Perusahaan Alwira.
"Bagaimana Za?" Tanya Nathan kepada Riza yang sudah duduk tepat didepan meja kerja Nathan.
Maaf tuan saya tidak dapat menemukan orang yang anda cari. Setelah saya selidiki sepertinya nona Lisa telah diusir oleh orang tuanya semua tetangganya juga tidak tahu kenapa nona Lisa diusir, yang mereka tahu orang tua nona Lisa memang tidak menyukai nona Lisa dari kecil."
"Shitt……" umpat Nathan dan berdiri dari tempat duduknya.
"Kamu tidak tahu kemana Lisa pergi?"
"Dari informasi yang saya dapat Lisa pergi ke ibukota tuan."
"Ok kamu cari terus keberadaannya kalau sudah ketemu kabarin saya."
"Baik tuan saya permisi keruangan saya tuan"ucap Riza sambil berdiri dari tempat duduknya.
Hanya di jawab anggukan oleh Nathan.
" Susah sekali aku mencarimu Lisa," gumam Nathan dalam hati sambil memandangi foto Lisa yang diberikan oleh Riza.
Tok tok tok pintu ruangan kerja Nathan diketuk membuat Nathan kaget dan langsung menyimpan foto Lisa yang masih dipandangi ke dalam laci dan mempersilakan masuk.
"Maaf tuan mengganggu" ucap Putri sekretaris Nathan.
"Ada apa?*
" Didepan ada yang mencari tuan" ucap Putri takut karena Putri tahu yang datang adalah seorang wanita dan dia sudah dipesan siapapun wanita yang datang kecuali mama Rosa tidak diperbolehkan masuk.
"Siapa? "
"Nona Diana dia bilang disuruh nyonya Rosa tuan."
"Suruh dia masuk."
Tidak berselang lama Putri keluar Diana langsung masuk keruangan Nathan.
"Ada apa kamu kesini?" tanya Nathan tanpa basa basi.
"Tidak bisakah kau lembut sedikit saja padaku aku kangen sekali ingin bermanja denganmu" jawab Diana yang langsung memeluk Nathan dari kursi belakang dan mencium pipi Nathan.
"Kau" geram Nathan sambil melepas tangan Diana.
"Kenapa ada yang salah? aku ini calon tunanganmu Nathan" ucap Diana dan kembali menggoda Nathan dan beralih duduk di pangkuan Nathan dan menyilangkan tangannya di leher Nathan.
"Aku sedang tidak mood" Nathan berdiri dari kursinya.
"Kenapa?" ucap Diana yang langsung menc*um bibir Nathan.
"Pergilah" ucap Nathan sambil mendorong tubuh Diana menjauh darinya agar ciumannya terlepas.
"Baiklah kalau begitu nanti malam aku akan keapartemenmu" Diana berkata sambil meninggalkan ruangan Nathan.
Nathan memandang Diana dengan acuh.
Setelah kepergian Diana dari ruang kerja, Nathan kembali mengambil foto Lisa yang berada dilaci.
kenapa perasaanku tidak menentu setiap mengingatmu Lisa? Belum pernah aku merasakan perasaan seperti ini, tidak tahu perasaan apa ini, gumam Nathan frustasi sambil bersandar dikursi dan memegang keningnya.
******
Sudah hampir satu bulan Lisa mencari Ibra tapi tidak ada tanda tanda keberadaan Ibra.
Hari-hari dijalani dengan berkeliling ibukota dari tempat satu ketempat lainnya. Untung saja Lisa wanita yang kuat jadi tidak berpengaruh pada kehamilannya.
"Apa aku harus menyerah untuk mencarimu mas?" Gumam Lisa yang sedang duduk dikamar sambil memandang foto Ibra dan tidak berasa air mata jatuh tak tertahankan.
"Lis sedang apa kamu?" tanya Dini masuk kekamar Lisa.
Membuyarkan lamunan Lisa, dengan segera Lisa langsung menghapus air matanya.
Dini yang melihat Lisa menangis langsung memeluk Lisa.
"Aku sudah tidak kuat menahan air mata ini untuk tidak jatuh Din, biarkan aku menangis aku pinjam bahumu untuk bersandar jangan kamu melarangku" ucap Lisa lalu Lisa menangis dengan kencang.
Dini yang merasa kasihan hanya diam saja sambil memeluk Lisa dengan erat.
Dini tidak menyangka Lisa yang selalu kuat menghadapi semua permasalahan bisa seterpuruk ini tidak terasa Dini juga menitikan air matanya.
Sudah hampir satu jam Lisa menangis dipelukan Dini.
Akhirnya Lisa melepaskan pelukanya.
"aku menyerah Din, aku sudah menyerah aku akan menjalani hidupku cukup aku dan anakku aku ikhlas melepas mas Ibra dan aku juga tidak akan mencarinya lagi kalaupun tuhan mengizinkan kami bertemu dan bersama suatu saat nanti pasti tuhan akan mempertemukan kita, aku mampu menjadi ayah dan ibu untuk anakku ini" ucap Lisa sambil memegang perutnya yang sudah terlihat agak buncit.
Dini langsung memeluk Lisa kembali dengan erat.
"Sudah lama aku menantikanmu mengucapkan kata itu Lis, aku merasa bangga kamu mengatakan itu aku akan selalu berada disamping kamu Lis" ucap Dini meregangkan pelukanya dan menatap Lisa kemudian menghapus air mata Lisa.
"Terima kasih Din."
****
Pagi hari yang cerah Lisa sudah bangun lebih awal dan menyiapkan makanan untuk dirinya dan juga Dini.
Sekarang Lisa akan memulai hidup baru, dia harus kuat untuk dirinya sendiri dan juga anak yang ada dikandunganya.
" Sedang apa kamu Lis?" tanya Dini yang melihat Lisa sedang sibuk dengan berkas-berkas yang sedang dibereskan.
"Sudah bangun Din?* Lisa bertanya juga sambil sibuk membereskan berkas yang ada diatas meja."
oh ya Din hari ini aku akan mencari pekerjaan doain ya agar bisa langsung dapat kerja" ucap Lisa sambil memasukkan berkas ke dalam tasnya.
"Apa tidak sebaiknya Kamu menunggu hingga kamu melahirkan Lis?"
"Tabungan aku sudah menipis aku perlu menghidupi anakku dengan layak kalau dia sudah lahir kedunia ini lagian kandungan aku kan masih empat bulan jadi masih lama melahirkannya kalau kelamaan dirumah nanti jadi berakar" canda Lisa sambil tersenyum.
"Bisa aja bumil satu ini" Dini berdiri dan mencubit pipi Lisa.
"Awww" pekik Lisa kemudian mengambil tasnya lalu beranjak pergi. "aku pergi dulu ya Din" pamit Lisa.
"Hati-hati" Dini melambaikan tangannya.
Sore hari Lisa yang baru sampai rumah dengan muka yang lusuh dan berjalan gontai memasuki rumah dibuat kaget kerana mendapati Dini masih dirumah.
"Kau membuatku kaget saja Din, kenapa belum berangkat kerja?"
"Ini kan jadwal aku libur bagaimana sudah dapat kerjaan?"
Lisa mengangkat kedua tangannya dan menghembuskan nafasnya dengan kasar. "
sudah ada sepuluh lowongan pekerjaan lebih semua menolak karena aku sedang hamil" ucap Lisa frustasi.
"Apa aku boleh ikut kerja denganmu Din?"
"Enak aja g boleh, aku g mau anakmu mengenal dunia malam" ucap Dini.
"Terus apa aku harus kerja nyuci gosok keliling rumah orang" celetuk Lisa frustasi.
"Enak saja kamu terlalu berharga buat bekerja kasar seperti itu."
"Idih seperti suami posesif aja kalau bicara" ujar Lisa sambil tersenyum.
"Iya lah aku harus posesif karena kamu sahabatku dan kamu keluargaku satu satunya yang aku miliki" jelas Dini sambil mencubit hidung Lisa.
"Aku tahu gimana kamu bisa dapat kerja Lis aku telepon dulu orangnya ya?"
Belum juga Dini mengambil telepon dari luar ada yang mengetuk pintu. Kemudian Dini membuka pintu.
"panjang umur orangnya datang Lis" ucap Dini sambil tertawa.
"Ada apa? kalian sedang membicarakanku ya?" Raffa masuk dan bertanya pada Dini.
"Tidak aku hanya ingin meneleponmu eh kamunya sudah ada disini ya sudahlah bagus bukan" jawab Dini.
"Kenapa kau kangen denganku" Raffa menggoda Dini dan tersenyum.
"Ih apaan sih" Dini langsung memukul lengan Raffa.
"Seharian Lisa mencari pekerjaan tapi tidak satupun yang mau mempekerjakan apa pak meneger satu ini bisa menolong sahabatku" ucap Dini.
"Apa kau bekerja menjadi manager kenapa tidak bilang kalau tahu kan aku tidak usah susah-susah berkeliling seharian mencari pekerjaan" celetuk Lisa.
"Maaf tidak tahu" ucap Raffa sambil tersenyum kepada Lisa.
"Apa boleh aku bekerja di tempatmu?"
"Boleh" jawab Raffa singkat.
"Beneran Fa, aku kan sedang hamil seharian aku mencari pekerjaan semua menolak karena aku sedang hamil."
"Tidak masalah yang penting kerja dengan rajin dan besok kamu sudah boleh kerja."
"Beneran nih terima kasih ya Fa"
Dan dibalas anggukan dan senyuman oleh Raffa.
********'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
untung punya sahabat baik melebihi saudara
2023-12-19
0
Yeni Maryani
bersyukur Lisa dapat teman yg baik mau membantu
2021-12-20
0
Arun AgamSalsabilla Shopp
aku nangis bacanya 😭
2021-09-08
0