Zita sedang berdiri di depan pintu ruangan Bu Fitri memegang selembar kertas. Semalam ia sudah memikirkan matang-matang perihal ekstra kurikuler yang akan di pilihnya. Sekarang ia sudah mempunyai keputusan.
Sudah berkali-kali ia memegang kenop pintu lalu ia tarik tangannya kembali. Hatinya masih ragu. Ketakutannya seakan mencuat kembali. Ia pun menarik nafas panjang kemudian memberanikan diri membuka pintu tersebut.
Kreekk
Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Lalu melangkah masuk dan melihat Bu Fitri sedang berdiri di samping rak-rak buku. Seperti perpustakaan kecil. Ia pun berdehem kecil.
''Eh--Zita?'' Bu Fitri melatakkan buku nya kembali dan menghampiri Zita. ''Silahkan duduk''
Zita duduk di bangku berhadapan dengan Bu Fitri. Dia menyodorkan kertas formulir tersebut ke Bu Fitri. "Saya sudah memilih" ujarnya.
Bu Fitri tersenyum. "Saya tahu kamu akan mendengarkan kata-kata Ibu"
Bu Fitri melihat kertas tersebut dan membacanya. "Karate?" tanya Bu Fitri. Zita mengangguk samar.
"Pilihan yang bagus, Ibu percaya sama kamu" ucap Bu Fitri sembari tersenyum.
"Saya permisi" pamit Zita dan melangkah keluar ruangan.
"Semoga saja dengan seperti ini dia mau berubah" ujar Bu Fitri menghelas nafasnya pelan.
Zita berjalan melewati koridor sambil melamun. Karena tak melihat keadaan sekitar, ia pun menabrak bahu tegap seorang cowok di depannya.
"Lo punya mata nggak sih?!" bentak nya setelah melihat siapa yang menabrak.
Pandangan Zita langsung bertemu dengan orang tersebut, yang tak lain adalah Bizal. Ia hanya menatap datar ke arahnya lalu berlalu begitu saja tidak berniat menanggapi. Namun ia kembali dihadang oleh Bizal.
"Lo nggak ingat ucapan gue di perpus kemarin?! Gue udah kasih peringatan kan sama lo, kenapa lo belum lakuin?"
Zita menghela nafasnya. Ia bukan lah seorang yang suka mencari gara-gara, ia hanya akan bertindak jika sudah diluar batas. Begitu pula dengan Bizal, ia terus saja mengganggu Zita tanpa henti, membuatnya kehilangan kesabaran.
"Mendingan lo pergi daripada lo nyesel" ujar Zita dingin.
"Gue nggak bakal pe----"
Bughh
"----Arghh!" Bizal sontak memegangi perutnya karena sikutan super kuat dari lutut Zita. Pekikan Bizal membuat orang yang melintas memperhatikan mereka.
"Gila! tenaga lo melebihi cowok tahu nggak!" Bizal sampai membungkuk menahan rasa sakit.
"Lo sendiri yang minta!" ucapnya kemudian pergi meninggalkan Bizal yang kesakitan.
"Zal, lo nggak apa-apa?" tanya Ansel yang datang bersama Diki dan Sam.
"Perut gue" ujar Bizal lirih sambil meringis memegangi perutnya. "Duduk dulu Zal" Diki menuntun Bizal duduk.
"Lo kenapa lagi sih sama Zita? udah tahu dia galak, masih aja cari gara-gara!" ucap Ansel.
"Tahu lo Zal, untung lo sohib gue kalau nggak gue udah bantuin Bebeb Zita tadi mukulin lo" celetuk Sam mendapat pelototan dari Diki.
"Mendingan lo baikan aja deh sama Zita, kita kan dulu udah peringatin elo jangan macem-macem sama dia" nasihat Diki.
"Dengerin tuh Zal kata ustadz Diki!" timpal Sam.
"Lo diem ngapa!" ujar Ansel menoyor kepala Sam.
"Baikan gimana? gue harus minta maaf gitu? ogah!!" balas Bizal masih memegangi perutnya.
"Daripada nanti lo digebukin lagi terus lo bonyok. Kasian kan anak emak yang satu ini, nanti semua pacar lo jengukin lo terus ketahuan deh kalau selingkuh" ujar Ansel diiringi tawa Diki dan Sam.
"Diem lo!"
"BIZAL!" pekik seseorang sambil berlarian menghampiri mereka.
"Kamu nggak apa-apa Sayang?" Prissyla datang tiba-tiba menerobos Sam dan Diki membuat mereka mendengus sebal.
"Mana yang sakit? aku anter kamu ke UKS ya?!" ucap Prissyla memegangi Bizal sok peduli. "Gausah sentuh-sentuh gue!!" balas Bizal menepis tangan Prissyla kasar. Bizal yang muak dengan gadis itu pun bangkit dan melangkah pergi sambil memegangi perutnya.
Ketiga teman Bizal menertawakan Prissyla. "Syukurin lo!" ejek Sam kemudian meninggalkan Prissyla yang memberenggut kesal.
...****************...
Dua hari berlalu. Hari ini adalah jadwal Zita masuk ekstra. Ia melangkah menuju ke ruang karate dengan sedikit ragu.
Zita menghela nafasnya meraih kenop pintu dan membukanya pelan. Ruang itu cukup luas dengan dikelilingi bangku di sudut ruangan. Mungkin tempat ini juga digunakan ketika ada pertandingan karate. Disana Zita melihat satu orang berdiri di tengah murid yang membentuk lingkaran.
"Silahkan masuk!" Zita melangkah mendekat.
"Selamat bergabung, perkenalkan nama saya Willy. Pelatih ekstra karate disini" Zita mengangguk.
"Anak-anak, perkenalkan dia Zita anggota baru di sini" imbuhnya. Zita memperhatikan sekeliling, ada sekitar tiga puluhan orang lebih yang didominasi oleh kaum adam.
"Haii Zita" sapa anak-anak kompak. Zita hanya membungkukkan badannya sedikit kemudian duduk bergabung dengan yang lain.
"Baiklah sambil menunggu----"
"Maaf saya terlambat!" Rizky muncul di depan pintu sambil ngos-ngosan.
"Tidak apa-apa, cepat masuk dan bergabung dengan yang lain!" ujar Willy. Rizky melangkah masuk dan melihat Zita disana. Ia menarik sudut bibirnya keatas membentuk sebuah senyum.
"Berhubung ketua karate kita sudah datang kita mulai saja latihannya!" ucapan Willy membuat Zita menoleh ke arah Rizky yang sedang tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.
Saat waktu istirahat latihan Rizky menghampiri Zita yang sedang minum air yang sudah disediakan. "Akhirnya, ada juga anggota karate yang cantik disini" Zita meletakkan gelas minumnya lalu duduk bersandar dinding.
"Jadi ini alasan lo ngajak gue?!"
Rizky terkekeh "Salah satunya itu"
Hening sesaat.
"Tapi gue seneng lo mau ndengerin omongan gue. Apalagi sekarang gue kan ketua lo disini!" ucap Rizky bangga.
"Ck, gue masih nggak yakin!" ucap Zita tanpa menoleh ke Rizky.
"Okelah kalau nantangin, gue juga harus melihat sejauh mana kemampuan anggota baru gue!" tantang Rizky.
Zita menyeringai dan berdiri memasang kuda-kuda. "Come on!"
Bizal yang sedang melewati ruang karate tak sengaja melihat Zita dan Rizky berlatih karate. Keduanya terlihat sangat dekat.
"Cewek jadi-jadian itu pacaran sama Rizky? Cih!"
Jangan pikir Bizal cemburu melihat mereka. Jawabannya tidak. Dia hanya tidak suka melihat Zita bahagia diatas penderitaan nya. Dia pun memikirkan rencana untuk kembali mengerjainya.
Sial sial sial!
Zita terus mengumpat mendapati ban motornya yang kempes. Padahal waktu istirahat terakhir tadi saat Zita mengambil baju di jok masih baik-baik saja.
Keadaan sekolah sudah sepi hanya tersisa satpam dan petugas sekolah. Rizky pun sudah pulang duluan karena ada urusan dengan Pak Willy. Lagipula dia juga tidak pernah meminta bantuan padanya, Rizky lah yang selalu bersedia membantu Zita.
Ia kemudian menuntun motornya keluar gerbang. Motor sport ini cukup berat untuk ukuran wanita sepertinya, namun ia terlihat tidak kesulitan sama sekali. Memang dasarnya Zita adalah gadis yang kuat.
Zita berhenti di depan bengkel yang didatangi nya bersama Rizky dulu. Barangkali ia bisa mengisi angin untuk ban nya disana. Akan tetapi bengkel itu malah tutup. Zita menghela nafasnya, kemudian menuntun motornya kembali.
Tin tin tin
Zita menoleh ke arah mobil Mercedes Benz putih di sampingnya. Didalamnya ada Bizal yang sedang tersenyum jahil ke arahnya. Ia membuang muka dinginnya ke arah lain dan melangkah kembali.
"Semangat!!" ujar Bizal menjalankan mobilnya melewati Zita. Zita hanya menatap lurus ke depan tak berniat menanggapi.
Sesampainya di ujung jalan Zita melihat seseorang yang sedang dikepung oleh empat orang pria berbadan besar.
''Kalau yang disana itu orang lain mungkin bakal gue tolong'' ucap Zita saat melihat orang yang dikepung tersebut adalah Bizal. Zita langsung menjauh dan bersikap tidak peduli.
Namun saat Bizal jatuh tersungkur di tanah tak berdaya, seketika itu ia menjadi tidak tega.
''Kenapa juga gitu nggak ada orang yang lewat!'' kesal Zita karena jalanan yang biasanya ramai itu menjadi sepi, padahal hari belum terlalu petang. Ia pun menghampiri kerumunan tersebut.
"Berhenti!" mendengar pekikan orang membuat semua menoleh.
'Zita!' gumam Bizal.
"Apa kalian tidak malu merampok dengan cara rendahan seperti itu?! saya bahkan menjadi sangat malu melihatnya!'' ujar Zita menatap empat orang pria berbadan besar.
"Hei gadis kecil!! lebih baik kamu pergi dari sini sebelum kami membuatmu seperti dia!'' ucap salah satunya.
''Bos, dia terlihat sangat cantik. Bagaimana kalau kita bersenang-senang dengannya setelah kita merampas harta anak ini?!''
''Ya Bos itu ide yang bagus!'' pria yang diyakini Zita Bos preman itu pun mengangguk.
Bersambung........
...****************...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Lin_nda
hadir lagi kak
2021-02-09
1
YonhiarCY (Hiatus)
wah galak juga ya Zita😂
2021-01-19
1
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
lanjuuut
2021-01-19
1