidak bisa mengingat siapa diriku, apa tujuan hidup ku? kalau tidak percaya ya sudah, masa bodoh."

"Jangan bicara sembarangan, jika ada yang mendengarnya. Kamu bisa di penggal."

"Ah, sudahlah aku bukan Ava, yang jelas aku tidak ingat apa pun." Ava langsung membaringkan tubuhnya, ia menarik kembali selimut ke atas badannya. Membiarkan Auntum mematung dan kalut dalam pikirannya. Auntum berdiri, tenggorokannya terasa tercekat. Semua yang di katakan Ava, ia masih tidak mempercayainya. Akan tetapi melihat perlakuan Ava, sikap Ava seperti seseorang yang asing baginya.

Sementara di sisi lain..

Dua insan itu saling memandu kasih, mereka saling mengungkap rasa cinta mereka. Desahan itu lolos keluar dari wanita di bawahnya. Entah berapa kali mereka lakukan. Setiap sang suami menyentuh wanita lain, maka dia harus memberikan jatah untuknya. Menghapus semua jejak wanita di tubuhnya.

"Yang Mulia, hamba tidak suka dengan pelayan Ava. Tadi saja dia berani menjatuhkan teh ke gaun hamba." Wanita itu pun menatap laki-laki di atasnya dengan mata berkaca-kaca. "Belilah yang lain, apa Permaisuri menghukumnya?"

"Tentu saja hamba sudah menghukumnya, dan hamba jadikan Ava itu pelayan bawah (pelayan yang mengerjakan berbagai macam pekerjaan, kecuali pelayan utama)

"Lain kali aku juga akan menghukumnya. Jangan sedih kita lanjutkan saja."

"Tunggu Yang Mulia, hamba ingin menggantinya dengan wanita lain dan hamba tidak kuat seperti ini Yang Mulia. Hati hamba sakit."

Hati Kaisar Kristoffer merasakan sakit melihat istrinya menangis, tapi semua itu juga demi melindunginya.

"Jangan menangis sayang," ucapnya seraya ******* bibirnya.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

Kristoffer ini korban kebucinan yg sampai membutakan mata dan menulikan telinganya... hais.. satu lagi jajaran penguasa yg kejam tp bego..

2024-02-02

1

yuhuwww

yuhuwww

.

2022-01-21

0

🍃Anita Amanda****???¿¿¿🍵❄❄❄❄

🍃Anita Amanda****???¿¿¿🍵❄❄❄❄

sampah

2022-01-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!