Mikayla menyuapi Rasya.
Rasya menerimanya dengan senang hati, ya karena ia sudang sangat lapar.
"Bukan hanya cantik, tapi juga pinter masak, sumpah demi apapun masakannya sangat lezat," batin Rasya.
Selesai deh menyuapi Rasya yang sangat lahap makannya.
"Ah tidak ada yang menarik, Rasya gitu amat sih ekpresinya judes mulu," desis Rere. Oma dan Rere selesai mengintip karena tidak ada yang menarik untuk di lihat.
"Oya Mas aku izin ya?" sahut Mikayla sambil membereskan bekas makan suaminya.
"Kemana?" tanya Rasya ketus.
"Ke kampus Mas. Siang ini ada kuis."
"Saya antar." (tetap sinis bin judes)
"Gak usah Mas. Aku bisa naik taxi, lagi pula keadaan Mas Rasya kan masih lemas."
"Jangan membantah? Saya suami kamu sekarang," ucapan Rasya emang selalu terkesan sinis di depan Mikayla.
"Ya sudah kalau memaksa," jawab Mikayla sedikit jutek.
Entah kenapa dengan sikap Rasya yang seperti itu membuat Mikayla senang , dan entah kenapa juga Rasya selalu menghawatirkan istrinya.
"Ya udah sana keluar, saya mau siap-siap," kata Rasya ketus.
"Mmmm... boleh gak minta sesuatu?"
"Kamu mau apa? Uang? kartu kredit? Mobil mewah?Atau apa?" tanya Rasya masih dengan pasang wajah judesnya.
Mikayla menggelengkan kepalanya perlahan-lahan.
"Lalu apa?" tanya Rasya mulai sedikit emosi.
"Senyum dikit saja Mas, tapi senyumnya yang tulus jangan di buat-buat, selama aku mengenalmu dan sekarang sudah jadi istri Mas rasanya aku itu belum pernah melihat Mas Rasya senyum-?" Mikayla menghentikan ucapannya karena melihat Rasya sudah menatap tajam ke arahnya, "Hehee(senyum terpaksa) Aku lupa Mas. Kamu kan tidak menginginkan pernikahan ini. Udah ya Mas aku keluar, kalau Mas beneran mau mengantar aku ke kampus. Aku tunggu di bawah," ketus Mikayla.
Mikayla keluar dari kamarnya dengan perasaan yang tak karuan. Ia sedih melihat Rasya yang spertinya sudah hilang kebahagiaannya, ia sadar kalau kebahagiaan Rasya adalah Dilara. Rasya mempertahankan pernikahan ini semata-mata hanya demi Mamahnya. Itulah yang selalu terlintas dalam pikiran Mikayla.
"Mana bisa dia senyum. Aku kan bukan gadis yang Mas Rasya cintai," gerutu Mikayla ketika menuruni anak tangga.
"Ingat! Jangan terlalu berharap lebih, nanti ujung-ujungnya sakit hati."
"Ah sudahlah... "
Rasya mengganti pakaiannya, ia menggunakan pakaian santai.
Sementara di kediaman Kirana.
Kirana memutuskan untuk memberikan Dilara obat penenang, karena Dilara sudah sangat depresi. Kirana menghubungi donter psikolog untuk menangani mentalnya Dilara.
"Bu Kirana tenang saja. Dilara cuman mengalami shock ringan saja. Nanti juga akan membaik dengan seiringnya waktu," kata Dokter Ziffa ahli psikologi.
Kirana sangat takut kalau putri tersayangnya itu mengalami gangguan mental. Ia sedikit tenang ketika dokter Ziffa menjelaskan keadaan Dilara yang akan membaik.
Mikayla mendapat kabar kalau Bayu dan Helena menunda keberangkatannya ke Malaysia. Bayu masih penasaran dengan kejadian-kejadian yang kini terjadi. Dan rencananya setelah pulang kuliah Mikayla akan menemui paman dan bibinya di apartemen sekalian menanyakan peri-hal tentang sikap Kirana yang sejak ia kecil selalu pilih kasih.
Rasya menuruni anak tangga, kelatan sekali dari raut wajahnya ia sudah tampak segar tidak memucat lagi.
Mikayla dan Rasya pamit kepada Oma dan Rere, keduanya mencium punggung tangan Rere dan Oma secara bergantian.
Rere selalu berharap sekali kedua insan itu bisa secepatnya saling mencintai, karena Rere (Naluri Ibu) sangat yakin kalau Mikayla gadis yang tepat untuk anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semangat
2022-12-29
0
R⃟_nDia😎
aku komen
2021-11-17
0
Nasta Aisy
top bgt pokoe..lanjutt thor
2021-08-06
0