Tujuh Belas

"Nyonya sudah bangun?" tanya Bi Sum kepada Naya yang akan menaiki tangga itu.

"Iya Bi, Zita udah pulang ya? dimana dia Bi?"

"Nyonya tenang dulu, Non Zita sudah tidur di kamar. Dia kelelahan karena menangis tadi, kalau Nyonya berkenan besok saja Nyonya berbicara dengannya" ucap Bi Sum sopan.

"Begitu ya Bi, makasih banyak Bi"

"Tidak masalah Nyonya"

"Zita bilang apa tadi Bi, pasti dia sangat membenci saya dan Papa nya sekarang" Naya berujar lirih.

"Non Zita tadi bercerita, dia sangat merindukan orangtuanya. Dia ingin sekali memiliki orang tua yang perhatian dan peduli terhadap semua yang dilakukannya"

Wajah Naya berubah sendu. "Benar Bi--memang salah kami yang membiarkan Zita tumbuh dan berkembang sendiri. Kami jarang ada waktu buat kedua anak kami, saya tidak pernah tahu bagaimana keseharian Zita saya tidak tahu. Benar kata Zita, kami adalah orangtua paling buruk yang pernah ada" Naya terduduk lesu pada undakan tangga.

"Saya paham bagaimana perasaan Nyonya, tapi Nyonya jangan menyerah. Masih ada waktu untuk memperbaiki keadaan" Naya tersenyum dan mengangguki ucapan Bi Sum.

"Bantu saya ya Bi?"

"Pasti Nyonya" jawab Bi Sum mantap.

...****************...

Zita berjalan menuruni tangga malas saat melihat kedua orangtuanya berada di meja makan. Ia hanya melirik sekilas dan melewati merka.

"Zita tunggu dulu sayang"

"Zita sarapan dulu ya sama Mama Papa?"

Zita menghentikan langkahnya, menatap kearah meja makan dengan mata elangnya. "Kalian masih bisa menyebut diri kalian Mama dan Papa?" Zita mendecih.

Malik menghela nafasnya, "Papa minta maaf sama kamu nak, Papa minta maaf karena udah kasar sama kamu. Papa nggak ada maksud buat seperti itu, maafin Papa ya Zi?". Terdengar dari nada bicaranya bahwa lelaki paruh baya itu sangat menyesali perbuatannya semalam.

"Sengaja nggak sengaja pun kalian memang selalu menyakiti Zita!" balas Zita dingin kemudian pergi meninggalkan ruang makan. "Tunggu Zi" Malik hendak mengejar Zita namun ia sudah pergi melajukan motornya cepat.

"Sabar Pa" Naya mengelus pundak suaminya.

Malik mengangguk, "Yaa, ini memang sudah konsekuensinya"

Zita tidak ikut pembelajaran pagi ini, biasanya ia bolos setelah istirahat atau saat mapel yang ia benci saja. Namun setelah dari parkiran ia tidak menuju kelasnya, tetapi malah berbelok menuju kearah rooftop sekolah.

Rooftop adalah tujuan utama ketika Zita bolos pelajaran. Udara lepasnya membuat fikirannya tenang, dengan semilir angin yang menghanyutkan. Serta hamparan biru luas yang tersaji ketika ia memilih untuk rebahan dan menatap langit.

Zita menggunakan tangan kanannya sebagai alas kepalanya. Menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan perlahan. Begitu terus berulang-ulang.

Bizal menatap bangku Zita yang sejak tadi pagi itu kosong. 'Kemana gadis itu? apa dia sakit karena tadi malam? tapi kan lukanya sedikit, nggak akan berarti apa-apa buat Zita. Dimana ya dia?' batin Bizal.

"Woyy ngelamun aja pagi-pagi!!" ucapan Sam membuat Bizal tersadar dari lamunannya.

"Lo tuh lama-lama makin mirip Zita tahu nggak? baek-baek jodoh kalian lho Zal lama-lama!" celetuk Diki.

"Halah tau apa sih lo Dik soal cinta, pacaran aja gagal melulu!" ledek Sam.

"Yee daripada elo, mana cewek yang mau sama lo mana ha? seenggaknya gue masih lebih laku daripada lo!"

"Tuh si Sisil, dia tiap hari whatsapp in gue terus!"

"Mana suka telpon terus tiap malem, di sekolah aja dia malu-malu gitu" Sam menunjuk Sisil dengan dagunya.

"Hah yang bener lo Sil? lo emang suka begitu sama si curut ini?" Ansel mendekat ke meja Sisil.

Sisil langsung menatap tajam Samuel yang tengah sok kegantengan itu. Ia melemparkan sepatu kets nya dan tepat mengenai kepalanya. "Awwww--sakit Sil!"

"Ngomong apa lo hah?! gausah nyebar hoax lo ya, kapan gue pernah begitu HAH?! dasar virus lo!" Sisil mengambil sepatunya kemudian memukul kembali Sam yang masih kesakitan itu.

"Aduhh sakit Sil ampun deh, galak bener" sementara Ansel dan Diki tak henti-hentinya tertawa di pojok kelas.

Bizal hanya tersenyum tipis di tempatnya melihat tingkah temannya itu. Biasanya ia selalu ikut bergabung dengan mereka, tapi saat ini pikirannya masih tertuju pada seseorang.

"Sil! lo lihat Zita nggak, apa dia nggak masuk hari ini?"

"Zita? ada angin apa lo nanyain Zita!" balas Sisil heran.

"Lo lupa ya Sil, mereka kan udah baikan sekarang"

"Iya juga ya, nggak tahu gue dia kemana. Kalau dia berangkat tapi bolos pelajaran, palingan sih di perpustakaan, kalau nggak ya di rooftop"

"Gitu ya. Oke, thanks!" Bizal langsung bangkit dari duduknya dan berlari keluar kelas.

"Mau kemana lo, Zal!"

"Ada urusan sebentar, ijinin ya gue mendadak sakit perut!" teriak Bizal sambil berlari. Teman-temannya lain yang didalam kelas pun heran dengan sikap Bizal pagi ini.

"Kenapa tuh anak?"

"Lo nanya sama gue Sil?" Sam menunjuk dirinya sendiri.

"Bukan, sama meja!" ketus Sisil kemudian duduk kembali. Sam mendengus sambil bergumam lirih entah apa.

Bizal mengambil langkah lebar menuju rooftop. Ia membuka perlahan pintu nya dan mendapati seseorang yang sedang rebahan sambil meluruskan kedua kakinya di tembok. Bizal menarik sudut bibirnya keatas dan melangkah mendekat.

"Gue pikir karena luka nggak seberapa itu lo jadi nggak masuk sekolah"

Zita mendengar suara seseorang yang tidak asing baginya. Tanpa membuka matanya pun ia sudah tahu jika orang itu adalah Bizal. "Gue juga nggak masuk, cuma mau numpang tidur!" balas Zita masih di posisinya.

"Ngapain lo disini!" sinis Zita.

Bizal tersenyum, "Berkunjung ke tempat lo nenangin diri" Zita mendengus.

"Gue sekolah disini hampir dua tahun, tapi nggak tahu kalau disini tempatnya enak"

"Lo tahu darimana letak rooftop ini? padahal kan belom ada sebulan lo disini?"

"Cuma orang buta yang nggak bisa nyari alamat!" Bizal terkekeh, "Bener juga."

"Zii--"

"Gausah berisik! kalau lo mau disini nggak usah banyak omong" potong Zita kesal karena Bizal terus mengajaknya bicara.

Bizal pun lantas bungkam. Memposisikan dirinya duduk di samping Zita yang sedang menutup matanya itu. Ia melirik luka di sudut bibir Zita yang sudah mengering, sepertinya sudah diobati pikir Bizal. Lama Bizal hanyut menatap wajah Zita, mengamati setiap inci wajahnya yang terpahat sempurna. Hingga ia tersentak saat Zita menampar pipi nya.

PLAK

"Arghh--sakit Zi!" Bizal reflek memegangi pipi sebelah kanannya.

"Gausah lihat-lihat makanya!" Zita merubah posisi menjadi duduk.

"Siapa yang lihatin lo coba?!"

"Ck, terserah! ayo turun, mau dibawa genderuwo?" ajak Zita namun gadis itu sudah melenggang pergi duluan. Bizal menatap punggung Zita yang menjauh itu sambil tersenyum, lalu bangkit dan berlari mengejar Zita.

...****************...

...----------------...

Terpopuler

Comments

YonhiarCY (Hiatus)

YonhiarCY (Hiatus)

Zita, malangnya dirimu, ortu nya harusnya lebih perhatian sama Zita dong, kesian Zita

2021-01-22

2

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

kasihan Zita

2021-01-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!