***
Mata Sherin mengerjap hebat saat menyadari
para penjahat itu kini berlompatan menyerang
ke arah dirinya dan pria itu sambil mengeluarkan
senjata tajam yang berkilat mengerikan.
Namun, apa yang terjadi kemudian membuat dia tercengang. Pria penolong nya itu terlihat santai.
Dia hanya mengibaskan sedikit tangannya ke arah para penyerang, dan tiba-tiba saja tubuh mereka
semua terbang, terlempar sadis ke berbagai arah
lalu berjatuhan dalam keadaan mulut dan hidung
yang mengeluarkan darah segar.
Pria itu membawa Sherin untuk berdiri kembali.
Sherin masih berada dalam mode tidak percaya
pada apa yang baru saja di lihatnya. Apakah pria
penolong nya ini seorang pesulap.?? Tanpa kata,
pria itu membuka jas yang di pakainya kemudian
menutupkan nya ke tubuh bagian atas Sherin
yang setengah terbuka.
"Te-terimakasih Tuan atas bantuannya."
Sherin tergagap dengan raut wajah yang terlihat
memerah begitu menyadari keadaan dirinya saat
ini yang terlihat sangat kacau. Pria itu tampak
menatap lurus kearah para penjahat yang kini
mencoba untuk bangkit dengan susah payah.
Dengan tenang dan gaya yang sangat santai pria
itu mendekat ke arah pimpinan penjahat yang kini mundur ketakutan dan membelalakkan matanya
saat mengenali siapa pria yang membantu gadis
itu. Walau wajahnya tertutup masker, namun dia
masih bisa mengenalinya dengan baik.
"Ayo maju, apa kalian masih punya nyali.?"
Tantang pria itu dengan suara beratnya. Sorot
matanya tampak menghunus, menggetarkan
lutut para penjahat itu.
"Ampun.. ampuni kami Tuan, kami tidak berani."
Pimpinan penjahat tampak membungkukkan
badan dengan tubuh bergetar hebat. Setelah itu mereka beranjak pergi dengan raut wajah penuh ketakutan yang sangat kentara begitu menyadari sepenuhnya keberadaan sosok tinggi gagah itu.
Sherin hanya bisa terdiam melihat kejadian itu.
Siapa pria ini sebenarnya, kenapa para penjahat
itu sepertinya sangat ketakutan begitu melihat
kedatangannya.?
Setelah memastikan semuanya aman, pria itu
kini beranjak, melangkah tenang menuju mobil
hitam yang terparkir sedikit jauh dari tempat
Sherin berada.
"Tu-Tuan.. tunggu, jas anda.! Tuan..!"
Sherin yang tadi masih terkesima oleh sikap
misterius pria itu, kini berlari mengejar membuat
pria itu berhenti seketika. Dan Sherin pun sontak
mengerem langkahnya. Namun tetap saja tubuh
mereka sempat beradu sedikit keras. Wajah
Sherin langsung saja memerah, malu sendiri.
"Maaf Tuan.. silahkan ambil kembali jas anda.
Dan terimakasih atas bantuannya."
Sherin mengulurkan jas yang beraroma wangi
maskulin mewah tersebut. Mata tajam pria itu
menatap datar tubuh bagian atas Sherin yang
langsung mengkerut dan menundukkan kepala.
Sial, apa-apaan ini, kenapa dirinya jadi bertingkah
bodoh begini.! Sherin merutuki diri sendiri.
Mau tidak mau, akhirnya dia kembali memakai
jas itu setelah memahami tatapan intimidasi
pria tidak di kenal itu. Pria yang sangat aneh.!
Dari arah pintu kemudi, keluar seorang pria lain
yang langsung menghampiri mereka berdua.
"Nona Sherinda.. datanglah ke tempat ini nanti
malam. Ada kesepakatan bagus yang akan di
tawarkan oleh Tuan kami.!"
Pria yang baru muncul itu mengulurkan secarik
kertas ke hadapan Sherin yang terlihat bingung. Namun tak urung, dia menerima uluran kertas
putih berisi sebuah alamat tersebut.
"Maaf, apa maksud anda sebenarnya Tuan.?"
Sherin menatap sekilas kearah pria misterius
itu yang terlihat acuh saja.
"Anda akan tahu sendiri nanti Nona. Silahkan
anda pikirkan baik-baik semuanya."
Si pria kedua yang menjawab pertanyaan Sherin.
Sementara pria penolong nya terlihat cuek, dia
malah berjalan tenang masuk ke dalam mobil.
"Ini adalah kesempatan yang tidak akan datang
dua kali dalam hidup anda Nona. Permisi.!"
Si pria kedua kembali berucap sambil kemudian
menudukkan kepala sedikit. Setelah itu berlalu
pergi dari hadapan Sherin yang masih terdiam
dalam kebingungan. Dia menatap kepergian
mobil mewah tersebut sampai menghilang di
balik persimpangan jalan.
Huuff.. Sherin menghembuskan nafas kasar.
Sungguh, ini adalah hari yang sangat melelahkan sekaligus membingungkan. Dia kembali melihat kertas putih yang ada di tangannya.
"Cafe Edelweis..jam 7 malam.. Atas nama Tuan Ramon Damoda.. Haahh..ada apa ini, apa yang
mereka inginkan sebenarnya.?"
Sherin menautkan alisnya penuh rasa curiga dan mewaspadai segala kemungkinan. Saat ini dia
jadi lebih antipati pada orang asing. Dia tidak
ingin kecolongan lagi dengan masuk ke dalam
jebakan ataupun permainan orang.
Tidak ingin terus larut dalam segala kebingungan, akhirnya gadis itu melangkah ke arah mobilnya kemudian masuk ke balik kemudi. Untuk sesaat
dia tampak menatap jas hitam yang kini melekat
di tubuhnya. Aroma maskulin yang sangat mewah,
siapa pria itu sebenarnya.?? Bodo amat lah.!
Tidak lama dia sudah kembali meluncurkan
mobilnya menuju rumah sewaannya. Kebetulan
hari ini dia memang tidak memiliki jadwal apapun.
***
Rumah model minimalis bercat putih cerah itu
tampak asri di tengah lingkungan perumahan
berkelas menengah. Dan Sherin cukup nyaman
tinggal di rumah baru nya ini. Sesungguhnya
dia memang menyukai kesederhanaan.
Saat ini waktu sudah beranjak malam. Sherin
baru saja selesai menjalankan ibadah sholat
magrib. Walau hidupnya selalu bersinggungan
dengan dunia liar dan glamor, namun sebisa
mungkin dia selalu melaksanakan kewajibannya
di sela-sela kesibukannya, meskipun masih
sangat jauh dari kata taat..
Kini dia terlihat berjalan mondar-mandir di dalam
kamarnya. Dia bimbang, antara menerima atau
mengabaikan tawaran pria yang tadi siang.
"Bismillah.. semoga ini sesuatu yang baik
untuk hidupku ke depan."
Akhirnya Sherin memutuskan untuk pergi. Walau
dia tidak yakin dengan apa yang akan terjadi. Dia
segera berganti pakaian dengan setelan manis
yang menutup rapat seluruh tubuhnya. Dia juga
membiarkan wajah nya polos apa adanya, hanya memakai pelembab bibir saja.
Apalagi yang harus di aplikasikan pada wajahnya.
Tanpa polesan apapun, wajahnya sudah tampak memukau. Tuhan sudah sangat baik padanya,
memberikan anugerah kecantikan rupa yang
begitu sempurna tiada cela. Jadi, untuk apalagi
dia mengutak atiknya.
Setelah meyakinkan diri, akhirnya Sherin pergi
menuju cafe yang sudah di janjikan. Selama di
perjalanan, hatinya tiba-tiba saja berdebar tidak karuan. Dia benar-benar tidak bisa menebak apa
yang akan terjadi nanti. Dan yang jelas, hatinya
saat ini sangat sulit di kendalikan.! Dia mulai
merasakan tidak nyaman, mungkinkah mereka orang-orang jahat?
Tiba di tempat tujuan, Sherin memilih vallet
parking agar bisa segera masuk.
"Selamat malam mbak Sherinda..Apa anda
sudah melakukan reservasi sebelumnya.?"
Pelayan cafe yang berjaga di depan langsung
mengenali Sherin dan terlihat menyambutnya.
"Saya ada janji bertemu dengan Tuan Roman."
"Ohh..Tuan Roman, mari, saya akan mengantar
anda menuju ruangannya."
Sambut pelayan itu dengan wajah yang tampak
terkejut sambil kemudian perlahan melangkah membimbing Sherin yang mengenakkan kembali kacamata hitamnya dan kini berjalan anggun
menuju ruangan yang di tunjukkan pelayan.
Ada banyak pengunjung Cafe yang mengenali
dirinya. Dan mereka langsung saja heboh menggosipkan Sherin yang hari ini sedang jadi
pusat pemberitaan di berbagai media massa.
Tapi Sherin tidak sadar sama sekali akan hal
itu, karena hari ini dia memang mematikan
ponsel serta menutup semua akses informasi.
Tiba di dalam ruangan, Sherin di sambut oleh
manager cafe yang sedang menyiapkan tempat
bersama dua orang pelayan.
"Silahkan tunggu sebentar Mbak, kebetulan
Tuan Roman sudah tiba di parkiran."
Ucap manager cafe sambil memberi isyarat
pada pelayan untuk melayani Sherin dengan
sebaik mungkin.
"Terimakasih.."
Sahut Sherin sambil mendudukkan bokongnya
di atas sofa. Dia mengamati seluruh ruangan
yang terlihat sangat nyaman itu, sepertinya ini
adalah ruangan terbaik di Cafe ini.
Beberapa waktu kemudian ke dalam ruangan
muncul pria misterius yang tadi siang menolong
nya. Dia datang bersama pria yang satunya lagi
di sambut langsung oleh manager cafe yang
terlihat begitu segan terhadap pria misterius itu.
"Selamat malam Tuan Muda.."
Sambut sang manager sambil membungkuk
hormat di hadapan pria itu. Sherin ikut berdiri
menyambut kedatangan Pria misterius itu
yang kini sudah sampai di hadapan Sherin.
"Selamat datang Tuan.."
Sambut Sherin sambil menundukkan kepalanya
sedikit. Pria itu tampak membuka masker penutup wajahnya. Dia tidak perlu lagi menutupi wajahnya
saat ini. Namun hal itu justru membuat Sherin
terkejut bukan main begitu melihat penampakan
pria itu. Jantung nya tiba-tiba berdebar kencang.
Masya Allah.. Tuan Muda Kertaradjasa..
Mata Sherin tampak mengerjap, tidak percaya
pada apa yang di lihatnya. Benarkah ini, benarkah
dia sedang berhadapan dengan Devan Kanigara
Elajar, Tuan muda Kertaradjasa..??
"Selamat malam Nona Natakusumah.."
Pria misterius itu yang tiada lain adalah Devan
mengeluarkan suara khas nya yang sangat berat
dan dalam. Tatapan nya yang tajam tampak fokus
pada wajah Sherin yang sedikit memucat.
"Se-selamat malam Tuan Elajar.."
Sherin menyahut dengan suara sedikit bergetar
sambil menundukkan kepalanya. Devan tampak
bergerak, kemudian mengibaskan jas nya, lalu
duduk tenang penuh gaya serta kharisma yang
sangat menyilaukan mata. Sosoknya terlihat
begitu elegan dan mempesona. Kakinya tampak
menyilang dengan kedua tangan di letakkan
di atas sandaran sofa.
"Kenapa masih berdiri .? Duduklah.!"
Devan kembali mengeluarkan suara nya dengan
tatapan tiada henti memecah sosok Sherin yang
sontak bergerak pelan, duduk kembali di depan
Devan sambil tersenyum canggung.
Sherin berusaha menguasai dirinya. Dia tidak
boleh terlihat mengenaskan di depan pria yang
sangat terhormat ini. Dia tahu benar siapa pria
ini. Semua orang yang berkecimpung di dunia
hiburan, pasti mengenali siapa itu Tuan Devan Kanigara Elajar..Namun, ada banyak pertanyaan
yang kini bersarang di kepalanya.
"Bagaimana.. kau mau makan dulu, atau kita
langsung bicara pada pokok pembahasan.?"
Devan memulai pembicaraan. Roman terlihat
setia berdiri di belakangnya sambil mengamati
Sherin yang kini mengangkat wajah nya dengan
ragu. Mata mereka saling menatap sebentar.
Tapi Sherin segera menarik pandangannya,
dia tidak ingin bersikap lancang.
"Mohon maaf sebelumnya Tuan Elajar. Saya
rasa, sebaiknya kita berbicara langsung pada
pokok pembahasan saja. Saya benar-benar tidak mengerti kenapa anda mengundang saya datang kesini."
Bibir Devan terangkat sedikit. Tatapannya kini
terlihat mengamati keseluruhan sosok Sherin.
Harus dia akui, wanita ini memang sempurna.
Pantas saja para lelaki hidung belang itu berani membayar mahal untuk mendapatkan nya.
"Baiklah Nona Sherin..Aku ingin menawarkan
sesuatu padamu. Sebuah kesepakatan..!"
Sherin kembali mengangkat wajah nya. Kali ini
raut wajahnya terlihat sedikit berubah, terkesan
curiga dengan perkataan Devan.
"Kesepakatan, apa itu Tuan.? Sebelumnya saya
ingin menegaskan sesuatu. Tolong perlakukan
saya sebagai wanita beradab. Saya hanya akan
menerima pekerjaan sesuai dengan keahlian
dan kemampuan saya saja.!"
Devan menautkan alisnya mendengar uraian
singkat dan padat yang di lontarkan oleh Sherin.
Aneh, wanita ini sepertinya sedang mencoba
membentengi dirinya. Bibirnya menyeringai
tipis penuh ironi. Berani berulah juga rupanya
wanita ini, seolah dia sangat berharga.!
"Jadilah istriku Nona Sherinda Maheswari..!"
Deg !
Jantung Sherin langsung terguncang dengan
mata yang membulat sempurna. Kedua mata
mereka saling menatap kuat. Tuhan..lelucon
macam apa ini, sungguh..sangat menggelikan.!
Tidak lama Sherin tertawa kecil dan renyah yang membuat mata Devan terpana dalam diam.
Suara tawa wanita yang ada di hadapannya itu terdengar begitu merdu merayu membuat aliran
darah di tubuh Devan langsung berdesir hebat.
Ohh shit.! wanita ini penuh dengan racun yang
sangat berbahaya. Pantas saja banyak pria
tergila-gila padanya.
"Aku tidak bercanda Nona Sherin.!!"
Devan melempar satu map kuning ke hadapan
Sherin yang langsung menghentikan tawanya.
Matanya kini beralih pada map kuning itu. Raut
wajahnya tiba-tiba saja berubah keras.
"Apa ini.? Sebenarnya apa yang anda inginkan
Tuan Devan Kanigara Elajar.?"
Suara Sherin terdengar tegas dan jelas dengan
tatapan yang kini berubah tajam, menghujam
wajah Devan yang menyeringai tipis. Keduanya
tampak saling menatap, mengadu kekuatan dan
kelihatannya tidak ada yang ingin mengalah.
Roman sampai menautkan alisnya melihat
keberanian model cantik itu.
"Pelajari nota itu sedetail mungkin. Kalau setuju,
besok siang kau bisa datang ke kantor. Setelah
itu kita akan melangsungkan pernikahan."
Tegas Devan sambil kemudian berdiri tegak,
merapihkan kembali pakaiannya. Setelah itu
dia berlalu pergi dari hadapan Sherin yang kini
hanya bisa terdiam seperti orang bodoh.!
"Pikirkan baik-baik Nona.. Kalau sudah yakin,
anda bisa menghubungi nomor saya di sini
untuk membuat janji temu dengan Tuan Muda.."
Roman menyimpan kartu nama di atas meja
di hadapan Sherin yang masih terdiam dalam
ketidakpercayaan atas apa yang kini sedang
berlaku di depan matanya..
*****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
PJ92
Kecantikan sherin kyanya melebihi maharaya sma mayra deh
2025-01-01
1
@𝕳𝖆𝖜𝖆
apa sih Dev Dateng" nawarin nikah ,,apa g syok sherine nya
2024-09-21
0
Ana Nur
entah sudah yg keberapa kali aku bc novel ini tp ttp aja ceritanya sll menarik untuk aku baca. termasuk jg cerita suamiku pelindungku,,,
2024-02-20
4