"Lihat Mera mah" ucap Amera yang sudah rapih menggunakan seragam TK.
"Wow cantik sekali anak mamah yang satu ini" Lisa mendekati anaknya sambil membetulkan bando yang di pake Amera dan menghujami pipi anaknya yang chubi dengan ciuman, dan menggandeng Amera kemeja makan.
"Sebelum sekolah harus apa?" Tanya Lisa.
"Harus sarapan dulu biar kuat kalau mau sarapan harus baca doa dulu" ucap Amera sambil tersenyum.
"Betul manis sekali anak mamah" ucap Lisa sambil mengambilkan makanan untuk Amera.
*Bu Lastri tolong lihat di loby pak Budi sudah sampai belum, kalau sudah sampai ajak sarapan sekalian" perintah Lisa
"Baik dek Lisa, saya akan turun untuk melihat pak Budi" jawab bu Lastri dan keluar dari apartemen.
Lisa yang sedang sarapan terus manatap Amera sambil tersenyum betapa bahagianya memiliki Amera.
Amera yang sekarang sudah empat tahun menjadi anak yang mandiri, cantik dan pintar berbicara sudah lancar tidak seperti anak umur empat tahun pada umumnya dan dikelilingi orang-orang baik di sekitarnya.
Masih teringat di memori Lisa betapa baik orang orang di dekatnya.
Saat melahirkan Amera semua biaya persalinan dan kebutuhan saat Amera bayi semua di biayai oleh pemilik caffe X. Alasnya semua karyawan yang akan melahirkan memang mendapat tunjangan melahirkan. Bagus bukan semoga banyak perusahaan perusahaan yang sama seperti caffe X.
Setelah Lisa keluar dari caffe X untuk mencari pekerjaan yang memakan waktu tidak terlalu lama diluar karena dia ingin fokus terhadap Amera, Lisa diterima di perusahaan Herlando yang jam kerjanya hanya delapan jam sehingga Lisa bisa mendapatkan banyak waktu untuk mengurus Amera.
Betapa beruntungnya Lisa bekerja di perusahaan Herlando yang mendapat gaji tidak sedikit, dan setelah satu tahun bekerja Lisa mendapat fasilitas apartemen yang sekarang dia tempati dan tidak terlalu jauh dari tempat Lisa bekerja, mobil dan sopir dari perusahaan karena Lisa adalah salah satu karyawan terbaik di perusahaan Herlando. Lisa bangga dengan perusahaan tempat Lisa bekerja saat ini, karena menilai karyawan dari kerja keras dan usaha, bukan hanya karena pendidikan yang tinggi saja, itulah mengapa Lisa bisa bertahan hingga hampir empat tahun bekerja di perusahaan Herlando sebagai sekretaris utama Bagus Herlando.
"Maaf non Lisa memanggil saya" ucap pak Budi yang sudah masuk kedalam apartemen.
"Iya pak Budi, pak Budi sudah sarapan belum? ayo kita sarapan bersama"
"Maaf non saya sudah sarapan" ucapnya.
"Pak Budi kita tidak boleh menolak rezeki, makanan ini kan rezeki iya kan mah" ucap Amera polos.
Dan hanya di jawab dengan senyuman oleh Lisa.
"Iya pak Budi ayo sarapan dulu" ucap bu Lastri yang sudah duduk, bu Lastri sudah tahu kebiasaan Lisa yang sangat baik kepada siapapun, termasuk kepada dirinya yang hanya bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Pak Budi hanya mengangguk dan mengikuti perintah Lisa.
"Pak Budi setelah sarapan pak Budi langsung balik ke kantor saja ya hari ini aku sudah mengambil cuti tidak masuk kerja karena mau mengantar Amera" ucap Lisa.
"Tapi pak Bagus menyuruh saya mengantar non Lisa kemanapun non Lisa pergi walaupun non Lisa mengambil cuti selama tiga hari" balas pak Budi.
"Baik lah kalau begitu terima kasih ya pak Budi."
"Tidak usah mengucapkan terima kasih non Lisa ini sudah menjadi kewajiban dari pekerjaan yang harus saya jalankan, saya tunggu di loby non" pak Budi beranjak dari kursi setelah selesai makan.
Lisa hanya mengangguk dan tersenyum.
"Mamah Mera sudah selesai sarapan ayo kita berangkat" ucap Amera antusias.
"Ok mamah kekamar dulu sebantar ya sayang tas mamah masih didalam" ucap Lisa meninggalkan Amera yang sudah duduk di sofa ruang tamu.
Bel apartemen berbunyi dan bu Lastri langsung menuju pintu untuk membukanya. "Eh dek Dini silakan masuk."
"Terima kasih bu Lastri" ucap Dini yang langsung masuk kedalam.
"Amera ponakan tante yang cantik" Dini berkata dan langsung menghampiri Amera dan menciumnya dengan gemas.
"Tante sudah dong ciumnya nanti lipstik tante nempel di muka Mera, Mera kan sudah rapih mau berangkat sekolah" Mera berkata sambil mengusap-usap pipinya.
"Ih gemes banget nih" ucap Dini lagi sambil mencubit pipi chubi Mera gemas.
"Tante……" Teriak Mera.
"Et,, jangan marah tante punya hadiah untuk Mera" ucap Dini dan memberikan hadiah ke Amera.
"Wah terima kasih tante" Amera berkata dan langsung mencium dan memeluk Dini.
Lisa yang baru keluar dari kamarnya langsung menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Dini dan juga anaknya.
"Mamah Mera dapat hadiah dari tente Dini" ucap Amera sambil menunjukan hadiahnya.
Lisa hanya tersenyum dan langsung menatap ke arah Dini.
Dini yang di tatap hanya tersenyum dan menganggakat dua jarinya menghampiri Lisa dan memeluknya.
"Dini sudah pernah aku bilang jangan manjakan Amera" ucap Lisa dan melepas pelukan Dini.
"Maaf aku hanya antusias karena Amera akan masuk ke taman kanak-kanak lagian itu juga cuma crayon yang di butuhkan anak-anak" Dini berkata sambil tersenyum lebar.
"Bisa aja ngelesnya" celetuk Lisa dan berjalan kearah Amera yang sedang sibuk dengan crayon barunya.
"Mamah boleh Mera bawa ini" ucap Amera sambil menunjuk crayonnya.
Lisa hanya mengangguk dan menggandeng Amera keluar apartemen.
"Tunggu,,, aku ikut mengantar Amera sekolah boleh ya pinta Dini."
"Ayo cepat tante, Mera bisa terlambat" ucap Amera sambil melambaikan tangannya.
Dini yang melihat Amera dan Lisa sudah sampai di depan pintu langsung menghampirinya dan menggandeng tangan Amera yang satunya.
"Bu Lastri aku berangkat dulu ya" pamit Lisa ke bu Lastri.
"Hati hati" bu Lastri menjawab sambil tersenyum dan melambaikan tangannya pada Amera.
***
Sekolah Amera.
"Sudah sampai" Lisa berkata sambil membuka pintu mobilnya dan menggandeng tangan Amera di ikuti oleh Dini.
"Mamah kenapa masih sepi" ucap Amera.
"Karena anak mamah paling rajin jadi kita sampai ke sekolah lebih awal" ucap Lisa dan masuk ke halaman sekolah.
"Benar kah berarti Mera akan mendapat nilai seratus dong mah."
"Betul sayang kalau anak mamah ingin mendapat nilai seratus Amera juga harus rajin masuk sekolah dan harus rajin belajar" jelas Lisa.
"Dan kalau Amera dapat nilai seratus nanti tante beliin hadiah lagi" sambung Dini.
"Benarkah tante" jawab Amera antusias.
"Ben,,,," belum Dini menyelesaikan ucapanya Lisa sudah menatap Dini dengan tajam.
Dini yang di tatap Lisa hanya tersenyum dan menggandeng tangan Amera meninggalkan Lisa.
Lisa yang ditinggal hanya menggeleng gelengkan kepalanya dan tersenyum.
"Mamah Mera masuk kelas dulu ya, itu kan suara bel masuk kan mah?" Tanya Amera.
"Iya sayang ayo mamah antar sampai ke dalam kelas."
"Oh tidak mah, Mera sudah besar mama tunggu saja disini" ucap Amera yang langsung mencium Lisa dan berjalan menuju kelas sambil melambaikan tangannya.
Lisa tersenyum dan melambaikan tangannya juga.
Setelah Amera masuk Lisa dan Dini memilih menunggu diruang tunggu dekat taman yang masih berada di dalam lingkungan sekolah.
"Lis ini kan bukan sekolah biasa apa kamu sanggup membiayai Amera?" tanya Dini.
"Semua akan aku lakukan aku mau yang terbaik untuk Amera kemaren biaya pendaftaran lima puluh persen di bantu sama tuan Bagus" jelas Lisa.
"Aku jadi curiga lis jangan-jangan dia menyukaimu" canda Dini sambil tertawa.
"Ada-ada aja kalau ngomong dia dan istrinya sangat baik tidak mungkin memiliki niat jahat aku sangat menghormatinya dan menghargainya" jelas Lisa.
"Permisi boleh saya duduk disini" ibu paruh baya datang dan menunjuk kursi di samping Lisa.
Lisa yang masing mengobrol dengan Dini, langsung mengalihkan perhatiannya ke arah suara.
"oh ya nyonya silahkan" ucap Lisa mempersilahkan ibu paruh baya tersebut.
"Anak-anak masih lama pulangnya nak?" Tanya ibu paruh baya kepada Lisa.
"Tidak nyonya sebentar lagi juga pulang" jawab Lisa sambil tersenyum ramah.
"Mamah,,," panggil Amera yang langsung mendekat kearah Lisa.
Lisa yang melihat Amera mendekat langsung berdiri dari tempat duduknya dan merentangkan tangannya untuk memeluk Amera.
"Mamah, Mera boleh pulang duluan karena Mera bisa menjawab semua pertanyaan dari Miss" ucap Amera bahagia.
"Benarkah" ucap Lisa sambil mencium pipi anaknya yang menggemaskan.
"Benar mamah Mera tidak bohong, kan mamah pernah bilang kalau bohong itu dosa" ucap Amera.
"Anak pintar ayo kita pulang" Lisa menggandeng tangan Amera,. Dan menengok kebelakang.
"Permisi nyonya kami pulang dulu" ucap Lisa pada ibu paruh baya.
Ibu paruh baya hanya mengangguk dan tersenyum, yang sedari tadi menatap Lisa.
"Andaikan memantuku seperti dia betapa bahagianya diriku," gumam wanita paruh baya tersebut sambil terus menatap punggung Lisa yang sudah berjalan menjauh.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
susi 2020
😍🤩😍💘
2023-03-03
0
susi 2020
💘💘🤦♀️🥰😘
2023-03-03
0
icha
kok ceritanya loncat gt
2021-11-15
0