"Jadi gimana, bisa gak pinjam uang?" tanya Mita pada Soraya. Mereka tengah berkumpul di cafe hari ini. Untung saja hari ini tidak bekerja. Mit kapok pergi ke Club malam lagi. Mita tidak menyangka hidupnya jadi seperti ini.
Melelahkan sekali.
"Uang segitu banyak banget Mita, Papa aku gak ada uang sebanyak itu," ucap Soraya. Soraya juga tidak bisa membantu banyak tetapi dia juga bukan dari keluarga yang benar-benar Hedon sampai punya uang dua ratus juta untuk meminjamkan Mita yang tidak jelas kapan akan menggantinya.
Mita juga bukan orang yang sangat kaya meski di rumahnya ada mobil tetapi itu mobil biasa dan milik ayahnya yang hanya pegawai negeri sipil biasa.
"Jadi gimana dong," Mita menutup wajahnya dengan kedua tangan. Kalau begini caranya, Mita tidak punya uang dan tidak akan mampu membayar hutangnya dengan lelaki itu.
Kalau dia nagih ke kantor, Mita pasti akan sangat pusing.
"Aggh…," pekik Mita kasar dan mengacak rambutnya. Mita frustasi dengan hidupnya. Ulang tahun yang seharusnya bahagia menjadi petaka untuk Mita.
Teman-temannya yang lain juga hanya bisa menghela nafas dan tidak bisa membantu banyak. Terus terang uang yang Mita pinjam itu banyak sekali, mereka juga hanya memiliki gaji yang tidak seberapa.
Tidak lama ponsel Mita berdering dan itu nomor lelaki semalam. Mita tidak tahu siapa namanya.
"Kalian diam yah! Ini laki-laki yang semalam meminjamkan aku uang, dia telpon," ucap Mita. Mita meletakkan telunjuk ke bibirnya agar temannya tidak bersuara apalagi berisik. Apalagi mereka menggoda Mita.
Oh tolonglah, saat ini Mita sedang tidak berkenalan dengan lelaki tampan tetapi ini adalah malaikat pencabut nyawa bagi Mita.
Ehem …
Mita bahkan sempat mengetes suara terlebih dahulu sebelum menjawabnya. Mungkin sedikit suara manja akan membuat lelaki ini luluh pikir Mita. Seharusnya laki-laki normal melihat Mita sekali saja pasti akan suka, beda dengan Ammer. Sama sekali tidak tertarik dengan Mita.
"Hallo …."
Mita menjawab dengan lembut, dia tidak tahu lelaki ini akan berbicara apa dengannya, yang jelas Mita tidak bisa kabur. Dia tahu dimana Mita tinggal, nama dan alamat kantor bahkan alamat rumah Mita yang ada di Bandung.
"Mita, kita perlu bertemu sekarang juga!" seru Ammer tanpa basa basi bertanya keadaan Mita. Apalagi sekedar menggoda kecantikan Mita. Ammer sama sekali tidak tertarik.
"Ketemu?" tanya Mita kembali. Apakah laki-laki ini lupa kalau dia memberikan Mita waktu dua Minggu untuk melunasi hutangnya. Sedangkan ini baru dua hari.
"Ya ketemu, kamu dimana aku mampiri sekarang," ucap Ammer dengan seringainya. Mita menelan salivanya, apa Ammer akan menekan Mita untuk membayar hutang?
"Belum dua Minggu, kan?" tanya Mita sedikit meringis dan menggigit bibirnya.
"Aku sedang tidak ingin menagih hutang tetapi jika kamu tidak mau bertemu denganku hari ini. Mungkin aku akan pikirkan untuk menagihnya besok!" seru Ammer yang membuat Mita ketakutan.
Dasar gila, dia sendiri yang kasih waktu dua Minggu dia juga yang mengingkari. Emang semua laki-laki itu selain buaya darat, mereka juga pembohong.
Mita malah mendumel dalam hati mengumpat tingkah Ammer yang berubah-ubah.
"Baiklah! Aku saja yang ke tempat kamu sekarang, kamu dimana?" tanya Mita. Mita tidak tahu dimana posisi laki-laki gila ini, yang jelas daripada dia dihampiri dan teman-temannya melihat siapa laki-laki itu, bahkan menyeret temannya untuk ikut masalahnya. Lebih baik laki-laki itu cukup tahu dia.
"Kamu ke Royale Jakarta Golf, aku sedang ada disana," ucap Ammer dengan senyum sinisnya.
Tempat golf orang kaya dan pengusaha kaya di Jakarta. Mita bahkan tidak pernah diajak bermain golf dan dimana pintu masuknya saja, Mita tidak tahu. Ammer malah mengajak bertemu disana.
Sudahlah! Daripada Ammer menagih cepat janjinya.
"Aku kesana sekarang," ucap Mita cepat. Mita menutup telponnya dan dengan cepat mengambil tasnya.
"Aku ketemu sama dia dulu yah, kalian gak perlu ikut. Nanti aku cerita, bagaimana hasilnya," ucap Mita melambaikan tangannya dan berlari dengan cepat.
"Mita … Mita …," Fitri bahkan tidak sempat bertanya Mita pergi kemana, bagaimana kalau Mita dibunuh lalu dijual organ tubuhnya, Fitri menggeleng. Tidak mungkin! Itu hanya pikiran jeleknya.
Mita memesan taxi dan langsung menuju tempat yang Ammer minta temui. Orang kaya gitu, tempat mainnya aja beda sama orang seperti Mita yang kalangan menengah. Mita tidak mau dianggap kalangan bawah meski sebenarnya mepet sedikit ke kalangan bawah.
Dia masih bersyukur dengan hidup yang dia jalani saat ini meski hidupnya sederhana.
Mita berhenti di depan dan di sambut dengan terpaan angin yang menyapu rambutnya. Mita melihat kiri dan kanan, rata-rata yang datang menggunakan mobil mewah yang malah Mita jarang lewat di jalanan ibu kota.
"Pasti ini yang suka main golf, orang kaya semua," ucap Mita masuk dan mulai bertanya. Sayang masuk saja Mita tidak punya akses. Akhirnya Mita menghubungi lelaki gila yang bahkan sampai sekarang Mita tidak tahu namanya.
"Hallo, aku sudah ada di depan," ucap Mita yang sibuk merapikan rambutnya yang diterpa angin.
"Tunggu disana, asistenku akan menjemputmu," ucap Ammer. Tidak lama asisten Ammer, seorang laki-laki tampan menjemput Mita.
Mita masih sibuk dengan rambutnya.
"Nona Mita," ucap lelaki yang Mita tidak tahu siapa tapi dia tahu siapa Mita.
"Ya, saya Mita!" seru Mita. Mita menjawab dengan suara lembut manja menggoda. Siapa tahu lelaki di depannya ini jodohnya. Kalau dilihat lumayan tampan dan juga lembut tidak seperti lelaki gila yang menyuruhnya datang kesini.
"Saya Jimmy, asisten Pak Ammer, Pak Ammer sudah menunggu Nona Mita di dalam," ucap Jimmy yang Mita baru tahu namanya.
Oh ternyata namanya Ammer.
"Oh okey!"
Mita mengikuti Jimmy masuk ke dalam.
Mita diajak naik mobil golf menuju tempat Ammer berada. Lapangan luas dan mewah membuat Mita tahu kalau hidup orang kaya begitu hebatnya.
Semakin lama, Mita semakin mendekat ke arah tempat Ammer bermain golf dengan temannya dan sumpah demi apapun mereka rombongan lelaki tampan dan kaya raya.
Jangan sampai Mita mimisan melihat mereka. Untung saja tampilan Mita sangat siap hari ini keluar dan tidak memalukan, meski yang dia pakai dari atas sampai bawah bukan barang bermerk.
Sedang Ammer sudah melihat dari jauh wanita yang sibuk dengan rambutnya karena terpaan angin mendekat.
"Itu kekasihmu Ammer," tanya Michael teman Ammer yang ikut bermain golf hari ini. "Cantik sekali," lanjut Michael memuji kecantikan Mita.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Ammer. Tumben sekali Michael yang tidak peduli dengan wanita tiba-tiba bertanya wanita biasa seperti Mita.
"Kalau bukan, kenalkan padaku!" seru Michael dengan senyum nakalnya.
"Mana kekasihmu?" tanya Ammer menyunggingkan senyumnya.
"Aku tidak pernah lama dengan satu orang wanita Ammer, kamu tahu itu," ucap Michael tersenyum saat Mita tepat di hadapan mereka.
"Dia milikku!"
Ammer tidak akan berdiskusi masalah ini karena Mita memang akan menjadi miliknya. Bukan karena dia suka apalagi cinta.
To Be Continued….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Cika🎀
udah dklaim miliku😠
2021-01-30
2
Rey
Ceritanya bagusss, salut buat authornya
2021-01-05
2