Sepanjang perjalanan, Mita diam dan melirik lelaki tampan di sebelahnya.
Ini manusia apa Dewa sih, ganteng banget.
Mita melihat Ammer yang mengemudi sambil memainkan bibirnya dengan jari jemarinya. Mita hanya sanggup menelan Saliva karena ini lelaki paling tampan dan sempurna yang Mita lihat.
Hanya sayang laki-laki di sampingnya ini sangat jutek.
"Mau aku antar sampai mana?" ucap Ammer yang melirik Mita. Hampir saja Mita ketahuan sedang memandangi Ammer yang tampannya luar biasa.
"Turun di depan aja," ucap Mita menunjuk depan lorong kostnya. Kebetulan malam ini hujan deras dan Mita tidak bisa turun dengan pakaian seperti ini."
Hmmm … lagi dan lagi, Mita harus merepotkan Ammer lagi.
"Ada payung tidak?" tanya Mita. Ammer memberhentikan mobilnya tepat di tempat yang Mita inginkan.
Ammer menghembuskan nafasnya kasar dan menggeleng. Ammer tidak ada payung di dalam mobilnya. Mobil ini baru dia ganti dan isinya tidak ada payung. Karena Ammer juga tidak pernah berhenti di tempat yang membuatnya harus kehujanan.
"Terus … aku pulang gimana?" tanya Mita meringis melihat hujan yang derasnya bukan main tetapi lelaki di sampingnya sama sekali tidak peka.
"Lari!" seru Ammer dengan ketus. Mita memanyunkan bibirnya. Emang lelaki ini sama sekali tidak ada perasaan pikir Mita. Kalau dia lari besok pasti sakit karena menerobos hujan.
Mita melirik jaket kulit Ammer yang sedang dia kenakan saat ini.
"Boleh pinjam jaket kulitnya?" tanya Mita takut-takut. Jaket itu pasti sangat mahal dan pinjam untuk membuatnya basah, Mita takut Ammer tidak akan meminjamkannya.
Ammer memutar bola matanya malas. Tentu dia tidak akan meminjamkan jaket kulitnya karena harga jaketnya ini sama seperti harga satu mobil mewah. Malah melebih harga hutang Mita dengannya.
"Aku antar," ucap Ammer keluar dari mobil dengan cepat. Mita pun keluar dengan cepat dan bersandar di dekat Ammer. Ammer menghalangi Mita dari hujan dengan jaketnya.
Seharusnya dia tidak perlu terlalu peduli dengan wanita yang merepotkan seperti ini.
"Makasih yah," ucap Mita setelah sampai di kostnya. Ammer basah kuyup sekali karena ulah Mita yang meminta ditemani dan Mita masih tidak tahu laki-laki ini bernama siapa?
Mita hanya mendengar samar-samar dan tidak jelas siapa nama Ammer. Mau bertanya lagi takut kena marah laki-laki jutek ini. Yang penting nomor ponselnya Mita sudah mencatatnya.
"Apa kamu tidak ada niat menyuruhku masuk ke dalam?" ucap Ammer melihat tubuhnya yang basah. Setidaknya Mita harus menawari dia kopi atau sekedar payung untuk dia kembali lagi ke mobilnya.
Kostan Mita tidak bisa masuk mobil karena gang kecil dan kostan Mita pun juga tidak besar.
"Maaf yah, kamu lihat kan 'DILARANG LAKI-LAKI MASUK KEDALAM' Ibu kost disini gak boleh lelaki masuk nanti aku malah dikira buat yang tidak-tidak," ucap Mita. Mita menggigit bibirnya karena Ammer malah kesal mendengarnya.
"Baiklah! Aku pulang," ucap Ammer berlari membelah hujan malam ini. Tetapi yang dilakukan Ammer dengan meminjamkan jaketnya agar Mita tidak kehujanan sangat romantis sekali.
Meski Mita tidak tahu kalau tujuan Ammer hanya tidak mau kalau jaketnya sampai menginap di rumah wanita yang dia tidak kenal. Bisa-bisa Mita menjual jaketnya untuk membayar hutang dengannya.
Mita masuk ke dalam dan terkekeh geli dengan kejadian malam ini. Namun, bagaimana dia bisa membayar hutang dengan lelaki itu. Tidak akan ada yang mau meminjamkannya uang.
Mita melepas gaunnya dan pergi ke kamar mandi, membasuh tubuhnya karena keringat nya banyak sekali keluar malam ini. Apalagi ditambah sedikit kehujanan.
Sedangkan Ammer yang sudah kembali lagi ke mobil, mulai berpikir.
"Kalau kamu tidak ada istri, pasti Rena akan selalu mengejarmu," ucap Didi teman Ammer yang ada di Club malam tadi.
Ammer berpikir tentang itu. Dia tidak suka Rena dan Rena sangat agresif sekali mendekatinya. Terus terang Ammer masih mengharapkan Girly. Girly masih menyelesaikan pendidikannya di luar negeri.
Girly juga menolak Ammer untuk menikah. Rasa sakit Ammer masih sangat dalam pada Girly.
"Apa kalau aku menikah, Girly akan kembali padaku?" tanya Ammer pada dirinya sendiri.
Sejenak Ammer berpikir, bisa saja Girly akan menyesal dan kembali padanya.
Yah dia harus menikah. Wanita yang ditolongnya tadi sepertinya bisa diajak kerjasama untuk menikah.
Menikah tetapi hidupnya masih bebas. Ammer juga masih bisa menunggu Girly dan Rena akan menjauh dari hidupnya selamanya.
Benar sekali!
Ammer menuju rumahnya yang mewah di daerah Menteng yang tidak jauh dari kost Mita. Ammer mengingat dimana Mita tadi bekerja.
Kebetulan sekali, wanita itu malah staffku.
Dengan begini akan semakin mudah untuk Ammer membuat Mita tidak bisa membayar hutangnya.
Malam semakin larut, Ammer kembali dan malah langsung tidur. Tidak membersihkan tubuhnya sama sekali.
Keesokan paginya, Mita sudah mulai sibuk menelpon sana sini. Meminjam uang pada temannya. Meski Mita tahu, ini sangat sulit dan pasti tidak akan ada yang punya.
"Mbak Fitri, sudah bangun belum?" tanya Mita di dalam telpon. Mereka bertiga semalam meninggalkan Mita sendiri karena hari sudah semakin larut dan mereka juga pemabuk yang amatiran.
"Masih di kasur, kepala Mbak, pusing banget dari semalam," ucap Fitri yang masih merasakan hangover karena wine mahal yang dipesan oleh bule tampan yang ternyata kabur meninggalkan mereka.
"Mbak, tahu gak sih kalian."
Mereka harus tahu kejadian yang menimpa Mita semalam.
"Tahu apa?" tanya Fitri yang belum mengerti apa yang sedang Mita katakan padanya.
"Semalam itu yah, Zaky kabur dan aku yang disuruh bayar semua tagihan. Aku gak ada uang Mbak sebanyak itu, hampir dua ratus juta harga Wine yang dia pesan, dia gila yah!" seru Mita kesal.
"APA." Fitri masih belum mengerti apa yang sedang Mita katakan. Yang jelas kata-kata dua ratus juta membuat Fitri langsung bangun dari tidurnya.
"Mbak, aku pinjam uang cowok lain dan dia itu jutek banget. Identitas aku semua dia tahan. Gimana caranya aku dapat uang sebanyak itu Mbak, tabungan aku sudah habis," rengek Mita pada Fitri.
Dia juga tidak bisa apa-apa, uang sebanyak itu dari mana Fitri punya.
"Mita, kamu pinjam punya siapa? Lagian si Zaky kok tiba-tiba menghilang kasih kamu tagihan sebesar itu," ucap Fitri ikut kesal.
"Gak tahu Mbak dan sampai sekarang nomor ponsel Zaky itu tidak aktif. Dia sengaja mainin aku Mbak."
Mita merengek di dalam ponsel.
"Bantuin aku Mbak, aku gak tahu lagi mau gimana, gaji aku juga walau di tabung, gak akan bisa bayar hutang aku. Pusing aku jadinya," ucap Mita mengacak rambutnya frustasi.
"Pinjam sama Soraya, dia kan, orang tuanya kaya. Mungkin aja ada uang segitu," usul Fitri pada Mita.
Oh benar juga yah, Soraya kan, orang tuanya berada. Tapi uang sebanyak itu, siapa yang rela meminjamkannya cuma-cuma.
"Mbak, aku bingung!" seru Mita, Mita menutup wajahnya dengan satu telapak tangannya. Mengusapnya dengan kasar dan kembali mengacak rambutnya.
Mana Mita tidak tahu siapa yang meminjamkan Yanga padanya semalam dan apa yang dia inginkan kalau kita tidak bisa membayarnya selama dua Minggu. Jangan sampai dijual ke para lelaki tua hidung belang. Mita tidak akan rela.
"Nanti, kita pikirkan sama-sama caranya, kamu jangan bingung!"
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Cika🎀
jd istriku ntar hutang lunas😙😙
2021-01-30
1
Sri Utami
tertarik utk baca..
kyky menarik cerita ya thor...
2021-01-07
1
Yuyue😄🙏
Mitaaa😍😍😍
2020-12-18
2