Dua minggu kemudian...
Pengumuman ujian ptn pun tiba, Raffa mengirimkan link pengumuman itu ke grup mereka berempat, dengan sigap Ela langsung membuka link itu dan memasukan nomor ujiannya.
Setelah menunggu beberapa menit karena banyaknya peserta yang masuk, akhirnya Ela bisa melihat pemberitahuan yang sudah muncul dan sayangnya berwarna merah.
Ela melihat tulisan yang ada di kotak merah itu dan bertulis, “Belum di terima di ptn pilih anda.” Sedikit terkejut namun ia sudah tau itu, karna saat ujian kemarin ia benar-benar-benar tidak fokus sekali.
Dengan cepat pula ia mencari kampus suasta yang menyediakan fakultas DKV ( desain komunikasi visual ) atau desain grafis saja dan saat menemukannya ia langsung dengan cepat mendaftarkan diri disana.
Malam harinya ia berbicara pada orang tuanya serta kakaknya bahwa, “Mah, pah, kak, aku ga keterima di ptn. Jadi aku sudah memutuskan bahwa aku bakal masuk di universitas ini untuk mengambil fakultas DKV, boleh kan?” sembari memberi tahu universitas yang telah ia daftar tadi siang itu.
“Papa sih asal kamu niat dan bener-bener ngejalanin itu, papa bakal setuju.”
“Kakak sih terserah kamu aja!”
“Mama juga ngbolehin kok, tapi kamu yakin?”
“Yakin mah!”
Mereka semua memperboleh kan Ela untuk mengambil fakultas itu dan besok ia harus melengkapi berkas-berkasnya sampai waktu yang telah di tentukan.
Paginya, Ela sudah siap untuk ke kampus barunya bersama dengan kak Anir untuk melengkapi administrasinya serta berkas-berkasnya itu.
Kampusnya ini sangat luas sekali, besar sekali dan juga banyak tempat sejuk disini. “kampusnya bagus ya kak!” Ela yang sedang memperhatikan sekelilingnya, “Iya, adem lagi disini. Semoga kamu betah ya La!” Ela hanya mengiyakan saja.
Lalu mereka semua pergi ke ruang pendaftaran dan langsung pergi ke ruang administrasi.
Setelah itu, mereka berdua berkeliling kampus sebentar lalu pergi ke sebuah rumah makan karna sudah waktunya makan siang.
“Habis ini kakak mau balik ke kantor. Kamu mau di anterin pulang atau mau jalan-jalan dulu?”
“Jalan-jalan dulu aja deh kak, sebentar."
“Oh yaudah, Tapi inget pulang nya jangan ke sorean oke?”
“Oke, kak Anir sayang!”
“Pasti ada maunya, yakan?”
“Hehehe, tolong cetakin komik aku satu lagi ya pliss”
Kak Anir hanya mengiyakan saja, lalu mereka berpisah di rumah makan ini.
Saat sedang berjalan sendiri di tepi jalan, Ela tak sengaja bertemu dengan Bimo yang tak lain sahabatnya.
“Laa,” teriak Bimo dari jauh sembari berlari mengejar Ela.
“Eh bimo, Apa kabar? Wah gila ya! Baru aja gua tingal 3 tahun dah tinggi aja lo! Hampir sama tuh kayak tiang lampu," ledek Ela.
“Ih ngejeknya, dasar pendek lu,” mengacak-ngacak rambul Ela.
“Lo inget ga waktu smp kita sering makan di rumah makan ini?”
“Terus lo jajan banyak banget kan sama mamang-mamang bakso pinggiran itu! Terus juga lo pernah diare gara-gara makan cilok di pinggiran itu. Ahahahha gua inget banget Ela.”
“Yang jelek aja lo inget! Yang baik-baiknya lo lupain, uh dasar lu bembeng!”
“Yang baik gua juga inget kok. Kita pernah ke sini gara-gara si itu kan? Lo mau stalkerin si itu!”
“Hehehe lo inget aja mo!”
Banyak yang mereka ceritakan sembari menyusuri jalanan ini dan saat sampai dirumah, Bimo memberitahu bahwa ia tidak di terima di ptn jadi ia akan masuk universitas suasta saja untuk mengambil jurusan komputer.
Ela hanya mengiyakan saja sembari memberi semangat pada Bimo lalu masuk ke dalam rumah. Cerita tentang masa kecil mereka pun berlanjut di malam hari melalui chatt.
“La, inget ga lo waktu kita maen sepak takrau di lapangan deket kantin?”
“Oh, waktu sd itu ya? itu mah Lo kali yang maen bukan gua. Gua Cuma ngelitin lo doang sama si itu.”
“Yeea, lo mah si itu mulu!”
“Biain aja! Terus juga lo kalahkan, terus nangis sampe ngompol di celana jahahaha,” ledek Ela.
“Ngelunjak lo ini La, inget aja kejadian itu ahahaha."
“Terus pas SMP lo nguntitin kakak kelas, eh ketauan sama doi nya terus lo disuruh naekin celana lo kayak jojon terus pake kacama mata item, keliling sekolahan kan hahahaha,” ledek Ela semakin menjadi.
“Iya, untung gak ketaun sama guru loh! terus juga lo waktu pas pelajaran olaraga pingsan gara-gara kena cemes bola voli pas banget kena di muka lo, iya kan? Hahahaha dasar lemah!” ledek Bimo kembali.
Masih panjang mereka berdua membahas kenangan saat mereka berdua bersama sampai jam 1 subuh.
Tertawa akan kejadian konyol di waktu sd dan smp kami sangat lah seru bahkan? sesekali mereka juga membicarakan Ryca akan tingkahnya yang semakin lama,semakin aneh.
...~•~●~•~...
Pagi pun tiba, Ela sudah di jemput oleh Bimo untuk joging bersama mengelilingi komplek perumahan ini.
Ela berpamitan kepada kak Anir dan juga mama untuk mengajak Ela joging sebentar sembari mengenang masa kecil dulu.
Mereka berdua mengiyakan saja, karna Bimo dan Ela sudah dekat dari kecil. Mama juga sudah menganggap Bimo seperti anaknya sendiri.
“Lama bener lah dandan nya! Udah hampir tiga jam tuh Bimo nungguin!” ledek kak Anir sembari membawa secangkir kopi ke ruang kerjanya.
“Alay banget sih! baru aja lima menit. Yaudahlah aku mau berangkat. Mah aku joging dulu ya, bye”
...~•~●~•~...
Bimo bercerita tentang SMA nya, ia berkata bahwa “Gua dulu waktu SMA jadi idola sekolah tau! Gua jadi inceran para wanita di sana dan tau ga sih ada satu cwe yang kasih gw bunga, coklat, dan surat pas valentine. Seru kan masa SMA gw ga kayak lu, komik aja yang di urus. Masa iya selama tiga tahun lo di Lampung ga ada cwo yang nyangkut di hati lu?”
Ela hanya mengerutkan dahi saja dan berfikir sekaligus bertanya pada dirinya sendiri, ‘Masa iya?’
Ela hanya bisa melirik bimo saja lalu mengacak-acak rambut bimo sembari bilang, “Kepo banget sih lu sama masa SMA gua?! masa SMA gua mahindah tau! Lo ga tau aja.”
Bimo masih belum puas dengan jawaban Ela tersebut, karna Bimo berkata seperti itu untuk memancing Ela agar ia cemburu dengannya namun sayang itu semua tak sesuai ekspetasi.
Saat sedang asyik berjalan di pinggir trotoar, Ela melihat sebuah eskrim kacang merah menuju taman dan langsung meminta Bimo untuk membelikannya. Sedangkan Ela menunggu di kursi yang ada di tepi jalan.
Ketika Ela sedang asyik menunggu Bimo sambil membaca komik online, tiba-tiba saja ada yang menepuk pundaknya.
“Hay? wah lo juga suka komik itu?”
“Hah? hehehe iya, sini Do duduk kosong kok tenang aja.”
Ternyata Ado yang menghampirinya, Ado juga sering datang ke sini untuk jalan-jalan pagi.
Biasanya sore hari namun jadwal kerja yang cukup padat jadi pagi saja cukup untuknya.
Ado dan Ela saling bertukar cerita tentang komik yang sama-sama mereka baca dan keduanya saling mengebu-gebu saat bercerita.
‘Kenapa senyuman kamu itu mirip banget ya sama orang itu? Orang yang masih saya tunggu sampai saat ini.’ Batin Ado saat memandang senyum Ela.
Tak lama kemudian Bimo datang membawa eskrim tersebut dan memaksa Ela meninggalkan tempat ini.
Dengan raut wajah sedikit kesal dan dahinya berkerut, ia masih memandangi Ado dengan tatapan tajam.
Sayangnya Ela tak melihat kejadian itu karna ia terlalu fokus pada eskrimnya dan saat meninggalkan tempat itu, barulah ia berpamitan pada Ado.
“Do, gua balik ya! ini kawan gua Mo namanya Ado. Yok balik gua harus bantu kakak gua ngerjain proposal,” Sembari menarik tangan Bimo pergi jauh dari tempat ini dan Ela melambaikan tangan ke arah Ado.
“Lo kenal cowo itu? Dimana? Kapan?”
“Iya gua kenal, di pesawat waktu gw pulang dari Lampung kemaren. Dia baik tau mo, lu mah kebiasaan suka berburuk sangka nih sama orang lain. Itu ga bagus tau mo!" Ucap Ela.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Bunda Abizzan
Masa-masa paling indah, masa-masa di sekolah..
Seru emang mengenang kegilaan zaman sekolah, 😍
2022-06-20
3
Bunda Abizzan
Duh, siapa Do?
2022-06-20
1
Bunda Abizzan
Hahaha, sabar, jangan marah nanti cepat tua 😅🤭
2022-06-20
1