Alam Semesta Mewakili Perasaannya

Kelas akhirnya selesai tepat pada pukul 12.30 WIB dan Ela langsung menghampiri Ado yang berada di Gazebo tadi.

"Do, kok nomor hp nya Bimo ga aktif ya? jadi khawatir gini kan."

"Udah coba cek ke kelasnya belom La?" tanya Ado sembari memperhatikan raut wajahnya.

"Oh iya belum, coba nanti tanya sama..." obrolan itu terpotong karna, teman sekelas Bimo melewati mereka berdua.

"Eh Mil? Bimo masuk ga?" Tanya Ela langsung ke Mila yang merupakan teman sekelas Bimo.

"Bimo ya? kayaknya enggak deh, bentar coba gua tanya ke Toni kan dia korib nya Bimo," jelas Mila.

"Nah ini dia panjang umur," lanjutnya yang melihat Toni baru saja keluar dari lorong kelas.

"Ton, Toni! Bimo masuk ga sih tadi? gua lupa geh," tanya Mila.

"Ton, Ton, Ton emang gua satuan berat hah!"

"Hehehe, ya kan nama lu Toni jadi wajar kalo gua panggil lu Ton. yaudahlah gua pulang duluan ya, bye. Ini tanya aja sama Toni langsung."

"Makasih ya Mila."

"Huh... ya hati-hati. Bimo enggak masuk dia absen tadi," jelas toni mengarah ke Ela.

"Kenapa? ada kabar gak kenapa dia gak masuk?" tanya Ela yang semakin khawatir.

"Dia semalem berantem sama cewe nya terus ngebut-ngebutan di jalan dan akhirnya dia kecelakaan. Sekarang dia di rawat di RS Sakti, di ruang kelas II."

"Terus sekarang kondisinya?" tanya Ela yang benar-benar panik sekarang.

"Tadi Pian ngabarin gua kalo Bimo udah sadar, gak koma kok paling luka parah doang. Ya... minimal sembuhnya sebulan kalo ga dua bulanan gitu."

"Kalo lo mau ke RS jangan lupa bawa makanan ya gua nitip oke hehehe. Gua cabut dulu mau ke Cafe."

"I-iya makasih ya Toni."

Raut wajah Ela semakin panik, mungkin saja Ia sedang bermain dengan fikirannya. Ado sangat memahami situasi saat itu dengan cepat Ado langsung mengajak Ela untuk menjenguk Bimo ke RS Sakti.

Namun Mereka tak langsung ke Rumah Sakit melainkan ke salah satu Restoran kekinian untuk membeli beberapa makanan untuk makan siang bersama di RS.

Tidak lupa juga Ia berkunjung ke Minimarket untuk membeli beberapa cemilan, minuman, dan juga roti tawar khusus untuk Bimo.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 20 menit, akhirnya mereka sampai di RS Sakti.

Ela langsung menuju ke dalam rumah sakit tersebut Ia juga segera mencari Suster untuk bertanya.

Belum sempat Ia bertanya, Pian selaku teman Bimo yang menemaninya dari malam menuruni tangga sembari menguap dan di tanggannya juga terdapat jaket.

Kemungkinan besar Ia ingin pulang sebentar atau mungkin saja Ia ingin mencari makanan atau pun Ia keluar ingin merokok.

"Eh, Ela ya?" tanya Pian yang langsung menghampiri Ela.

Sedikit terkejut, mengapa Pian bisa tau dirinya sedangkan Ia tak pernah bertemu dengan teman-teman circle Bimo sebelumnya.

"Iya? lo Pian ya Temennya Bimo?"

"Iya gue Pian, ayok gue anter ke ruangnya Bimo. BTW Lo sendirian ke sini?"

"Eh? iya gua tadi sama Ado, sebentar gua panggil Dia dulu."

5 menit kemudian.

Ela mengenalkan Ado ke Pian, seketika itu mata Pian membulat dan mematung. Entah apa yang di fikirkannya tapi yang pasti wajah terkejutnya nampak sekali.

"Pian? PIAN?" Panggil Ela dengan Tegas.

"Eh? I-iya ayok sini gua anter."

Sayangnya hari itu lift tidak bisa di pakai karna ada kerusakan mesin, jadinya mau tak mau mereka harus menggunakan tangga untuk naik ke lantai empat.

'Gila si Pian bolak-balik ke lantai empat naik tangga kuat juga. Gua aja baru sampe lantai dua udah ngap-ngapan. Ini si Ado juga kuat beut dah ga ngosh-ngoshan sama sekali busettt,' Batin Ela.

"Pian lo ga cape apa hosh...hosh... bolak-balik kek gini? hosh...hosh... kan lo mau pulang," tanya Ela dengan nada terbata-bata karna ngosh-ngoshan.

"Enggak kok, sedikit deng. Gua udah biasa kali naik turun tangga bahkan dari lantai enam aja gua udah B aja sekarang."

"Tapi kan lo ngerokok kok bisa nafas lo kuat?"

"Enggak tau gua, mungkin karna udah biasa kali gua turun tangga di apartemen. Kan apartemen gua di lantai enam kalo mau naik lift harus siap konsekuensinya mending naik turun tangga aja lebih sehat," jelas Pian dengan nada sedikit angkuh.

"Hah.. sombong Lu!"

"Ini dan sampe kamarnya di pojok sebelah kanan. Tadi sih dia lagi tidur tapi ga tau kalo sekarang. gua cabut duluan ye bye."

"Iya makasih ya." jawaban kompak dari Ela dan Ado.

Tok...tok...tok...

"Assalamualikum, Bimo?"

"Waalaikumsalam, loh? Kalian berdua? Kok bisa tau kalo gue... di..?"

Buk.. (Ela memukul kepala Bimo.)

"Bodoh banget sih MOO! KOK BISA SIH LO KEK GINI BIMO? LO GILA APA? MANA GA NGABARIN GUA LAGI! KALO LO UDAH GA ANGGEP GUA SAHABAT LAGI ITS OKE, GUA GA APA-APA," Ela meluapkan unek-unek dan kekesalannya kepada Bimo.

"Ya kan sekarang lo udah di sini, yaudahlah gausah marah-marah lagi ya," ujar Bimo dengan nada lesu.

"GIMANA GUA GA MARAH-MARAH COBA BIMO, LO KAYAK GINI KARNA SIAPA? HAH? JAWAB? CEWE LU KAN?!"

"HAH... BIMO BIMO GA NGERTI LAGI GUA PEMIKIRAN LO KEK MANA. BARU JUGA PACARAN UDAH KAYAK GINI, BELOM NIKAH NANTI MUNGKIN GANTUNG DIRI KALI LO!." lanjut Ela yang masih di pengaruhi amarah.

"Ya gimana gua ga kesel coba La, lo bayangin aja belom seminggu gua pacaran sama dia eh? apa coba yang dia lakuin ke gua? dia.. dia..?" suaranya tersendat.

"DIA KENAPA?" tanya Ela dengan nada yang masih tinggi.

"La jangan marah-marah ih, kan kita kesini mau ngehibur Bimo" Ado mncoba melerai emosi Ela.

"..."

"Dia kenapa Bim?" tanya Ado ke Bimo.

buk... buk... buk... (Bimo memukul dadanya)

"Huh... Bim, coba lo cerita, sorry tadi gua marah-marah. Dia kenapa bim?" tanya Ela dengan nada lembut dan amarahnya itu sudah menghilang.

"Dia tidur sama cowo lain sebelum pacaran sama gue dan salah satu temen gue ngeliat secara langsung saat mereka lagi berhubungan badan di kosannya cewe gua."

"Pas gua tanya langsung dia malah marah-marah dan ngalihin pembicaraan dan gua tau kenapa dia mau jadi pacar gua karna orang yang tidur sama dia udah nikah sama cewe lain dan ga mau bertanggungjawab sama apa yang udah di lakuin."

"dan Gua sekarang faham dan ngerti kalo dia itu lagi nyari korban buat tanggungjawab. Setelah gue seledikin ternyata dia udah hamil sebulan dan gua terpaksa mojokin dia supaya dia mau ngaku."

"Akhirnya dia ngaku dan bener kalo selama ini dia udah hamil selama sebulan, sakit hati gue La, Do. Rasa ingin mati gue tinggi tapi gue masih inget dosa sama gue masih punya mamah yang harus gue jaga."

Bimo bercerita sembari menitihkan air mata dan suaranya pun sedikit memberat. Sering kali Ia juga menyeka air matanya, nampak jelas Raut kekecewaannya tapi dia menunjukannya hanya ke orang-orang terdekatnya saja.

"Yaudah sekarang lupain aja masa lalu itu ya, maafin kesalahan di masa lalu dan perbaiki semua di masa sekarang."

"Iya bener kata Ela Bim, lo harus bangkit lagi masih banyak bahkan berjuta-juta perempuan yang baik di dunia ini," Ado pun membantu menghibur.

"Iya makasih ya semuanya," ucap Bimo diiringi dengan senyuman paksa.

Sepertinya Alam semesta tau dan mewakili perasaan Bimo, karna saat Bimo bercerita hujan turun dengan lebatnya padahal saat itu tidak ada tanda hujan akan turun bahkan cenderung terang sekali.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Bunda Abizzan

Bunda Abizzan

Bimo, buang sampah pada tempatnya, oke!

2022-07-03

1

Bunda Abizzan

Bunda Abizzan

Alam semesta mendukung Bimo 😁😁

2022-07-03

1

Bunda Abizzan

Bunda Abizzan

Ternyata oh ternyata, Bimo Kamu hanya korban

2022-07-03

1

lihat semua
Episodes
1 Adaptasi
2 Perjalanan
3 Surat kelulusan
4 Awal Temu
5 Kondangan
6 Pesawat
7 Flashback
8 Masuk kuliah
9 cara melindungi mu
10 Dendam
11 Rintik Hujan
12 Diam
13 Rain itu?
14 Kabar Gembira
15 Alam Semesta Mewakili Perasaannya
16 Hujan
17 Tragedi yang Menimpa Ado
18 Teka Teki
19 Reuni Dadakan
20 Kebetulan yang Tidak Terduga
21 Perubahan dari Riky
22 Pertanyaan Penasaran
23 Kisah Hari Ini
24 Pertanda
25 Kehangatan dalam Rasa
26 Janji Tunas Rasa
27 Penyesalan
28 Kala Hujan Turun
29 Pelangi di Bulan Juni (Part 1)
30 Pelangi di Bulan Juni (Part 2)
31 Marionette Misi
32 Siuman
33 Kabar tidak Mengenakan
34 Amnesia
35 Kebenaran
36 Khawatir
37 Perjalanan Khawatir
38 Eja Berulah lagi
39 Menghilang
40 Terungkap
41 Kemana Valdo Pergi?
42 Agenda
43 Kanker Melanoma
44 Ingatan Ela Kembali?
45 Kebersamaan, Desir Angin Membawa Secarik Kertas
46 Surat Mengungkap Kebenaran
47 Rumah Nenek
48 Secarik Kabar
49 Mimpi
50 Siapa?
51 Apakah Dia Kembali?
52 Bukti
53 Lukisan Indah Untuknya
54 Perjalanan Bersama Paus Putih
55 Kembali ke Lampung
56 Visualisasi Tokoh
57 Apa akhirnya kita bertemu?
58 Kesunyian
59 Valdo Kembali!
60 Rasa
61 Pertemuan
62 Pertemuan 2
63 Masalah Baru? Pertanyaan belum usai
64 Awal Kenyataan Terungkap
65 Kebenarannya
66 Pertemuan Kak Anir
67 Pertemuan kak Anir 2
68 Penangkapan
69 Manis
70 Layaknya Seleksi Dadakan
71 Awan Penyimpan Rasa
72 Lembayung Berdialog
73 Lukisan Makna
74 Rumus Fisika
75 Titik Pengakuan
76 Kisah yang Sebenarnya
77 Lembar Baru di Mulai
78 Saingan Baru?
79 Bucin Akut
80 Buatan Seseorang Tersayang
81 Sebentuk Kenangan
82 Hadiah Bermakna
83 Permainan Kecocokan
84 Menaruh Curiga
85 Persaingan di Dalam Persaingan
86 Pertunangan
87 Pameran Seni
88 Kotak Hitam
89 Sebenarnya...
90 Menjemput Kebahagiaan.
91 Menjemput Kebahagiaan 2
92 Kebahagiaan Meliputi Mereka
93 Perayaan
94 Dunia Kerja
95 Obsesi Gila
96 Kampung Halaman
97 Pemicu
98 Terjadi Lagi
99 Akankah Terulang Kembali?
100 Extra Part
101 END
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Adaptasi
2
Perjalanan
3
Surat kelulusan
4
Awal Temu
5
Kondangan
6
Pesawat
7
Flashback
8
Masuk kuliah
9
cara melindungi mu
10
Dendam
11
Rintik Hujan
12
Diam
13
Rain itu?
14
Kabar Gembira
15
Alam Semesta Mewakili Perasaannya
16
Hujan
17
Tragedi yang Menimpa Ado
18
Teka Teki
19
Reuni Dadakan
20
Kebetulan yang Tidak Terduga
21
Perubahan dari Riky
22
Pertanyaan Penasaran
23
Kisah Hari Ini
24
Pertanda
25
Kehangatan dalam Rasa
26
Janji Tunas Rasa
27
Penyesalan
28
Kala Hujan Turun
29
Pelangi di Bulan Juni (Part 1)
30
Pelangi di Bulan Juni (Part 2)
31
Marionette Misi
32
Siuman
33
Kabar tidak Mengenakan
34
Amnesia
35
Kebenaran
36
Khawatir
37
Perjalanan Khawatir
38
Eja Berulah lagi
39
Menghilang
40
Terungkap
41
Kemana Valdo Pergi?
42
Agenda
43
Kanker Melanoma
44
Ingatan Ela Kembali?
45
Kebersamaan, Desir Angin Membawa Secarik Kertas
46
Surat Mengungkap Kebenaran
47
Rumah Nenek
48
Secarik Kabar
49
Mimpi
50
Siapa?
51
Apakah Dia Kembali?
52
Bukti
53
Lukisan Indah Untuknya
54
Perjalanan Bersama Paus Putih
55
Kembali ke Lampung
56
Visualisasi Tokoh
57
Apa akhirnya kita bertemu?
58
Kesunyian
59
Valdo Kembali!
60
Rasa
61
Pertemuan
62
Pertemuan 2
63
Masalah Baru? Pertanyaan belum usai
64
Awal Kenyataan Terungkap
65
Kebenarannya
66
Pertemuan Kak Anir
67
Pertemuan kak Anir 2
68
Penangkapan
69
Manis
70
Layaknya Seleksi Dadakan
71
Awan Penyimpan Rasa
72
Lembayung Berdialog
73
Lukisan Makna
74
Rumus Fisika
75
Titik Pengakuan
76
Kisah yang Sebenarnya
77
Lembar Baru di Mulai
78
Saingan Baru?
79
Bucin Akut
80
Buatan Seseorang Tersayang
81
Sebentuk Kenangan
82
Hadiah Bermakna
83
Permainan Kecocokan
84
Menaruh Curiga
85
Persaingan di Dalam Persaingan
86
Pertunangan
87
Pameran Seni
88
Kotak Hitam
89
Sebenarnya...
90
Menjemput Kebahagiaan.
91
Menjemput Kebahagiaan 2
92
Kebahagiaan Meliputi Mereka
93
Perayaan
94
Dunia Kerja
95
Obsesi Gila
96
Kampung Halaman
97
Pemicu
98
Terjadi Lagi
99
Akankah Terulang Kembali?
100
Extra Part
101
END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!