Rintik Hujan

Ado masih belum menyadari kejadian itu namun kak anir sepertinya ingat akan kejadian waktu kecil ela.

Kilas balik on

Saat sedang membersihkan luka Ado kecil, tiba-tiba saja hujan datang dan mau tak mau mereka bertiga harus menunggu di warung ini sembari memakan jajanan ringan.

Tak lama kemudian datanglah seorang Wanita paruh baya menggunakan payung merah polkadot yang menghampiri mereka bertiga.

Dengan wajah panik ia langsung memeluk Ado kecil dan berterima kasih kepada kak Anir karna sudah menolongnya.

Setelah itu Ado kecil langsung di bawa pulang oleh ummanya.

Sedangkan kak Anir dan Ela kecil masih menunggu hujan agak reda karna mereka tak memiliki payung untuk pulang.

Sekitar 15 menit kemudian hujan pun reda dan hanya rintik-rintik saja.

Kak Anir langsung memutuskan pulang secepatnya karna ia tidak mau sampai mama khawatir.

Ia menggandeng tangan Ela kecil diiringi dengan langkan kaki yang sangat cepat.

"Kak pelan-pelan dong nanti aku kelesandung loh."

"Iya, iya. Tapi Rain, ini pasti hujan deres lagi! nanti mama khawatir loh."

"Tapi pelan-pelan dong kak aku hampir kepelest nih!"

"Iya deh kita pelan-pelan aja jalannya."

"Nah gitu dong."

Akhirnya kak Anir menuruti apa perkataan Ela kecil dan mereka jalan dengan santai di bawah rintik hujan itu di iringi dengan angin yang cukup kencang.

Tepat di gang rumahnya dan tinggal beberapa meter lagi dari rumah, Ela melihat ada sebuah pohon yang sepertinya ingin tumbang.

Lalu ia bertanya kepada kak Anir dengan nada polos anak-anak.

"Kak, kok itu pohonya miring banget sih? dia lagi sakit pinggang ya?"

"Hah? Rain! itu bukan sakit pinggang tapi pohon itu sudah terlalu tua dan kemungkinan sebentar lagi akan tumbang."

"Tumbang itu apa?"

"Tumbang itu..."

'kalau di jelasin pakai pelajaran mungkin dia ga akan ngerti, di kasih perumpamaan aja kali ya biar Rain bisa ngerti.' Batin kak Anir.

"Nah, gini tumbang itu kayak begini. Kamu liat geh kakak kan lagi mengang lidi nih, terus kakak patahin lidinya dan berarti tumbang itu patah." sebebarnya kak Anir juga pusing dengan penjelannya itu.

Mungkin itu lebih masuk akal di bandingkan ia harus menjelaskan secara detail seperti di pelajannya itu.

"Oh... jadi pohon itu mau patah ya karna sudah tua?"

"Huh... ia benar sekali." kak Anir pun lega mendengar jawaban Ela kecil.

Lama-kelamaan hujan semakin deras dan kak Anir menarik tangan Ela dan jalan dengan cepat lagi.

Namun Ela kecil masih melirik ke pohon itu sembari bertanya kepada dirinya sendiri 'apa benar pohon itu akan patah?'

Hujan pun semakin lebat sehingga baju yang mereka kenakan pun cukup basah dan genggaman kak Anir pun cukup merenggang.

Saat gengaman tangan kak Anir terlepas, tiba-tiba saja Ela kecil langsung berbalik sembari berlari menuju pohon itu.

"RAIN! MAU KEMANA?" teriak kak Anir yang masih kalah dengan suara hujan.

Kak Anir dengan sigap langsung menyusul ela kecil.

"Hay kamu awas jangan di situ!!" ucap Ela sembari berlari mendekati anak laki-laki yang ada di bawah pohon itu.

crekk... (suara pohon tua itu yang ingin tumbang)

Ela kecil melihat ke arah dahan pohon itu yang sudah mulai patah, dan kak Anir juga melihatnya lalu berteriak lagi sembari berlari.

"RAIN! JANGAN KE SANA!"

"RAIN BALIK KE SINI!"

Namun Ela tidak mendengar perkataan kak Anir tersebut dan lebih memilih untuk mendekati anak laki-laki yang sedang menangis di bawah pohon tua itu.

Sebenarnya Ela kecil memiliki niat baik untuk menolong anak itu agar tidak terkena musibah pohon tumbang.

Namun kejadian nahas malah terjadi saat ia baru berhenti lari mendekati anak itu.

Crek.... crekkk... (dahan pohon tua ini semakin patah karna terkena tiupan angin.)

"Hey.. awas.." niatnya yang ingin berlari sembari membawa anak itu menjauh dari lokasi agar tidak terkena dahan jatuh.

Malah nasib malang yang menimpa Ela kecil..

*****Crek*****....

Bruk...

"RAINNNNNN!!!" teriak kak Anir.

Ia langsung menuju dahan pohon itu, dan mencoba untuk mengangkat dahan pohon yang telah menimpah ela kecil.

Anak laki-laki itu hanya bisa terdiam, syok, dan matanya berkaca-kaca.

"Rain... Rain... bertahan ya, hiks..hiks."

Tak lama kemudian ada pemotor lewat dan langsung dihadang oleh kak Anir.

"Kenapa dek?"

"Pak tolongin adik saya ya, hiks..hiks.."

"Dimana adik kamu, oh sini biar saya antar kamu."

Pemotor itu mengira bahwa anak yang di tolong Ela kecil adalah adiknya, dan kak Anir langsung menampiknya.

"Bukan pak!, adik saya tertimpa dahan pohon ini! tolong bantu saya angkat dahan ini ya!" pinta kak Anir sembari menangis.

Sontak pemotor itu terkejut dan Ia pun langsung turun dari motornya lalu membantu kak Anir menggeser dahan tersebut.

Setelah sadar dari lamunannya karna syok, anak laki-laki itu juga membantu Kak Anir dan pemotor itu.

10 menit berlalu dan akhirnya mereka bisa memindahkan dahan yang berada di tubuh mungil Ela ke tepi jalan.

Badan Ela yang mungil pun sudah terlihat serta darah yang mulai mengalir.

Kak Anir langsung mengangkat tubuh Ela kecil sembari berterimakasih telah membantunya.

"Terima kasih atas bantuannya pak."

"Mau saya antarkan ke rumah mu atau ke rumah sakit?"

"Tidak usah pak, rumah saya dekat dengan sini."

"Tapi luka adikmu cukup parah sepertinya."

Kak Anir hanya diam dan menatap Ela, yang penuh dengan luka di bagian tangan, dahi, pipi, dan kaki.

"Kak antarkan dia ke rumah sakit saja dulu, saya takut dia kenapa-kenapa." pinta anak kecil yang di tolong oleh Rain.

"Iya, pak saya minta tolong lagi ya!"

Pemotor yang baik hati ini langsung membawa kak Anir dan juga Ela kecil ke rumah sakit terdekat.

Jarak rumah sakit itu cukup jauh dari rumahnya dan cukup memakan waktu.

Kak Anir langsung membawanya ke UGD dan ia di suruh dokter menunggu di luar dahulu.

...~•~[ Di rumah ]~•~...

Mama Nia sudah menunggu mereka namun Ela dan kak Anir juga belum sampai.

Hatinya mulai gelisah dan pikirannya berantakan, ia hanya bisa mondar-mandir di ruang tamu itu.

Sampai jam setengah tiga sore ia menunggu mereka berdua datang dan tak lama kemudian pemotor yang baik hati itu datang memberitahu sesuatu.

"Maaf bu selamat sore, apa benar ini rumahnya Rain?"

"I-iya benar, kenapa ya mas?" tanya mama dengan nada khawatir.

"Itu bu.. anak laki-laki ibu tadi minta tolong sama saya ngasih tau ibu kalau Rain lagi di rumah sakit karna ketimpa dahan tumbang di gang ujung itu."

"Hah?! se-sekarang dia di mana?" duduk lemas.

"Di rumah sakit sejahtera bu, ibunya mau saya antarkan atau gimana?"

"Saya nunggu suami saya aja. Terima kasih infonya mas."

Pemotor itu pun mengiyakan dan langsung pamit untuk pulang. Sedangkan mama Nia hanya bisa menangis saja.

Ia ingin sekali menelfon suaminya tapi ia juga takut akan terjadi sesuatu dengan suaminya di jalan dan terpaksa ia hanya bisa menunggu saja.

Tepat pukul 17.00 WIB papa Roy pulang dan ia melihat penampakan istrinya sedang menangis.

Dengan sigap ia langsung menghampiri istrinya dan menenangkannya. Namun papa Roy memiliki firasat buruk tentang anak-anaknya karna mereka tidak terlihat dan juga tak mendengar suaranya.

Saat mama Nia sudah tenang, barulah mama mulai berbicara dengan pelan-pelan.

"Pah, kita ke rumah sakit sejahtera ya sekarang."

"Memangnya kenapa ma?"

"Udah ikut aja dulu ya."

"Iya," kecurigaan pun muncul dalam benaknya.

Bersambung...

..."Hati ini pun rasanya sudah mati, jika tuhan menghendaki. Ganti saja posisi ini ke diriku, jangan ke buah hatiku."...

...- Mama Nia...

Terpopuler

Comments

Bunda Abizzan

Bunda Abizzan

Kenapa Ela kecil dipanggil rain Kak?

2022-06-26

1

Bunda Abizzan

Bunda Abizzan

Hahaha Kak Anir ada ada aja

2022-06-26

1

Bunda Abizzan

Bunda Abizzan

Pohonnya sakit pinggang 😂🤣

2022-06-26

1

lihat semua
Episodes
1 Adaptasi
2 Perjalanan
3 Surat kelulusan
4 Awal Temu
5 Kondangan
6 Pesawat
7 Flashback
8 Masuk kuliah
9 cara melindungi mu
10 Dendam
11 Rintik Hujan
12 Diam
13 Rain itu?
14 Kabar Gembira
15 Alam Semesta Mewakili Perasaannya
16 Hujan
17 Tragedi yang Menimpa Ado
18 Teka Teki
19 Reuni Dadakan
20 Kebetulan yang Tidak Terduga
21 Perubahan dari Riky
22 Pertanyaan Penasaran
23 Kisah Hari Ini
24 Pertanda
25 Kehangatan dalam Rasa
26 Janji Tunas Rasa
27 Penyesalan
28 Kala Hujan Turun
29 Pelangi di Bulan Juni (Part 1)
30 Pelangi di Bulan Juni (Part 2)
31 Marionette Misi
32 Siuman
33 Kabar tidak Mengenakan
34 Amnesia
35 Kebenaran
36 Khawatir
37 Perjalanan Khawatir
38 Eja Berulah lagi
39 Menghilang
40 Terungkap
41 Kemana Valdo Pergi?
42 Agenda
43 Kanker Melanoma
44 Ingatan Ela Kembali?
45 Kebersamaan, Desir Angin Membawa Secarik Kertas
46 Surat Mengungkap Kebenaran
47 Rumah Nenek
48 Secarik Kabar
49 Mimpi
50 Siapa?
51 Apakah Dia Kembali?
52 Bukti
53 Lukisan Indah Untuknya
54 Perjalanan Bersama Paus Putih
55 Kembali ke Lampung
56 Visualisasi Tokoh
57 Apa akhirnya kita bertemu?
58 Kesunyian
59 Valdo Kembali!
60 Rasa
61 Pertemuan
62 Pertemuan 2
63 Masalah Baru? Pertanyaan belum usai
64 Awal Kenyataan Terungkap
65 Kebenarannya
66 Pertemuan Kak Anir
67 Pertemuan kak Anir 2
68 Penangkapan
69 Manis
70 Layaknya Seleksi Dadakan
71 Awan Penyimpan Rasa
72 Lembayung Berdialog
73 Lukisan Makna
74 Rumus Fisika
75 Titik Pengakuan
76 Kisah yang Sebenarnya
77 Lembar Baru di Mulai
78 Saingan Baru?
79 Bucin Akut
80 Buatan Seseorang Tersayang
81 Sebentuk Kenangan
82 Hadiah Bermakna
83 Permainan Kecocokan
84 Menaruh Curiga
85 Persaingan di Dalam Persaingan
86 Pertunangan
87 Pameran Seni
88 Kotak Hitam
89 Sebenarnya...
90 Menjemput Kebahagiaan.
91 Menjemput Kebahagiaan 2
92 Kebahagiaan Meliputi Mereka
93 Perayaan
94 Dunia Kerja
95 Obsesi Gila
96 Kampung Halaman
97 Pemicu
98 Terjadi Lagi
99 Akankah Terulang Kembali?
100 Extra Part
101 END
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Adaptasi
2
Perjalanan
3
Surat kelulusan
4
Awal Temu
5
Kondangan
6
Pesawat
7
Flashback
8
Masuk kuliah
9
cara melindungi mu
10
Dendam
11
Rintik Hujan
12
Diam
13
Rain itu?
14
Kabar Gembira
15
Alam Semesta Mewakili Perasaannya
16
Hujan
17
Tragedi yang Menimpa Ado
18
Teka Teki
19
Reuni Dadakan
20
Kebetulan yang Tidak Terduga
21
Perubahan dari Riky
22
Pertanyaan Penasaran
23
Kisah Hari Ini
24
Pertanda
25
Kehangatan dalam Rasa
26
Janji Tunas Rasa
27
Penyesalan
28
Kala Hujan Turun
29
Pelangi di Bulan Juni (Part 1)
30
Pelangi di Bulan Juni (Part 2)
31
Marionette Misi
32
Siuman
33
Kabar tidak Mengenakan
34
Amnesia
35
Kebenaran
36
Khawatir
37
Perjalanan Khawatir
38
Eja Berulah lagi
39
Menghilang
40
Terungkap
41
Kemana Valdo Pergi?
42
Agenda
43
Kanker Melanoma
44
Ingatan Ela Kembali?
45
Kebersamaan, Desir Angin Membawa Secarik Kertas
46
Surat Mengungkap Kebenaran
47
Rumah Nenek
48
Secarik Kabar
49
Mimpi
50
Siapa?
51
Apakah Dia Kembali?
52
Bukti
53
Lukisan Indah Untuknya
54
Perjalanan Bersama Paus Putih
55
Kembali ke Lampung
56
Visualisasi Tokoh
57
Apa akhirnya kita bertemu?
58
Kesunyian
59
Valdo Kembali!
60
Rasa
61
Pertemuan
62
Pertemuan 2
63
Masalah Baru? Pertanyaan belum usai
64
Awal Kenyataan Terungkap
65
Kebenarannya
66
Pertemuan Kak Anir
67
Pertemuan kak Anir 2
68
Penangkapan
69
Manis
70
Layaknya Seleksi Dadakan
71
Awan Penyimpan Rasa
72
Lembayung Berdialog
73
Lukisan Makna
74
Rumus Fisika
75
Titik Pengakuan
76
Kisah yang Sebenarnya
77
Lembar Baru di Mulai
78
Saingan Baru?
79
Bucin Akut
80
Buatan Seseorang Tersayang
81
Sebentuk Kenangan
82
Hadiah Bermakna
83
Permainan Kecocokan
84
Menaruh Curiga
85
Persaingan di Dalam Persaingan
86
Pertunangan
87
Pameran Seni
88
Kotak Hitam
89
Sebenarnya...
90
Menjemput Kebahagiaan.
91
Menjemput Kebahagiaan 2
92
Kebahagiaan Meliputi Mereka
93
Perayaan
94
Dunia Kerja
95
Obsesi Gila
96
Kampung Halaman
97
Pemicu
98
Terjadi Lagi
99
Akankah Terulang Kembali?
100
Extra Part
101
END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!