"Gua juga takut banget kalo dia bakal ngelakuin hal yang sama kayak dulu, secara gua sama Bimo temen deket banget dan gua gak mau Bimo ngerasain sakit yang sama," keluh Ela.
Mendengar keluhan yang keluar langsung dari bibir Ela, Ado pun merasa sedikit sedih dan rasa ingin melindungi Ela pun semakin meningkat.
"Tenang aja La, kan ada saya yang bisa bantuin kamu iya kan?"
"Iya sih, makasih ya Do. Gua jadi ngerepotin lo lagi," sembari tersenyum paksa.
Ado pun mengiyakan perkataan Ela diiringi raut wajah tersenyum manis dan mereka pun makan eskrim bersama di Taman sampai mereka lupa tujuan mereka hari ini.
"Lah? Bukannya kita mau nyeblak ya hari ini?" tanya Ela yang reflek memukul bahu Ado.
"Iya, tapi dari tadi kamu kayak badmood gitu jadi saya bingung mau nyari dimana jadi yaudah deh saya bawa kamu ke sini aja. Gak apa-apa kan?"
"Iya sih ga apa-apa, tapi ayoklah sekarang kita cari seblak mumpung belom gelep harinya."
"Oke, ayo kita otw sekarang ahahaha."
Akhirnya hari itu juga mereka pergi mencari seblak dan mengelilingi kota Bandung bersama dengan motor Vespa tua milik Ado.
...~•~[ Di tempat lain ]~•~...
Bimo dan Intan sedang berada di Mall terkenal. Mereka berdua sedang berbelanja beberapa pakaian dan juga beberapa cemilan untuk Intan.
"Sayang, kan kita habis nonton film tuh, gimana kalau kita cari makan? aku laper banget."
"Yaudah ayo kamu mau makan di mana?" tanya Bimo sembari membelai lembut kepala intan.
"Aku lagi pingin makan di javanese food, boleh kan?"
"iya boleh kok, hayuk makan."
Akhirnya Bimo dan Intan memutuskan makan di tempat itu. mungkin Bimo terlalu bucin sehingga ia menuruti semua ke inginan Intan.
Sebenarnya banyak perbedaan antara Intan dan Ela. Padahal bisa di bilang Intan itu berasal dari keluarga yang sangat mampu namun perusahanya bangkrut karna terjadi kebakaran hebat.
Sehingga mau tak mau mereka menutup usahanya dan sekarang keluarga mereka hidup dengan kesederhanaan.
Sedangkan Ela berasal dari keluarga yang mampu, namun ia tak mau di manja dari kecil dan sudah terbiasa disiplin dengan berbagai cara.
Padahal jika ia ingin sombong dan angkuh bisa saja, tapi ia tidak ingin punya sifat seperti itu.
Kak Anir juga tak kurang-kurang memberikan uang lewat transfer agar adiknya tidak kekurangan dalam membeli apa yang ia mau.
Tapi Ela hanya bisa menyimpannya dengan rapih di Bank dan mengambilnya sedikit jika perlu atau dalam keadaan yang mendesak.
...~•~[ Pukul 18.00 WIB ]~•~...
"Dah sampai sini aja Do ga apa-apa, nanti lo ke maleman lagi pulangnya."
"Shuuut, saya harus bilang dulu ke orang tua kamu agar mereka gak khawatir."
"Haish, yaudah terserah lo aja deh," sembari membuka pintu gerbang.
...~•~[ Rumah Ela ]~•~...
Ado mengantar Ela pulang sudah terlalu larut dan itu membuat Ado merasa cemas sehingga ia memutuskan harus melapor dulu ke orang tua Ela.
"Aku pulang, Ma, Mama."
"Iya sayang, Mama lagi di dapur," jawab mama Nia dengan teriakan yang khas dari dapur.
"Ada yang mau ketemu nih," ucap Ela sembari menaruh tubuhnya di sofa ruang tamu.
"Siapa yang mau ketemu La? Si rentenir gila itu lagi ya? Kan mama sudah tidak punya hutang lagi kenapa dia datang lagi, haduh merepokan wae," jawab mama Nia dengan nada cepat.
Mendengar omelan mama Nia dari dapur, mereka berdua hanya tertawa kecil saja dan Ela juga langsung memberi isyarat dengan telunjuk yang menempel di bibir.
"Syuut, jangan heran mama memang kayak gitu orangnya," jelas Ela dengan nada yang sangat kecil.
Ado hanya menganggukan kepalanya saja lalu memantau sekeliling rumah Ela yang lumayan besar bernuansa eropa klasik.
"Do gua ke toilet dulu ya, sekalian gua mau manggil Mama."
"Iya La."
Saat sedang menghayati sekeliling rumah Ela, Ado tertuju pada sebuah bingkai foto anak kecil berbaju merah maroon dan celana dasar abu-abu sedengkul dengan senyuman lebar yang manis.
Ado langsung mendekati foto itu sembari bermain pada fikiran masalalunya dulu.
'Kok kayak kenal ya anak kecil ini? kayak ga asing, tapi siapa ya?' batin Ado.
'Rain? HAH?! apa iya Rain itu Ela waktu kecil? tapi memang mereka banyak kemiripan sih,' batin Ado lagi.
Saat sedang memandangi foto itu tiba-tiba saja ada suara sautan dari belakang Ado yang membuat lamunan Ado buyar seketika.
"Siapa ya?"
"Oh, selamat malam tante saya Rivaldo panggil aja Ado, temen sefakultas Rain, eh maksud saya Ela."
"Oalah temen Ela hehehe, maaf ya saya kira kamu suruhan rentenir itu," ujar mama Nia sembari tersenyum manis.
"Tante saya mau minta maaf karna saya nganterin Ela pulang terlalu larut, karna tadi kami habis pergi mencari seblak dan berkeliling sebentar eh malah kemaleman ternyata. Jadi saya minta maaf ya tante," jelas Ado dengan sopan.
"Iya-iya nak Ado, tadi juga Ela udah memberi kabar saya kalau pulang agak larut sedikit jadi saya udah enggak khawatir kalau udah di kasih kabar kayak gitu."
"(tersenyum) iya tante, oh iya tante maaf kalau saya lancang. Saya mau nanya ini foto Ela waktu kecil dulu ya?"
"Iyaa ini foto Ela umur 7 tahunan gitu, ini kalau ga salah lagi di Singapur."
"Oh gitu, maaf lagi sebelumnya tante. Nama Rain ini, panggilan kecil dia dulu ya?"
"Iya benar, dia dulu suka sekali yang namanya hujan dan waktu saya mengandung Ela, saya pun suka sekali sama hujan jadi kakaknya yang ngasih nama Rain di belakang nama dia."
"Dan nama itu juga jadi nama panggilan dia dari bayi. Tapi karna ada satu insiden yang membuat dia masuk rumah sakit hampir tiga bulan lebih dan dia jadi amnesia gitu."
"Maaf tante, tapi maksudnya gimana ya? kalau saya boleh tahu."
Mama Nia mengajak Ado duduk terlebih dahulu dan ia pun mulai bercerita tentang Ela waktu kecil dulu tepatnya di hari ia masuk rumah sakit.
kilas balik on,
Saat itu Ela menyelamatkan anak kecil dari bahaya namun ia sendiri yang malah mendapatkan bahaya itu. saat itu memang sedang hujan dan diiringi angin yang cukup kencang.
Dia merelakan tubuh mungilnya tertimpa dahan pohon tua yang cukup besar demi menyelamatkan anak kecil tersebut.
Saat itu pula hati saya terasa mati, melihatnya berbaring di rumah sakit dengan keadaan koma.
Saya juga tak bisa berkata-kata hanya bisa menangis saja melihat Ela seperti itu dan kadang juga saya memarahi Anir karna tidak bisa menjadi kakak yang baik bagi Ela.
Kekuatan saya kala itu hanya ingin melihat Ela sadar dan tersenyum lagi.
Tapi dokter disini sudah angkat tangan karna sudah lebih dari dua minggu Ela koma sehingga kami sekeluarga memutuskan untuk membawa Ela ke Singapur.
Dokter disini pun mengiyakan dan merujuk Ela ke salah satu rumah sakit ternama di singapur.
memang biayanya cukup mahal tapi demi Ela bisa hidup kembali apapun akan kami korbankan dan kami juga tak putus untuk berdoa memohon kesembuhan Ela.
Tiga minggu berlalu, akhirnya dokter disana bilang seperti ini "thank goodness he's past his critical period"¹ dan seketika saya sujud di depan pintu ruangan Ela sambil menangis.
Kami masih menunggu ia membuka matanya sembari menahan senyuman ini namun tetap ia belum membuka matanya.
Tepat jam 12.00 saat suara azan berkumandang di deket rumah sakit, Ela mulai merespon dengan gerakan tangan lalu 15 menit kemudian membuka matanya secara perlahan.
Itulah titik kebahagiaan saya, tidak tapi kami sekeluarga. namun saat dokter selesai memeriksanya dokter bilang bahwa "If he is conscious the most likely is memory loss or amnesia."²
Kami tidak menghawatirkan itu, yang penting dia sadar kala itu dan bisa memulai hidup kembali.
kilas balik off.
Mendengar hal itu Ado merasa senang bahwa pahlawan yang ia tunggu selama bertahun-tahun hadir juga di kehidupannya.
Namun ia juga sedih karna ia tak mengingat dirinya karna amnesia, 'Tapi sudahlah tidak apa yang penting saya tahu bahwa Rain yang selama ini saya cari ternyata ada di depan mata saya yaitu Ela,' batin Ado.
"Maaf ya tante, tante jadi sedih gini," lesu Ado.
"Engga apa-apa kok nak Ado, tapi tante mohon sama kamu ya, tolong jagain, Ela dengan baik karna dia itu orangnya ceroboh dan suka melakukan hal yang diputuskan secara tiba-tiba."
"Iya tante siap, saya akan melaksanakan itu."
"Mana Ela ini, lagi mandi deh kayaknya. Tunggu aja ya nak Ado."
"Iya tante, tapi saya harus pulang takut Ibu nungguin di rumah, saya pamit ya tante."
"Oh iyaudah, hati-hati ya nak Ado."
Ado mengiyakan dengan menganggukan kepala saja sembari tersenyum lalu pergi meninggalkan rumah Ela dan pulang.
Bersambung...
¹ Syukurlah dia sudah melewati masa kritisnya.
² Jika dia sadar, kemungkinan besar adalah kehilangan ingatan atau amnesia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Bunda Abizzan
Wah, ternyata efeknya separah itu, ya.
2022-06-29
1
Bunda Abizzan
Gentel Edo 👍keren
2022-06-29
1
Bunda Abizzan
Seru naik Vespa 😁
2022-06-29
1